Setelah seminggu lebih Dasha dirawat, hari ini gadis itu diperbolehkan untuk pulang. Resty yang senang dengan hal itu membatalkan semua jadwal pemotretan hari ini untuk membuat acara di rumahnya. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang sudah memberi kesehatan pada anaknya. Wanita yang usianya hampir berkepala lima tersebut mulai menelepon Liana untuk memberitahu dan menyuruh keluarganya datang ke acara kecil-kecilan tersebut. Tak lupa singgah sebentar ke rumah Rava yang diundang juga ke acara tersebut. Rava tersenyum dan mengatakan akan datang ke rumah mereka. Ghana pun tak lupa untuk diundang ke rumahnya. Wanita itu mulai menerima Ghana di kehidupan anak pertamanya.
Dasha yang pusing melihat Mamanya mondar-mandir menyiapkan bahan untuk pesta barbeque malam ini turut membantu Resty mempersiapkan semua itu. Dari menata, menaruh, dan membuat bumbu untuk pesta hari ini. Dasha memang lihai dalam urusan dapur sehingga Resty tidak melarangnya menyiapkan semua itu.
"Ma, ini dagingnya cukup cuma segini?" tanya Dasha ketika melihat isi freezer.
"Cukup. Syahnaz nggak terlalu doyan sama daging sapi. Buat dia udah ada daging ayam sama sosis."
"Ma, bumbunya udah pas belom? Lidahku masih aneh buat cicip rasa."
Resty mencicip bumbu yang dibuat oleh Dasha. Hanya kurang sedikit garam agar rasanya pas. Wanita itu menabur garam dan mengaduk kembali supaya tercampur rata. "Pacar kamu jadi datang kan?"
"Hah? Siapa?"
"Ghana. Jadi datang kan?"
Dasha cengo mendengar kata pacar yang diucapkan oleh Mamanya. Baru kali ini mendengar hal itu dari mulut Resty. "Mama tau dari mana aku pacaran sama dia?"
"Asal ngomong aja sih. Tapi beneran ya kalian udah pacaran?"
Pipi Dasha bersemu karena secara tidak sengaja mengungkapkan hubungan keduanya yang sudah pasti. Resty tertawa karena melihat perubahan warna wajah anaknya.
Bunyi bel memberitahu ada orang yang datang ke rumah mereka. Resty buru-buru membuka gerbang dan menampilkan tubuh Syahnaz yang dibalut pakaian modis remaja saat ini. Ditambah topi dan kacamata hitam sebagai aksesorisnya. Syahnaz menyalim Resty yang terdiam melihat kehadiran anaknya yang sudah lama diadopsi orang lain.
"Nggak apa kan aku duluan ke sini buat bantuin kalian?"
"Syahnaz, mama rindu." Resty mengusap rambut putih milik anaknya.
"Peluk aku dong kalau rindu."
Langsung saja Resty memeluk anak yang menjadi sumber rasa bersalahnya selama bertahun-tahun. Dihantui rasa bersalah membuatnya cemas jika suatu saat dirinya tak bisa melihat Syahnaz lagi dan mendekapnya seperti ini. Dulu ia hanya bisa mengecup dan mengusap rambut Syahnaz saat gadis kecil itu sudah tertidur.
"Mama, sampai kapan kita mau di depan gerbang?"
*--*
Beberapa tamu yang diundang mulai berdatangan ke rumah milik keluarga Resty. Syahnaz mengajak mereka ke taman belakang yang sudah tersedia meja dan kursi untuk mereka. Gadis yang lain menyuguhkan minuman untuk mereka yang baru datang. Walau baru pulang tadi siang, Dasha tetap andil dalam melayani tamu-tamunya. Wajahnya sudah dipoles make-up tipis agar terlihat lebih segar. Bibirnya pun ia beri polesan liptint dengan warna pink peach.
"Loh kamu kan baru sembuh. Duduk aja dulu." Liana menyuruh Dasha untuk duduk di sebelahnya. Jiwa keibuan Liana muncul melihat raut lelah dari Dasha yang tetap memaksa untuk ikut bekerja di acara ini. "Jangan dipaksa dulu. Sini duduk aja, biar tante yang ambil alih."
"Aduh nggak usah, tan, saya masih kuat kok."
Liana bergeleng. "Nggak. Kamu udah keringet dingin gitu. Nanti bukannya sehat malah masuk lagi ke rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBINO
Teen FictionDunia akan menjadi baik jika lo tetap bersama gue. *--* Kisah gadis albino yang belum berdamai dengan masa lalu. Menyebabkan dirinya takut untuk terbuka dengan sekitar. Namun, hari itu. Hari pertama ia masuk SMA Oxigar. Ia perlahan mulai melawan ras...