Syahnaz menatap sendu Liana yang terbaring di rumah sakit. Bahunya bergetar hebat. Tangisan yang dari tadi pecah semakin tak bisa dihentikan. Syahnaz mulai menyalahkan diri sendiri. Memukul-mukul pahanya hingga tampak berwarna biru.
"Anak bunda jangan nangis. Kan udah dibilang ini bukan salah kamu."
Syahnaz menggeleng. Tangisannya semakin kuat. "Aku yang salah. Aku salah. Aku selalu buat kesalahan." Suaranya tersendat-sendat.
Liana menghembuskan napas. Anak ini susah sekali dibilang. Diraihnya tangan Syahnaz lalu didekatkan pada wajahnya.
"Kamu bilang mau sembuh. Tapi bunda gak liat keinginan itu di matamu." Liana menarik tubuh Syahnaz agar lebih dekat padanya. "Kamu bohong sama bunda. Kamu nyiksa diri sendiri."
"Enggak bunda. Syahnaz pengen sembuh secepatnya. Tapi saat mama datang, putaran kejadian itu semakin buat aku takut."
"Apa yang buat kamu takut? Di sini ada bunda. Kamu punya banyak orang yang sayang sama kamu. Kamu punya ayah, bunda, Rava, Cyntia, sama temanmu yang lain." Liana tersenyum. "Lawan rasa takutmu. Kamu bakal menang kalau kamu kuat dan berani."
"Kalau kamu sembuh. Semua orang yang sayang sama kamu akan bahagia."
Wajah Syahnaz menampilkan raut bingung. Matanya membulat lucu. Syahnaz berdiri dari duduknya. Melangkahkan kaki ke luar ruangan. Meninggalkan Liana sendiri.
Sebelum benar-benar keluar. Syahnaz menoleh pada Liana lalu tersenyum lebar padanya.
"Bunda jaga diri ya. Aku bakal balik lagi ke sini."
*--*
Syahnaz menatap tajam wanita yang duduk di depannya. Sedangkan wanita tersebut tetap bersikap santai dengan kedua tangan bersilang.
"Mama.. aku gak tau maksud mama ke sini buat apa."
Bibir Resty melengkung hanya di salah satu sudut. Memberi kesan meremehkan gadis ini. "Saya mau buat kesepakatan sama kamu."
"Wah ada setan apa nih yang masuk ke tubuh mama." Syahnaz memangku wajah dengan jari-jarinya. "Aku bakal terima kalau itu gak buat aku kehilangan orang yang aku sayang, keluarga dan pacarku."
"Jika kamu terima kesepakatan ini, hidupmu bakal tentram tanpa kami. Kamu cu--"
"Hidupku udah tenang setelah pergi dari 'penjara' itu." Syahnaz memotong pembicaraan Resty. "Lepas dari iblis yang menahanku di tempat itu."
Wajah Resty nampak merah padam. Mata cantiknya mengintimidasi anak kandungnya.
"Putus dari pacarmu itu. Lalu pergi dari sekolah itu. Biarkan kakakmu mendapatkan kebahagiaannya dengan Rava."
Syahnaz menyiram wajah Resty dengan jus alpukat miliknya. Demi melampiaskan rasa kesalnya, Syahnaz kembali menyiram Resty dengan air mineral. Dada Syahnaz naik-turun menahan gejolak amarah yang memuncak.
"Berani sekali kamu berperilaku seperti ini pada saya! Hasil didikan perempuan itu ternyata gak bagus."
"Jaga mulut Anda! Saya seperti ini bukan karena mereka, tapi karena kesalahan Anda di masa lalu!"
"Resty Marwa. Istri dari CEO perusahaan ternama. Seorang model yang sangat dibanggakan oleh negeri ini. WALAU PUNYA NAMA BAIK TAPI BELIAU GAK BECUS NGURUS ANAK! PILIH KASIH! ANDA PILIH KASIH KARENA SAYA BERBEDA DENGAN DIA KAN, NYONYA ADINATA!!"
Plak.
Syahnaz memegang pipi bekas pelampiasan Resty. Matanya mengibarkan bendera kebencian. Sekali gerakan Syahnaz mencekal tangan Mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBINO
Teen FictionDunia akan menjadi baik jika lo tetap bersama gue. *--* Kisah gadis albino yang belum berdamai dengan masa lalu. Menyebabkan dirinya takut untuk terbuka dengan sekitar. Namun, hari itu. Hari pertama ia masuk SMA Oxigar. Ia perlahan mulai melawan ras...