ALBINO || Bagian 1

787 47 0
                                    

Hari pertama di sekolah formal, membuatnya excited dengan kehidupan barunya dengan teman baru juga tentunya. Ia mengambil koleksi jam tangan dan mengenakannya. Memakai rompi sekolah formal tempat ia belajar lalu mengambil tas sekolahnya. Ia segera menuju ruang makan dengan keadaan kamar yang –ekhem– berantakan.

"Ayah, bunda. Aku udah siap sekolah!" teriak Syahnaz dari lantai atas.

"Iya, anak bunda semangat banget mau sekolah. Ini bekal sama uang saku kamu, jangan jajan yang aneh-aneh. Jangan salah pergaulan, dunia luar mungkin akan terasa jahat untukmu." Nasihat Bunda Syahnaz.

Syahnaz menyalam tangan dan mencium pipi bundanya, "Iya, bun. Aku berangkat, bye."

"Hati-hati, Syahnaz." balas bundanya.

SMA OXIGAR

Di depan gerbang sekolah, Syahnaz turun bersama ayahnya. Tujuan mereka adalah ruang tata usaha SMA Oxigar. Setelah berbincang mengenai anaknya yang disertai sang guru setuju tentang syarat Ayah Syahnaz. Akhirnya Syahnaz ditempatkan di kelas X IPS 3, sesuai keinginan Syahnaz.

Syahnaz berpamitan dengan ayahnya sebelum ia beranjak menuju kelasnya. Sang ayah menatap gusar kepergian anaknya, apakah anaknya akan baik-baik saja? Semoga saja.

"Anak anda akan kami jaga semaksimal mungkin. Kami tidak akan mengecawakan kepercayaan anda dengan sekolah kami."

"Semoga begitu," lirih Ayah Syahnaz.

Di lain tempat, Syahnaz melihat tatapan sinis dari siswa-siswi SMA Oxigar. Ia sangat takut mendapat tatapan seperti itu, bulir-bulir keringat mulai keluar. Ia keringat dingin.

Entahlah, ditatap seperti itu membuat ia mengingat kejadian beberapa tahun silam. Ia mencoba membuang jauh-jauh pikiran buruk yang mulai menjalar.

Aku harus berani, batin Syahnaz.

"O em ji! Kita punya mayat hidup di kelas ini gaes!" Cacian salah satu murid perempuan menyambut kedatangan Syahnaz.

"Hih, mayat hidup. Kok sekolah kita mau nerima mayat seperti dia!" sahut murid perempuan yang lain.

Begitu banyak cacian mengarah pada Syahnaz membuat dirinya ingin menangis. Namun hanya satu murid perempuan yang memberi senyuman tulus kepada Syahnaz yang dibalas senyuman kaku.

"Hai, nama aku Syahnaz Raena. Sebelumnya aku homeschooling karena keinginan orangtua." Perkenalan yang terkesan kaku membuat satu kelas mencaci Syahnaz kembali.

Ia sudah diperbolehkan untuk duduk dan tujuannya adalah bangku kosong di samping orang yang memberi senyuman tulus kepadanya. Namun ada yang sengaja menjegal kaki Syahnaz yang membuatnya tersungkur dan ditertawakan oleh seisi kelas.

"Aduh, sakit," lirih Syahnaz yang sudah mengeluarkan air mata.

"Kalian apa-apaan sih! Udah gede juga masih aja kayak anak TK! Gak malu sama umur!?" Seorang gadis membantu Syahnaz untuk berdiri lalu menendang bangku seseorang penyebab Syahnaz jatuh tersungkur.

"Awas aja lo! Istirahat nanti bakal gue bales!" Gadis tersebut mengancam.

"Lo gapapa? Ada yang luka gak? Kita ke uks ya." tanya gadis itu.

"Aku gapapa, gak usah ke uks lagian gak ada luka. Bener ya kata bunda, dunia luar terasa jahat untukku," lirih Syahnaz.

"Dunia akan menjadi baik jika lo bersama gue." sahut seseorang yang baru saja datang dan memainkan rambut lurus Syahnaz.

Syahnaz mendongak saat mendengar suara yang terdengar familiar. "Loh kamu yang aku tabrak di restoran itu?" tanya Syahnaz.

"Iya, senang bertemu elo lagi. Nama gue Rava. Jangan jauh-jauh dari gue. Dunia akan menjadi baik kalo lo selalu bersama gue." Hati Syahnaz menghangat saat mendengar ucapan Rava.

ALBINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang