"Wah, wah, lihat siapa yang datang." Resty menyilangkan tangan dengan satu kaki berada di atas kakinya yang lain. Matanya mengintimidasi pergerakan Syahnaz yang baru memasuki rumah.
"Oh ada tamu. Tapi kenapa tamunya berlagak sebagai tuan rumah?" Syahnaz tersenyum manis namun memiliki makna untuk menakuti orang tersebut. Syahnaz menaruh barang-barang belanjaannya di sebelah sofa. Matanya menatap Dasha sebentar sebelum memalingkan wajah pada Rava. "Bentar ya. Di luar masih ada orang."
"Heh udik. Gue mau ngomong sama lo! Jangan menghindar!" Jari Dasha menunjuk wajah Syahnaz.
Syahnaz tersenyum menanggapinya. "Jadi tamu harus sopan. Pemilik rumahnya aku bukan kamu, kecuali kalo kita masih satu rumah," ucap Syahnaz yang membuat Dasha terdiam.
Syahnaz menghampiri Rava yang menunggunya di depan pintu. Senyumnya lagi-lagi mengembang, bukan karena paksaan. Syahnaz menarik Rava untuk masuk ke dalam rumahnya. Menyuruhnya duduk di sofa, samping Dasha dan Resty. Syahnaz pamit ke dapur untuk membuatkan Rava minuman.
Rava menghela napas. Matanya melirik gadis di sebelahnya yang semakin mendekatkan diri. Rava mengambil barang belanjaan Syahnaz yang tepat berada di bawah kakinya. Menaruh barang itu di sebelahnya. Membatasi ruang pergerakan Dasha.
"Kalian mau apa menemui dia. Bukannya kalian sudah mencampakkan dia?" Rava berbicara seperti itu sambil memainkan ponselnya. Tak mau menatap mereka yang diajak berbicara. "Atau malah mau buat dia merasa dipojokkan lagi? Menyuruh dia putus dengan saya misalnya."
"Kamu tidak cocok dengan albino itu. Lebih cantik Dasha dibandingkan dia. Lebih kaya keluarga saya daripada dia." Resty merendahkan Syahnaz lewat omongan.
"Tapi keluarga saya jauh lebih kaya daripada kalian. Syahnaz juga sudah punya penghasilan sendiri dari hasil kerja keras dia." Rava mematikan ponselnya. "Anak Anda yang satu lagi itu sangat baik pada semua orang. Dibandingkan dengan anak sulung Anda, dia jauh lebih baik untuk saya. Dia mengerti privasi orang, dia paham apa itu sehingga dia tak pernah menguntit saya. Tapi orang yang di sebelah saya ini malah berlaku sebaliknya."
"Jika Anda menyuruh saya putus dari Syahnaz, maaf, saya dengan tegas menolaknya."
Dasha kembali terdiam karena omongan Rava. Mimik wajahnya tiba-tiba menjadi sendu mendengar kalimat itu keluar dari mulut orang yang ia suka. Sehingga tanpa sadar Dasha menggigit bibir bawahnya.
"Segitu nggak sukanya lo sama gue? Kalo gue yang pertama kali ketemu lo apa lo bakal suka sama gue?" tanya Dasha dengan suara bergetar. "Apa perasaan gue bakal terbalas? Kalo iya, gue mau putar waktu biar bisa dapetin hati lo duluan."
"Gue pertama kali ketemu Rae bukan pas SMA. Gue ketemu dia udah dari kecil, Dasha, sebelum dia pergi dari rumah kalian." Rava mengetatkan rahang wajahnya. Menggeram saat mengingat tubuh yang dipenuhi baluran luka. "Terimakasih, karena kalian gue bisa ketemu dan bantu Rae untuk kabur dari situ."
Syahnaz menyodorkan minuman dingin pada Rava. Lalu sebuah tangan terulur untuk mengambil minuman tersebut dan tersenyum pada kekasihnya. Syahnaz mengambil posisi duduk di sofa di depan tiga orang yang menjadi tamu di rumahnya. Kemudian menaruh dua minuman yang dibawanya bersamaan dengan minuman Rava.
"Mama mau apa ke sini? Apa lagi yang mau mama minta dari aku?" Syahnaz menguncir rambut putihnya sambil menunggu balasan dari orang yang ditanyainya. "Apa masalah aku yang keterima jadi model?"
Wajah Dasha semakin pias mendengar pertanyaan yang meluncur dari bibir gadis putih tersebut. Tangannya bergetar begitu Resty menepuk kepalanya berulang kali. Lalu menyatakan bahwa Dasha harus masuk ke dalam agensi itu. Mimpi buruk bagi Dasha segera dimulai.
*--*
"Mama aku udah bilang aku nggak mau jadi model! Itu bukan hobiku, Ma!" Dasha mengeluarkan keluhan pada Resty yang mengambil keputusan sepihak. Tanpa mau mendengarkan keinginan Dasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBINO
Genç KurguDunia akan menjadi baik jika lo tetap bersama gue. *--* Kisah gadis albino yang belum berdamai dengan masa lalu. Menyebabkan dirinya takut untuk terbuka dengan sekitar. Namun, hari itu. Hari pertama ia masuk SMA Oxigar. Ia perlahan mulai melawan ras...