Happy Reading & Enjoy All
Setelah memberikan beberapa uang kepada supir taksi, Tatiana bergegas keluar. Dia pusing dan sedikit mual. Ah, mungkin dia mulai mabuk. Tatiana memijat tengkuknya untuk meredakan rasa tak enak itu.
"Baru pulang, Tatiana?"
Teguran dari suara itu membuat Tatiana mendongak. Dia menghela nafas malas. Dua bersaudara itu pasti sudah melaporkannya.
"Macet, Pa." Jawab Tatiana dengan malas.
Bobby Aruan langsung saja melirik jam di tangannya. "Macet di jam seperti ini? Wah, sepertinya orang-orang mulai jadi seperti kamu semua sampai jalanan macet di jam-jam seperti ini..." Itu sindiran.
Tatiana mendongak dan menatap Ayahnya dengan tajam. "Sepertiku semua? Memangnya aku seperti apa, Pa?" Desis Tatiana. Amarahnya mulai menumpuk.
"Kamu pulang larut malam dan dengan pakaian seperti itu... kamu tahu kamu terlihat seperti apa sekarang?" Bobby dan Tatiana saling melempar tatapan tajam. "Kamu seperti perempuan malam rendahan, Tatiana." Bobby menghela nafas pelan. Begitu susah untuk mengatakan kalimat itu, tapi dia harus mengatakannya.
Tatiana terperangah. Apa itu baru saja keluar dari mulut seorang Ayah? Tatiana menggigit bibir bawahnya keras-keras.
"Memangnya kenapa? Aku juga sering pulang malam saat di Kanada. Apa salahnya?" Tatiana masih menantang.
"Kamu boleh melakukan semaumu di Kanada, tapi di sini, kamu harus menuruti semua peraturan yang Papa buat. Kalau kamu melanggar, Papa tidak akan segan memberikan hukuman."
"Kenapa hanya aku? Alberta dan Cornelia juga pergi ke pesta itu dan pulang selarut ini juga, tapi kenapa hanya aku yang diperlakukan seperti ini?" Tatiana menuntut penjelasan. Dalam hati dia menyumpahi Alberta dan Cornelia yang benar-benar membuatnya jadi 'perempuan malam rendahan' malam ini.
"Karena mereka berbeda..." Jawab Bobby pelan.
Tatiana tertawa keras-keras. "Berbeda? Apanya yang berbeda, Pa? Apa mereka anak kesayangan sedangkan aku anak buangan?"
"...."
"Jawab, Pa!" Tuntut Tatiana sementara Bobby justru terlihat malas menanggapi.
"Papa tidak mau tahu, selama di sini kamu harus menuruti apa kata Papa. Jangan pulang terlalu larut lagi atau Papa akan memberimu pengawalan yang ketat."
Ancaman itu hanya ditanggapi dengusan oleh Tatiana. "Aku tidak bisa diatur, Papa... jadi aku akan kembali ke Kanada saja. Itu lebih baik daripada di sini."
"Tidak!" Bobby menentang dengan suara keras. "Kamu tidak boleh kembali ke Kanada sekarang. Kamu harus di sini dan itu perintah yang tidak bisa dilanggar." Putus Bobby sambil membalikkan badannya hendak masuk ke dalam rumah.
Amarah Tatiana memuncak. Dia tidak terima diperlakukan seperti ini. Selama ini dia selalu menuruti apa kata Ayahnya, tapi inikah balasannya?
"Papa bilang aku seperti perempuan malam rendahan?" Tatiana bersuara lantang dan membuat langkah Bobby terhenti.
"...." Bobby mematung di tempatnya.
"Tapi aku tidak merasa seperti itu. Aku merasa lain..." Tatiana menelan ludahnya. "Papa tahu aku merasa seperti apa?" Imbuh Tatiana misterius.
"...." Kali ini Bobby sudah berbalik dan menatap putrinya penuh perhitungan.
"Aku merasa seperti anjing peliharaan Papa. Status yang lebih buruk dari sekedar perempuan malam rendahan!"
"Tatiana!!"
"Kenapa, Pa? Memang benar adanya. Saat Papa bilang untuk kembali ke sini, aku harus kembali. Dan saat Papa mengusirku lagi dengan alasan travelling, aku juga harus pergi. Tidak peduli seperti apa perasaanku, aku harus menuruti apa kata Papa. Bukan, kah aku anjing yang sangat penurut, Pa?"
Wajah Bobby memerah marah. Ditatapnya wajah putrinya yang memerah juga karena amarah lekat-lekat.
"Terserah kamu mau menganggapnya seperti apa, tapi tetap saja Papa melakukannya untuk kebaikan kamu. Kamu tetap putri Papa, anak kandung Papa. Dan sudah seharusnya seorang Papa melindungi anaknya dari bahaya yang mengintai."
"...." Mata Tatiana berkaca-kaca mendengarnya. Kenapa kata-kata Papanya terdengar sangat peduli padahal sebenarnya tidak? Dia merasa dipermainkan dengan kata-kata itu. Tatiana menggigit bibir bawahnya untuk menahan air mata yang ingin keluar.
"Masuk dan beristirahatlah, Tatiana..."
Tatiana masih mematung di tempatnya sementara Bobby sudah berbalik hendak pergi. Lalu pria paruh baya itu menghentikan langkahnya. Dia melirik putrinya sekilas sebelum benar-benar pergi.
"Jangan terlalu emosi, Tatiana. Emosi sangat tidak baik untuk kesehatan." Bobby menasehati lalu menghela nafas. "Selamat malam." Ucapnya lalu meninggalkan sang putri sendirian.
***
Setelah berhasil menetralkan perasaannya, Tatiana memutuskan masuk ke dalam rumah. Baru saja dia menutup pintu, dia mendengar sebuah suara yang sangat menyebalkan.
"Ah, jadi malam ini Tatiana Aruan menjadi seorang perempuan malam rendahan di mata Papanya. Perfect sekali, Tatiana..."
Tatiana memejamkan matanya, lalu berbalik dengan senyum lebar yang menipu.
"Kenapa Cornelia? Apa lo juga iri dengan status perempuan malam rendahan yang baru saja gue dapatkan malam ini?"
"Kenapa juga gue harus iri? Gue gak pernah iri sama sekali ke lo, Tatiana."
Tatiana sengaja membulatkan matanya pura-pura terkejut. "Masa sih? Malem ini bukannya lo udah di kasih tahu sama Alberta kalo gue berhasil menggoda Marcell? Bukannya lo juga ngincer Marcell ya?"
Tatiana menipiskan bibirnya. Cornelia adalah perempuan yang mudah sekali terprovokasi dan Tatiana tahu itu.
"Marcell takluk ke lo hanyalah sebuah kebetulan doang. Marcell laki-laki sejati dan sebagai laki-laki dia pasti tergoda dengan perempuan yang..." Cornelia menggantungkan kalimatnya. Dia melihat pakaian Tatiana dengan tatapan mencemooh. "Pakaian lo bener-bener pakaian perempuan malam rendahan, Tatiana. Pantas Marcell takluk."
Itu hinaan, tapi Tatiana mencoba tetap mengontrol emosinya dengan tersenyum. Ini bukan pertama kali dia dihina seperti itu.
"Nggak masalah pakaian gue keliatan kayak gitu, yang penting adalah gue berhasil menaklukkan Marcell dalam satu malam. Bahkan lo yang udah lama ngincer dia pun gak bisa menaklukkannya... so, guelah yang terbaik. Ngerti?"
"Tatiana... lo bener-bener-" Suara Cornelia naik satu oktaf.
Tatiana mendongak menantang. "Kenapa? Sama seperti lo yang berusaha dengan cara apapun supaya gue terlihat salah di depan Papa, gue juga bakal berusaha dengan cara apapun supaya gue berhasil menaklukkan Marcell. Anggap aja kita impas..."
"...." Tatiana mendengar nafas Cornelia yang sudah memburu.
"Mending lo pergi deh, sebelum gue hajar lo. Gue lagi dalam mood yang gak baik ini..." Tatiana memperingatkan. Dan tanpa mengulangi kalimatnya lagi, Cornelia sudah angkat kaki dengan amarah.
TBC
Masih next yaa wkwk... selamat menikmati hidangan tengah malam ini :)
Jangan lupa vote dan komennya yaa :)
18 Desember 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Losing You | #1 Twins Series
RomanceTidak semua orang yang hidup bergelimangan harta akan hidup bahagia. Itulah yang diyakini oleh Tatiana Adeline Aruan. Bukan tanpa sebab, tapi perempuan itu mengalaminya sendiri. Dia punya ayah yang kaya tapi dia tak pernah mendapatkan kasih sayangny...