Happy Reading & Enjoy All
"Apa yang selanjutnya?" Tanya Tatiana keesokan harinya dengan tak sabar via telepon.
"Lo bener-bener udah nggak sabar ya?"
Meski Marcell terdengar mengejeknya, tapi Tatiana tak mempermasalahkannya. Dia mengangguk tanpa sadar. "Iya. Lebih cepat, lebih baik."
"Okay, kalo gitu besok lo ikut gue ke pesta salah satu rekan bisnis gue."
Tatiana langsung merengut. "Kok kita jadi berpesta sih? Gue mau berubah, bukannya berpesta, Marcell."
"Udah, lo nurut aja. Siapin diri dan pakaian."
Tatiana mencebik tak suka. Dia belum mendapatkan penjelasan dan pria itu sudah memerintahnya.
"Kalo lo mau pake pakaian yang sexy, nggak masalah. Tapi ingat Tatiana... jangan berlebihan. Gue nggak mau lo nyesel setelahnya."
"Maksudnya?"
"Ikutin perintah gue pokoknya. Sekarang bisa kita tutup telepon ini, Tatiana? Lo ganggu gue yang lagi kerja."
Tatiana merengut.
"Besok gue jemput setengah tujuh malem. Bye, sayangku."
Sayangku? Tatiaan mendecih mengejek panggilan menjijikkan itu.
***
Marcell memindai Tatiana dengan mata menilai. Bagian depan dress Tatiana terlihat masih sopan. Walau belahan dada gaun itu cukup rendah, tapi dada Tatiana tertutupi dengan baik. Disuruhnya Tatiana berputar dan perempuan itu menurut. Punggung gaun itu juga masih sopan. Hanya satu masalahnya, yaitu bagian bawah gaunnya yang terlihat menerawang. Dia berfikir sejenak lalu mengangguk.
"Oke, lo boleh pake itu." Putusnya menyetujui karena merasa tak masalah dengan bawahan yang menerawang itu. Toh hanya bagian paha, bukan dari atas sampai bawah.
Tatiana mendengus kesal. Dia seperti orang bodoh saja mengikuti kemauan Marcell. "Terus, kalo misalnya gaun ini nggak cocok, lo mau apa? Suruh gue ganti lagi?"
Marcell menjentikkan jarinya dan mengangguk mantap. "Iya dong. Dan kali ini gue yang bakal pilihin gaunnya. Tapi untungnya lo masih tahu batasan."
Emangnya gue seliar itu sampe nggak tahu batasan, hah?
"Masuk," Marcell membukakan pintu dan Tatiana menurut saja meski benaknya masih bertanya-tanya.
"Lo nggak mau ngasih tahu ke mana kita bakal pergi gitu? Jangan bikin gue penasaran, Marcell."
"Kita bakal dateng ke sebuah pesta."
"Dan memangnya kenapa gue harus dateng ke pesta itu bareng lo?"
"Lo mau berubah, kan?"
Tatiana mengangguk.
"Ya ini langkah pertamanya. Lo harus dikenal oleh semua orang kalo mau misi Berubah-Menjadi-Sempurna berjalan dengan lancar. Dan malem ini gue yang akan mengenalkan lo ke dunia."
"...."
"Kenapa harus pergi dengan gue? Karena gue pria yang mempesona, Tatiana." Ujar Marcell dengan bangganya. "Orang-orang yang melihat lo dateng bareng gue pasti akan langsung penasaran setengah mati. Mereka akan mencaritahu siapa perempuan itu. Dan boom! Lo akan langsung terkenal, Tatiana Aruan."
Benarkah?
***
Perkataan Marcell benar-benar terjadi. Kedatangannya dengan Marcell langsung menarik minat banyak orang, bahkan beberapa photographer dari beberapa surat kabar nampak berlomba-lomba mendapatkan angle yang bagus.
Tatiana sempat merasa risih, tapi Marcell malah menggenggam tangannya. Hal ini tentu saja membuat photographer itu semakin kegirangan dan semakin gencar menekan shutter kamera mereka.
Sebenarnya Marcell ini pebisnis atau artis?
Setelah merasa cukup dengan pemotretan dadakan ini, Marcell langsung menggenggam tangan Tatiana dan membawa perempuan itu untuk semakin masuk ke dalam atau lebih tepatnya ke meja yang memang disiapkan untuk Marcell Nasution.
"Jujur sama gue sekarang, lo pebisnis yang merangkap artis terkenal, kan? Itu tadi... apaan sih, nggak jelas banget." Tuding Tatiana dengan mengibaskan rambutnya ke belakang.
Seperti dugaan Tatiana, Marcell terlihat tertawa penuh kebanggaan. Tatiana berdecak. "Perlu berapa kali sih buat menjelaskannya, gue ini terkenal, Tatiana. Sangat terkenal malahan."
"Memang ini pesta siapa sih? Kok gue liat ada banyak photographer majalah tertentu."
"Ini anniversary pernikahan kolega bisnis gue. Suaminya yang berbisnis dan menjalin kerja sama bareng gue dan istrinya adalah artis yang sangat terkenal. Wajar kalo banyak media yang pengen meliput di sini."
Tatiana tampak terkejut dengan apa yang diberitahukan Marcell. Jadi yang dia datangi adalah pesta orang penting. Seorang pebisnis dengan artis terkenal. Berarti bukan tidak mungkin potretnya tadi akan menghiasi majalah bisnis dan majalah artis yang sering Tatiana lihat.
Tatiana meremas tangannya yang ada di pangkuannya. Entah kenapa dia cemas. Papanya sering mewanti-wanti kalau Tatiana tidak boleh memperkenalkan diri atau sampai dikenal oleh banyak orang. Katanya itu akan membahayakan dirinya dan Tatiana menurutinya.
Tapi sekarang Tatiana membangkang. Dia dipotret oleh banyak orang dan dari situ mereka akan bertanya-tanya tentang identitasnya. Orang-orang yang penasaran akan mencari tahu dan identitasnya akan terkuak. Semua orang mengenalnya, seperti keinginannya.
"Ini pertama kalinya, kan? Lo gugup?" Marcell melingkupi tangan Tatiana yang ada di pangkuan perempuan itu dengan tangannya.
Tatiana menggeleng. "Gue takut."
Alis Marcell bertaut. "Takut kenapa?"
"Ya, gue takut karena ini pertama kalinya. Belum lagi gue teringat perkataan Papa yang melarang gue memperkenalkan diri. Gue udah membangkang apa kata Papa, Marcell... dan kayaknya gue... gue nggak seberani itu, Marcell."
"Tatiana, dikenal dan mengenal orang bukan suatu kesalahan. Itu hak lo sebagai manusia. Mendapatkan apa yang menjadi hak lo jelas bukan suatu tindakan yang salah, juga bukan suatu pembangkangan."
"Tapi Marcell..."
"Tatiana, gue memang akan mengubah lo, tapi gue masih tahu batasannya. Gue nggak akan mengubah lo menjadi putri yang durhaka ke Papanya. Gue tahu Tatiana, sejahat apapun dia tetap Papa lo. Dan sebenci-bencinya lo ke dia, lo masih memiliki hati buat dia."
"..."
"Gue akan mengubah lo menjadi perempuan yang berani dan tegas untuk memperjuangkan apa yang memang seharusnya menjadi milik lo. Dan gue nggak akan mengubah lo jadi anak pembangkang. Lo percaya, kan sama gue?"
Tatiana mengangguk, walau ragu.
TBC
Semakin tak teratur wkwkwk
Semoga suka ya, jangan lupa vote dan komennya 😙😙
29 Maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Losing You | #1 Twins Series
RomantizmTidak semua orang yang hidup bergelimangan harta akan hidup bahagia. Itulah yang diyakini oleh Tatiana Adeline Aruan. Bukan tanpa sebab, tapi perempuan itu mengalaminya sendiri. Dia punya ayah yang kaya tapi dia tak pernah mendapatkan kasih sayangny...