ALBINO || Bagian 21

166 10 0
                                    

Gadis kecil tampak asyik memerhatikan bunga mawar putih yang diberikan oleh seorang anak tetangga sebelah rumahnya. Ia tersenyum lebar mengingat bahwa orang tersebut ingin berteman padanya. Namun senyumannya tidak bertahan lama, gadis tersebut ditarik paksa oleh kakak perempuan yang memiliki kesamaan di bagian rambut.

"Kakak mau apa?" tanya gadis cilik itu. Matanya mengerjap saat bunganya dirampas. "Jangan! Itu punyaku."

Kakaknya tersenyum mengerikan. Dipatahkannya bunga tersebut lalu ia lempar keluar. Tangannya menunjuk dapur rumah.

"Nggak mau. Di ruang tamu ada temen mama, kak."

Kakaknya mendorong gadis kecil berkelainan langka tersebut agar pergi ke dapur.

"Abil ium! Aya aus." perintah gadis yang baru saja menyebut nama panggilannya tersebut. Ia belum lancar ngomong padahal sudah berusia delapan tahun. "Cana Anas!"

Anak tersebut mendorong adiknya sehingga tubuh gadis cilik tersebut terlihat sempurna di depan banyak orang. Anak yang mendorongnya itu langsung berlari dan bersembunyi di lantai atas. Meninggalkan saudara kandungnya sendirian menghadapi kemarahan mamanya.

"Maaf. Syahnaz salah tempat."

"Itu anak kamu yang cantik itu?" tanya salah satu temannya.

Resty tertawa nyaring. Memberi tanda tanya pada semua orang yang bertamu dirumahnya. "Jelas bukan dong."

"Aduh, anak pembantu saya kok sampe sini mainnya." Resty menatap tajam gadis cilik tersebut. "Bibi ini ambil Syahnaznya."

"Kurung dia di kamar mandi. Habis itu panggil Aya ke sini." Resty berbisik pada pembantunya. Wanita bertubuh subur itu mengangguk patuh tapi matanya menatap kasihan ketika anak perempuan tersebut mulai menangis.

"Anak saya udah jelas cantik seperti mamanya. Masa wajah model ternama seperti saya disamakan kayak anak tadi." ujar wanita cantik tersebut. Badannya langsung berbalik karena sebuah tarikan pada bajunya. "Aya sayang. Tadi ada dimana? Kok mama gak disamperin sih?"

"Aya di kemal. Atut di umah banak olang, selem."

Orang-orang tersebut memasang wajah kaget. Lalu berbisik satu sama lain mengenai anak kecil itu. Resty tersenyum masam begitu temannya asik menggunjing tentang anaknya.

"Anak kamu belum lancar ngomong? Padahal anak seusianya udah gak gini lagi bicaranya. Beda sama anak pembantu yang tadi, baru usia enam tahun udah lancar terus jelas ngomongnya." ucap satu teman Resty.

"Aku malah pengen ngobrol sama anak yang tadi. Lucu. Cantik banget walau albino kayak gitu." tambah yang lain.

"Nama anak kamu siapa?" tanya wanita yang dari tadi hanya memerhatikan tanpa bersuara.

Resty tersenyum manis sambil memeluk anaknya. Seolah ingin menunjukkan betapa serasinya mereka berdua. "Dasha Cindaya."

"Oh iya. Besok Dasha mau masuk tahun keduanya di sekolah dasar." Resty mengelus rambut anak tersebut.

"Kamu serius? Dia belum lancar ngomong begitu. Kasian guru yang ngajar dong." Satu temannya tertawa disusul yang lainnya. "Ya udah deh. Kita mau pulang. Males ngomong sama anak kayak gitu."

*--*

"Dingin mama. Huhuhu. Aku gak salah." Syahnaz terduduk dipojokkan kamar mandi dengan siraman air es yang mengarah padanya.

"BOHONG! KAMU UDAH BUAT MAMA MALU DIHADAPAN TEMEN MAMA! KAMU SENGAJA MAU MEMPERMALUKAN MAMA DAN KAKAKMU KAN!?" Resty menjambak rambut putih anaknya itu. Tangannya disayat hingga darah segar keluar. Teriakan anak kecil itu memenuhi rumah, merasakan perih yang ada ditangan dan kakinya.

ALBINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang