"Aku mau jujur. Tapi kamu jangan marah ya." Syahnaz menggigit bibir bawahnya. "Dia itu cowok yang udah lama ada di hatiku."
Deg.
Rava terdiam cukup lama. Mulutnya menjadi bisu. Membuat hati Syahnaz tidak nyaman karena diamnya Rava.
Syahnaz memanggil Rava berulang kali namun tidak dihiraukan. Jantungnya mendadak berdenyut seperti habis dicubit.
"Rava," panggil Syahnaz yang kesekian.
"Iya Syahnaz."
Lagi-lagi jantung Syahnaz terasa nyeri. "Biasanya kamu manggil aku Rae. Sekarang udah beda ya," ucap Syahnaz menahan tangisan yang akan meledak.
Rava menghela napas panjang. Cukup lama ia menjalin hubungan dengan Syahnaz, dan baru sekarang Syahnaz mau menceritakan masa lalunya.
"Dasha ternyata kakakmu. Kebingunganku akhirnya terjawab," kata Rava, "aku cuma syok doang kok makanya aku diem dulu. Pasti mikir aneh-aneh ya?" Rava tertawa jahil.
"Kamu mah! Aku udah jantungan tau!" Syahnaz memajukan bibir yang pastinya nggak terlihat oleh Rava. Namun akhirnya Syahnaz tersenyum lagi.
"Kamu masih lama di sana?" tanya Rava.
"Hmmm... Teresa udah gak muncul akhir-akhir ini. Mungkin sebentar lagi aku pulang."
"Aku tunggu kamu. Aku mau nepatin janjiku pas awal kita pacaran." Syahnaz tersenyum lebar. Bahagianya sederhana. Rava mau tepatin janji seperti ini saja sudah cukup. "Sekalian rayain sesuatu yang berarti buat kamu."
*--*
Mata Dasha terus mengintai gerak-gerik Rava. Tanpa mendengarnya pun Dasha sudah tahu kalau yang ditelepon cowok itu adalah pujaan hati Rava. Terlihat dari senyuman manis milik cowok tersebut yang hanya akan diperlihatkan oleh Syahnaz.
"Bisa lemah juga lo gara-gara cowok," ujar Ghana, mengejek.
Dasha menarik kuat rambut Ghana hingga pemiliknya meringis. "Jangan asal ngomong lo!"
"Ucapan gue bener!"
"Kepala lo!"
"Masih ada di tempatnya!"
"Lo ngeselin banget ya!" Dasha menghentak kaki.
Sementara mereka saling membacot. Rava bernapas dengan lega. Kabar baik dari Syahnaz membuatnya senang sekali.
"Jangan ngajak ribut ya Ghana!"
Rava menoleh ke sumber suara. Suara nyaring Dasha bikin Rava teringat cerita masa lalu Syahnaz.
"Gue udah tau masalah mereka dari awal." Rava menoleh pada Dilon. "Cuma gue pengen denger langsung dari mulut Syahnaz."
Dilon menggangguk, paham. "Gue ngerti. Lo pengen Syahnaz terbuka sama lo."
Rava tersenyum. Menggeleng-gelengkan kepala. Bukan itu maksudnya. Ia hanya ingin Syahnaz menilai dirinya pada saat itu.
"Gue sama dia dari dulu udah punya ikatan," ucap Rava.
"Ngarang aja lo!" Dilon menggeplak kepala Rava.
Rava membalas perbuatan Dilon, "Ngarang kepala lo!" sewotnya.
Usai mengatakan itu Rava melangkah pergi dari taman sekolah. Membiarkan Dilon menggerutu di tempatnya.
*--*
Syahnaz pulang sebentar ke apartemen untuk mengambil baju ganti buat bunda. Tadi bunda bilang kalau beliau ingin mandi dan Syahnaz baru ingat semenjak kemarin Liana dirawat ia tidak membawa apa-apa ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBINO
Teen FictionDunia akan menjadi baik jika lo tetap bersama gue. *--* Kisah gadis albino yang belum berdamai dengan masa lalu. Menyebabkan dirinya takut untuk terbuka dengan sekitar. Namun, hari itu. Hari pertama ia masuk SMA Oxigar. Ia perlahan mulai melawan ras...