ALBINO || Bagian 9

283 14 0
                                    

Minggu pagi. Matahari mulai menerobos gorden kamar Syahnaz. Ia langsung menarik selimut menutupi kepalanya. Bunyi alarm mengejutkan dirinya dari alam mimpi. Syahnaz yang masih mengantuk langsung mematikan alarm ponselnya. Sekarang ia malah dikejutkan oleh teriakan Bunda. Syahnaz berdecak sebal.

"Apa sih, Bun. Ini kan hari minggu, biarin aku tidur lama dong." teriak Syahnaz.

"Buruan bangun Syahnaz. Di depan ada yang nyariin kamu."

"Iya-iya. Bentar, Syahnaz mau ke kamar mandi dulu." Syahnaz memaki orang yang bertamu sepagi ini. Ia mengambil sikat gigi dengan odol dan mulai menyikat giginya. Setelah dirasa cukup, Syahnaz berkumur-kumur. Sekarang dia mulai membersihkan muka dengan sabun. Kemudian dibasuhnya dengan air.

"Segarnya!"

Syahnaz berlari menuruni tangga. Tujuannya sekarang ruang tamu. "Loh mana orangnya." Syahnaz berjalan ke arah teras.

"Dor!" Syahnaz menutup telinganya. Sudah ia duga, Rava lah orang yang bertamu sepagi ini ke rumahnya. Syahnaz menarik rambut Rava. "Kamu tuh ya! Kurang kerjaan banget jam segini ke rumahku!"

"Kangen." sahut Rava dengan polosnya. "Idih. Mau ngapain ke sini."

"Mau nemuin pacar gue." Rava mengedipkan sebelah matanya. Syahnaz yang salah tingkah langsung menyentil dahi Rava. "Keliling komplek yuk. Sekalian olahraga, biar gak gampang sakit lo."

Syahnaz mendengkus. "Iya-iya. Aku mau ganti baju dulu." Syahnaz merasakan kepalanya ditepuk pelan. Tangan Rava mulai mencubit hidungnya.

"Jangan lupa pake sunblock lo. Gue gak mau lo kesakitan kaya waktu itu."

"Iyaaaaa." Syahnaz berlari ke kamarnya. Ritme jantungnya mulai tidak normal lagi karena perlakuan Rava padanya. "Nyebelin banget sih jadi cowok."

Rava duduk di kursi teras. Memandangi halaman rumah Syahnaz yang dipenuhi tanaman hias. Ia teringat Mamanya yang suka pada bunga anggrek. Jika Mamanya berkunjung ke sini pasti sangat senang melihat semua jenis bunga yang ada di halaman rumah ini. Sekalian ketemu sama calon menantunya.

"Gimana jalan-jalannya? Berjalan mulus tanpa gangguan?" Rava mengelus dada mendengar suara Ryan di sebelahnya. "Gitu aja kaget." Lanjutnya.

"Lagian om baru dateng langsung nanya-nanya begitu." Balas Rava. "Basa-basi dulu kek. Tanya kabar calon menantunya gitu."

Ryan terkekeh mendengar penuturan Rava.

"Pengen banget saya tanyain?" Ryan mulai menjahili Rava.

Rava mendengkus. "Gak, makasih."

Ryan menepuk-nepuk punggung Rava. Liana yang melihat interaksi tersebut tersenyum kecil. Ia menaruh teh hangat di meja.

"Kalian udah mulai akur ya. Saya seneng liatnya udah kaya ayah sama anak."

"Bunda Liana makin cantik deh. Saya jadi pengen kenalin sama Mama." Rava mengedipkan sebelah matanya.

Ryan menjewer telinga Rava. "Kamu udah saya baikin malah ngelunjak ya." Rava mengangkat dua jari membentuk huruf V.

"Ampun om. Gak bakal ngulangin lagi deh. Lepas dong nanti telinga saya makin caplang."

"Ayah udah ih, kasian Rava." Syahnaz menggembungkan pipinya. Ryan mencubit pipi anak gadisnya itu. "Udah pake sunblock kan?" Syahnaz mengangguk.

"Ya udah sana pergi sama Rava. Kayaknya dia bakalan ngajak kamu ke rumahnya."

"Ayah ngawur. Ayah aja gak tau rumah Rava dimana." balas Syahnaz.

"Karena ayah tau makanya ngomong begitu. Ini alibi dia aja ngajak kamu keliling komplek. Dia aja kesini jalan kaki." Ryan menatap Rava dari atas sampai bawah. Rava menepuk jidat karena niatnya ketauan.

ALBINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang