"Dasha Lo ada masalah apa sama Syahnaz?" tanya cewek dengan rambut sebahu.
"Cewek albino gila itu penyebab berubahnya sifat gue saat ini!" Suara Dasha naik satu oktaf. Ia mengepalkan tangan saat Syahnaz tersenyum lebar tanpa beban, ia melihatnya melalui instastory dari akun 'Cecan Oxigar'.
"Gue nggak bakal tinggal diem! Gue mau dia lebih menderita dari ini! Gue mau dia mati!!" Dasha mengetik nomor diponsel pintar miliknya lalu menelpon pemilik nomor tersebut.
"Halo, Mami."
"..."
"Iya tenang aja. Dia bakal menderita dengan hidupnya. Mereka nggak bakal bisa lindungin Syahnaz lagi." Dasha tertawa meremehkan. "Syahnaz pantas untuk itu."
"Halo, nenek sihir. Anda harus berurusan dengan saya dulu sebelum menyakiti Syahnaz." Tarisa mengancam Dasha melalui tatapan tajam agar tetap diam pada posisinya.
"Kenalin, saya Tarisa Beltizan. Anak dari pengusaha sekaligus pengacara terkenal di negara ini. Anda macam-macam dengan adik ipar saya, kematian adalah balasan yang cocok untuk Anda kelak wahai penjahat tak sadar umur."
Tut.
Tarisa membanting ponsel mahal milik Dasha. Membuatnya rusak dalam sekejap karena benturan keras pada lantai toilet. Tarisa berdecih melihat penampilan adik kelasnya ini. Pakaian seragam ketat itu tak selayaknya dipakai di sekolah berprestasi -sekaligus elit- ini.
"Lo kalau mau cari duit dengan badan murah lo itu bukan disini tempatnya. Disini tempat buat nambah ilmu! SEKOLAH INI BUKAN UNTUK AJANG JUAL BADAN!"
"Mulut lo jaga! Gue nggak pernah ngatain lo, manusia barbar!" Dasha mulai terpancing emosi karena ucapan kakak kelasnya ini.
"Heh manusia triplek. Nyadar diri disini siapa yang barbar, gue atau lo!? Ini sekolah terkenal dengan prestasi, harusnya lo malu masuk sekolah ini cuma modal badan lo yang nggak seberapa itu! Muka cantik tapi nggak punya otak, dasar bodoh." ujar Tarisa sarkas, menyentil harga diri Dasha.
"Bitch! Setidaknya popularitas lo kalah disini, senior terhormat."
"Model aja bukan, belagu lo." Tarisa tersenyum meremehkan. Lalu ia menepuk tangan dua kali hingga pintu toilet itu terbuka, menampilkan cewek tomboy yang sekelas dengan Syahnaz.
"Oh, ini yang namanya DASHA CINDAYA. Cantik sih tapi bukan model internasional kayak lo, Ca." Cyntia melihat dari atas sampai bawah, seraya meremehkan Dasha melalui tatapannya.
"Model internasional?" Dasha mengulang kalimat itu. Ia membelalak mata, tak percaya dengan fakta tersebut.
"Kok kaget juniorku yang sangat bodoh." ucap Tarisa, tersenyum miring. "Gue dari agensi yang sama saat lo mencoba mendaftarkan diri, namun sayangnya lo nggak diterima." Tarisa tertawa jahat melihat wajah pias Dasha.
"Gue tau semua biodata lo, terutama alamat rumah lo itu. Jadi kapan kita bisa teror lo dari tahap ringan?"
"Oh besok ya? Ya udah, gue bakalan ngirim lo jelangkung berlumur darah beserta nyanyiannya."
"Sampai jumpa besok bocah."
Cyntia masih berdiam diri di tempatnya. Ia tersenyum lalu meremehkan Dasha lewat tatapan mata. "Lo goblok. Jangan mikir Syahnaz nggak punya temen. Lihat diri lo sendiri, pindah sekolah cuma buat nyakitin dia, dasar sampah." Ia melangkahkan kaki. Tapi sebelum itu, Cyntia menendang ponsel hingga terbentur tembok toilet.
"Sialan!" umpat Dasha sambil memungut ponsel yang sudah tidak berbentuk itu. "Awas aja lo semua! Gue nggak bakal tinggal diam."
*--*
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBINO
Novela JuvenilDunia akan menjadi baik jika lo tetap bersama gue. *--* Kisah gadis albino yang belum berdamai dengan masa lalu. Menyebabkan dirinya takut untuk terbuka dengan sekitar. Namun, hari itu. Hari pertama ia masuk SMA Oxigar. Ia perlahan mulai melawan ras...