ALBINO || Bagian 6

368 18 2
                                    

"Hachim," Syahnaz segera mengambil tissu di kantong rok.

"Udah gue bilang, lo nggak bisa makan es krim." Rava menjepit hidung Syahnaz.

"Aduh! Sakit, Rava!" Ia berusaha melepaskan tangan Rava dari hidungnya. Dan sekarang hidungnya berwarna merah. "Tuh kan, hidung aku jadi kayak badut! Nyebelin."

"Lo mau kayak badut juga tetap cantik, Na." Syahnaz meninju lengan Rava dengan sekuat tenaga. Namun tak membuat Rava mengaduh kesakitan, ia malah tertawa mengejek.

"Gombalan kamu receh!"

Rava menyubit gemas pipi Syahnaz, membuatnya mengaduh kesakitan. "Receh tapi lo baper, tuh warna pipi sampai kayak tomat." Rava kembali mengapit kedua pipi Syahnaz.

"Nggak! Aku nggak baper!"

"Kalau diginiin baper, nggak?" Rava langsung mencium rambut Syahnaz lalu beralih menuju kening.

"AAAAAA!" Syahnaz memekik dan langsung ngacir ke dalam kelasnya.

*--*

"Eh, eh! Ngapain lo di kelas gue Na?!" Syahnaz yang terkejut melihat kehadiran Rava segera menyembunyikan kertas yang ia coret-coret tadi.

"Nggak ngapa-ngapain kok. Cuma nyari angin doang. Seriusan deh."

"Apa yang lo sembunyiin itu?" Rava mencoba mengambil benda yang disembunyikan Syahnaz.

Syahnaz mundur beberapa langkah untuk memberi jarak antara dirinya dengan Rava, "Nggak ada apa-apa kok. Beneran."

Tidak percaya begitu saja, Rava menarik tangan Syahnaz dan kemudian ia memeluk pinggangnya.
Terlihat seperti pelukan yang posesif.

"Ra... Rava, ma-malu diliat orang." Tubuh Syahnaz ingin meleleh saat menyadari jarak mereka sangat dekat. Ia tersipu dengan jarak antara mereka sekarang.

"Terus masalahnya dimana?" Rava tersenyum melihat semburat merah di pipi Syahnaz

"EH! KAMU MAU NGAPAIN?!" Syahnaz berusaha menetralkan detak jantungnya, mengetahui jarak mereka hanya berkisar 5 cm.

"Menurut lo?"

Syahnaz menundukkan kepalanya. Perasaannya berkecamuk. Sekarang ia tak berani menatap Rava.

"Ng-gak tau."

Melihat Syahnaz yang tak fokus, Rava menarik kertas dari tangan Syahnaz dan segera membaca isi kertas tersebut. Syahnaz sangat panik melihat Rava membaca isi kertas itu.

"Aku ke kelas dulu ya!" Syahnaz langsung lari terbirit-birit.

Ciri-ciri orang jatuh cinta kaya gimana, sih? Aku bingung!

Rava yang melihat isi kertas itu tersenyum geli. Kemudian, ia menulis sesuatu di kertas yang sama.

*--*

"Lo sama Syahnaz udah jadian, bro?" Rava tersenyum mendengar pertanyaan salah satu temannya. Kemudian mengalihkan pandangannya pada gadis dengan warna kulit yang paling nyentrik. Syahnaz Raena.

"Kapan gue pedekate-nya?" Rava malah balik bertanya.

"Gue kira lo udah pedekate sama dia. Soalnya nempel mulu sama si albino." Lelaki yang bernama Dilon itu terkekeh melihat kedekatan antara Rava dengan Syahnaz.

"Senang banget ya ketawain orang. Gue sumpahin dideketin Tessa lagi mampus lo." Kini gantian Rav.a yang tertawa melihat wajah datar dari temannya itu. Kini Dilon mengacungkan jari tengahnya.

"Bercanda lo nggak lucu, sat!"

"Wah. Santai, Lon, Santai." Ucap teman Rava yang lain. Akhirnya mereka tertawa bersama. Namun tawa mereka lenyap saat Cyntia datang.

ALBINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang