Hari ini tepat satu tahun hubungan mereka. Sudah setahun lebih memiliki hubungan spesial dengannya. Namun gadis ini tetap merasa bahwa dia selalu saja menyulitkan kekasihnya. Dimulai dari awal pertemuan, Syahnaz sudah merepotkan Rava. Sekarang ditambah Syahnaz sudah menjadi model ternama. Bertemu dengan Rava semakin sulit. Penggemarnya tidak ada yang tahu bahwa ia memiliki kekasih.
"Ayah, hari ini ada jadwal nggak?" tanya Syahnaz. "Aku pengin libur hari ini."
Ryan memandangi putrinya. Ia mengerti maksud anaknya tetapi hari ini ada jadwal penting. Gadis itu ditawarkan menjadi model sebuah brand pakaian terkenal dan akan ditampilkan di cover majalah. Pria tersebut menghela napas.
"Hari ini nggak bisa. Ada jadwal penting untukmu."
Syahnaz memijat pelipisnya. Ternyata menjadi terkenal tak selamanya menyenangkan. "Apa harus hari ini? Aku mau bertemu dengan Rava."
"Sekali aja ayah. Ku mohon, ini hari penting." Syahnaz memasang wajah memohon. Namun Ryan menggelengkan kepalanya. "Aku kabur ya."
"Nak, janji ini udah dibuat sebulan lalu. Kamu yang memilih tanggalnya. Masa lari gitu aja? Nggak mau tanggung jawab?"
Syahnaz terdiam. Gadis itu menghela napas panjang. Lalu mengangguk patuh. Syahnaz bergegas untuk mengganti pakaiannya. Jadwalnya sudah hampir dekat.
Selama Syahnaz bersolek. Ryan menelepon seseorang. Berbicara dengan lembut. Pria tersebut tersenyum senang.
*--*
Syahnaz memasang wajah cemberut. Selama pemotretan suasana hatinya tidak bagus. Namun ia tetap profesional. Terlihat dari sekian banyak foto, hanya ada dua foto yang menangkap wajah kesalnya.
Seorang lelaki mendekatinya. Tangannya dimasukkan ke saku celana.
"Hari ini suasana hati kamu lagi nggak baik ya?"
Syahnaz terkejut. Ada model senior yang mengajaknya bicara. Model tersebut adalah partnernya untuk majalah ini. Syahnaz langsung berdiri untuk menghormati lawan bicaranya. Gadis itu menggaruk pipinya.
"Sedikit sih."
"Saya sering lihat kamu di sosial media. Ternyata aslinya terlihat lebih cantik ya."
Syahnaz semakin terkejut saat orang tersebut berani memegang tangannya. Gadis itu langsung menepis tangan tersebut. Wajahnya terlihat tidak senang.
"Maaf, tapi saya nggak bisa dipegang sembarangan," ucap Syahnaz dengan ketusnya. "Walau ini di studio dan kita partner di majalah mendatang. Tetap jaga batasanmu."
"Galak banget. Tapi tetap cantik."
Orang tersebut ingin mengelus rambut gadis itu. Tetapi tangannya ditahan oleh orang lain.
"Sorry, lo nggak bisa pegang cewek gue sembarangan." Rava menghempaskan tangan lelaki itu. Lelaki itu membawa kekasihnya menjauh dari orang tersebut.
Syahnaz kaget bukan main. Bagaimana cara Rava bisa masuk studio ini. Ruangan inikan hanya boleh untuk staff model dan staff studio itu sendiri.
"Rava. Kok bisa masuk sini." Syahnaz memainkan jemarinya. Ekspresi senang gadis itu tidak bisa disembunyikan. "Maaf ya kalau hari ini aku sibuk."
"It's okay. Aku juga sibuk belakangan ini."
Senang sih. Tapi Syahnaz tidak bisa sembarangan memeluk kekasihnya di sini. Syahnaz takut seseorang memotret kebersamaan mereka.
"Habis ini ada jadwal lagi nggak?"
Syahnaz berpikir sejenak. Jari telunjuknya ditempelkan di dagu. Membuatnya terlihat menggemaskan. "Kayaknya sih nggak ada. Memangnya kenapa?"
"Jalan-jalan yuk. Udah lama nggak bisa begini semenjak kamu jadi model."

KAMU SEDANG MEMBACA
ALBINO
Teen FictionDunia akan menjadi baik jika lo tetap bersama gue. *--* Kisah gadis albino yang belum berdamai dengan masa lalu. Menyebabkan dirinya takut untuk terbuka dengan sekitar. Namun, hari itu. Hari pertama ia masuk SMA Oxigar. Ia perlahan mulai melawan ras...