Setelah kejadian di lapangan beberapa hari yang lalu, Syahnaz jadi salah tingkah jika bertemu Rava. Seperti sekarang saat Rava mampir ke kelasnya, ia malah pura-pura membaca buku, bahkan ia tidak sadar kalau buku yang ia baca terbalik.
"Kak Rava apaan sih. Ganggu aja." omel Syahnaz.
"Lo kalau lagi salah tingkah lucu." Rava tertawa melihat Syahnaz menutup wajahnya dengan buku tadi.
"Pergi sana. Jangan ganggu aku."
"Gak mau. Gue mau liat muka lo kalo lagi salting."
"Rava, mau mati lo?!" teriak Cyntia.
"Gebetannya Tristan diem aja." Sindir Rava.
"APA LO BILANG?!"
"Sini lo kutil badak!! Gue tabok tuh mulut," Cyntia mengejar Rava sambil memegang sapu kelas.
Syahnaz takjub dengan kedekatan mereka bagai kakak-adik. Namun tak dipungkiri juga bila ia merasa cemburu dengan kedekatan itu.
"Kalian apa-apaan sih, kayak anak kecil aja." Ucap Syahnaz yang tak bisa menutupi nada sinisnya.
"Lo nggak bisa tangkap gue, wlee." Cyntia menjulurkan lidahnya.
"RAVA!" Syahnaz memasang wajah bete. Yang namanya disebut segera menghampiri Syahnaz. Rava mengambil posisi duduk di atas meja Syahnaz.
"Nggak sopan!" Syahnaz memukul Rava dengan buku paket ekonomi.
"Lo cemburu gue sama Cyntia, kan?"
"Nggak! Ge-er kamu."
"Ngaku, Na. Lo nggak bisa bohong sama gue."
"Pede banget kamu! Aku nggak cemburu."
"Lalu apa kalau bukan cemburu?" Rava menaikan alisnya.
"Aku bukan cemburu, cuma nggak suka lihat kedekatan kalian!"
*--*
"Lo mau kemana?"
"Mau pulang."
"Kan janjinya pulang sama gue." Rava menahan tas milik Syahnaz agar tidak berjalan semakin jauh.
"Ahela, rese banget sih."
"Hai, Syahnaz." Ghana berhenti di depan Syahnaz lalu menyunggingkan bibirnya.
Syahnaz berdesis. "Apa?!"
"Rava, katanya mau pulang bareng. Ayo berangkat sekarang, kayaknya bunda udah nunggu." Rava tertegun dengan kalimat yang terlontar dari mulut Syahnaz.
"Eit, mau kemana? Mau ngehindar? Gue mau ngomong sama lo." Ghana menahan tangan Syahnaz.
"Nggak usah pegang tangan aku!" Sentak Syahnaz. "Lepas tangan kotor kamu itu!"
"LEPAAAS!!"
"Lo jangan kayak gini ke cewek." Ujar Rava.
"Urusan lo apa?!"
Rava terkekeh. "Urusannya sama gue?"
Rava merangkul pinggang Syahnaz. Mata albino tersebut membulat dengan pipi bersemu saat Rava menciumnya di bagian pipi. "Dia cewek gue, lo nggak berhak buat nyentuh dia." Rava tersenyum miring.
"Gue nggak pernah buat masalah sama lo, tapi kenapa lo selalu berusaha merebut Syahnaz dari gue?"
"Karena lo sudah merebut Syahnaz dari gue."
"Lo kurang obat." Rava terkekeh mendengar jawaban Ghana.
"Kita lihat nanti, Syahnaz lebih milih gue dibanding lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBINO
Fiksi RemajaDunia akan menjadi baik jika lo tetap bersama gue. *--* Kisah gadis albino yang belum berdamai dengan masa lalu. Menyebabkan dirinya takut untuk terbuka dengan sekitar. Namun, hari itu. Hari pertama ia masuk SMA Oxigar. Ia perlahan mulai melawan ras...