ALBINO || BAGIAN 18

177 11 1
                                    

Suara gemercik hujan terdengar begitu merdu di telinga Syahnaz. Penasaran. Gadis itu berjalan ke jendela untuk melihat suasana luar saat hujan mengguyur kota ini. Lengkung senyum terlihat menawan dengan binar mata yang menggemaskan.

Andai Rava masih di sini. batinnya

"Syahnaz udah makan?" tanya Liana sambil memberi roti kesukaan anaknya.

"Udah tapi cuma sedikit." Syahnaz membalas sambil membuka kemasan. "Bunda udah makan?"

Liana tersenyum, mengusap kepala Syahnaz. "Sebelum kesini Bunda beli roti buat sarapan."

"Kita kapan bisa pulang ke Indonesia? Aku rindu Ayah."

Syahnaz menutup mata dengan telapak tangan. Ia begitu lelah dengan pengobatan ini.

"Tugas sekolahku juga pasti udah menumpuk, Bun." Syahnaz tak tenang dalam duduknya.

"Mereka kasih keringanan buat kamu. Bunda juga sudah bilang sama walikelas Syahnaz, katanya kamu cukup belajar ketertinggalan pelajaran, kan Bunda juga udah sewa guru homeschooling." jelas Liana sembari mengecup singkat dahi Syahnaz. "Kamu jangan terlalu banyak mikir ya. Tinggal beberapa hari lagi kok."

Syahnaz hanya mengangguk lemah.

*--*

SMA Oxigar.

Rava berkutat dengan tugas pelajaran biologi yang lupa dia kerjakan kemarin. Ia sibuk menyalin jawaban dari salah satu siswa berprestasi di kelasnya.

"HEH KAMBING! KECORET BUKU GUE SIALAN!" Rava menendang bokong Axla hingga tersungkur, kemudian melempar tempat pensil milik Axla. Hingga Axla meringis kesakitan karena kelakuan kejam Rava.

"Makanya jangan mikirin Syahnaz aja! Dasar bucin." kesal Axla. "Mikirin pacar nggak buat kenyang, bego iya!"

Rava mendelik sebal. Cowok tersebut memukul kepala Axla dengan buku paket biologi. Bodoamat tuh orang bakal kesakitan, ia tidak peduli.

"Lo iri mau bucin tapi nggak punya objeknya. Gimana mau punya gebetan kalo lo tukang nyinyir." ucap Rava, menghunus harga diri Axla.

"Mending gue begini daripada kayak lo."

Kepalan tangan mendarat begitu saja pada wajah Axla. Muka Rava terlihat sangat menyeramkan. Tanpa meminta maaf, ia pergi dari kelas meninggalkan orang yang memancing amarahnya.

Axla meringis untuk kesekian kalinya. Dibantu Dilon, cowok tersebut ditempatkan di kursi miliknya.

"Mulut lo dijaga dong. Lo nggak tau gimana perasaan dia saat Syahnaz nggak ada kabar eh taunya tuh cewek dirawat di luar negeri," kata Dilon, menasehati.

Axla menatap gusar seisi kelas seraya mengepal tangan. "Gue cuma pengen Si Curut nggak banyak pikiran! Semenjak balik dari Singapura dia jadi sering melamun!"

"Cara lo salah bego! Sekali lagi lo kayak gini, gue nggak segan buat ngehajar lo!" Dilon pindah ke tempat duduk Rava, membantu menyalin kembali tugas yang belum diselesaikan temannya.

*--*

"Kamu kenapa marah? Kak Axla ada benernya kok, dia cuma pengen kamu ngerti ada hal lain yang harus kamu pikirin selain aku. Walau caranya salah." ucap Syahnaz ditelpon.

"Aku udah nggak marah kok. Cukup denger suara kamu aja bisa buat aku tenang."

Syahnaz tersenyum malu dengan pipi memerah meski tidak dilihat oleh Rava. "Kamu apaan sih."

"Kamu baik-baik aja kan selama nggak ada aku?" tanya Rava, menatap sepatu sekolahnya.

"Aku mencoba baik-baik aja sesuai janjiku sama kamu." Suara lirih Syahnaz terdengar bergetar. "Kamu nggak perlu cemas kok, ada Bunda disini. Terus disini juga lagi hujan. Bagus banget suasananya sambil ditemenin secangkir cokelat panas."

ALBINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang