Seminggu setelah kejadian di mall saat itu. SMA Oxigar digemparkan oleh berita Syahnaz dan Rava telah pacaran. Berita tersebut dibeberkan oleh teman-teman Rava. Di kantin sekolah itu, mereka mengejek pasangan kekasih yang seminggu lalu jadian tersebut. Axla yang paling heboh diantara yang lain.
"PANTES AJA GUE NGERASA SIFAT LO BERBEDA. TERNYATA LO SELINGKUH DARI GUE. SAKIT HATI ADEK, BANG." Axla mendramatiskan keadaan, seolah-olah ia yang paling terluka disini.
"Gak nyangka gue, kalian rahasiain ini dari kita." Dilon memalingkan muka, tak ingin menatap dua orang di depannya ini.
Dasar tukang drama pinggiran.
Rava mendengkus sebal melihat tingkah temannya.
"Oh, jadi gini ya. Gak mau cerita sama temen masa kecil lo. Cukup tau gue liat kelakuan lo Rav." ujar Cyntia. Axla dan Dilon mulai memanasi Cyntia. Namun mereka malah mendapati jitakan dari gadis tomboy itu.
"Norak lo pada. Baru jadian, belom nikah." sahut Rava.
"YA JUSTRU ITU, BARU JADIAN AJA GAK BILANG KE KITA, APALAGI PAS NIKAHAN KALIAN." teriak mereka, bersamaan. Menambah keributan di kantin sekolah elit tersebut.
Syahnaz yang dari tadi diam menikmati makanan kesukaanya, harus tersedak mendengar teriakan mereka. Mana makanannya pedes lagi. Ia menepuk-nepuk dadanya untuk menghilangkan efek batuk khas orang tersedak. Rava memberikan minumannya pada Syahnaz. Khawatir melihat wajah Syahnaz yang sudah memerah. Rava membantu menepuk pelan punggung gadis itu.
"Tenggorokanku masih sakit." ucap Syahnaz. Rava terus menepuk pelan punggung Syahnaz. Sekarang batuknya sudah mendingan, Rava kembali menyodorkan minuman pada Syahnaz.
"Masih sakit?" Rava menangkup wajah gadis tersebut. Syahnaz menggeleng pelan, menurunkan tangan Rava dari pipinya.
Syahnaz tersenyum tipis, "Udah nggak kok," Ia kembali melanjutkan aktivitas makannya. Syahnaz mendongak. Kebisingan di kantin itu tiba-tiba lenyap. Gadis itu menatap bingung mereka.
"Kok diem?"
"KALIAN YANG MESRA KITA YANG BAPER!"
"Udah, udah! Pergi lo pada, gue pengen berdua aja sama Raena."
Mereka mencibir Rava, tetapi tetap menuruti perkataan cowok itu. Sebelum pergi mereka meminta uang traktiran sehingga Rava memberikan selembar uang berwarna biru, kemudian mengusir mereka pergi dari hadapannya.
"Temen kamu lucu. Aku mau dong deket sama mereka." ujar Syahnaz.
Mata Rava melotot. "Nggak, nggak. Nanti otak lo dikotorin sama mereka." Syahnaz mengerjapkan matanya, rasa hangat menjalar di pipi. "Tanganmu! Main genggam aja."
Rava terkekeh ringan melihat tingkah Syahnaz. Pipi gadis itu menjadi sasaran tingkah jahilnya Rava. Ia menekan pipi itu lalu memainkannya, Rava terkekeh melihat bibir Syahnaz seperti ikan.
"Udah ih,kamu jahil banget." Syahnaz membebaskan pipinya dari tangan Rava.
"Gak masalah, sama pacar sendiri jahilnya." ujar Rava sedikit menyeringai.
Pipi Syahnaz memerah, ia tersipu mendengar ucapan Rava. Gadis itu menutup wajahnya. Lagi-lagi Rava tertawa melihat tingkah Syahnaz yang masih malu-malu.
Rava menepuk kepala Syahnaz kemudian mencium puncak rambutnya. Aroma vanila langsung menyerbu indera penciuman Rava. Aroma itu menjadi sesuatu yang disukai Rava karena hanya Syahnaz lah yang membuatnya candu akan hal itu.
"Weh malah mesraan, gue minta pajak jadian kalian dong."
"Kak Tarisa." Spontan, Syahnaz mendorong wajah Rava dari rambutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALBINO
Teen FictionDunia akan menjadi baik jika lo tetap bersama gue. *--* Kisah gadis albino yang belum berdamai dengan masa lalu. Menyebabkan dirinya takut untuk terbuka dengan sekitar. Namun, hari itu. Hari pertama ia masuk SMA Oxigar. Ia perlahan mulai melawan ras...