Happy Reading & Enjoy All
"Bagaimana rasanya, hm?"
Di keheningan malam, suara itu tidak terdengar menakutkan sama sekali. Perempuan itu menyeringai sebelum membalikkan tubuhnya. Dengan santainya dia menyandarkan sebagian tubuhnya pada tralis pembatas balkon.
"Kau benar-benar terlihat seperti dia, Taliana."
"Tante, jangan lupakan fakta kalau kami kembar." Jawab Taliana dengan nada yang terdengar angkuh. "Dan stop memanggil aku Taliana. Rencana kita bisa terbongkar kalau Tante masih memanggil aku Taliana. Sekarang aku adalah Tatiana Aruan."
Ellena hampir saja tergelak jika tidak ingat di mana dia berada sekarang ini. Dengan tangan bersedekap angkuh dia mendekati Taliana. "Kalau begitu kamu juga harus berhenti memanggil aku sebagai Tante. Aku Mama kamu, Tatiana. Dia tetap memanggil aku 'Mama' meski di dalam hatinya dia muak setengah mati padaku."
"Sure."
Keduanya berdiri berdampingan di balkon. Angin terus berhembus dan menerbangkan helaian rambut Taliana yang terurai. Keduanya sama-sama menatap lurus ke depan, menyongsong berbagai rencana yang terlihat mudah sekali untuk ke depannya.
"Well, karena kau sudah di sini, jadi kita tidak akan sering berinteraksi. Yah, seperti yang kau tahu, kita tidak dekat. Bertemu secara diam-diam seperti ini juga tidak baik, jadi menjaga jarak adalah yang terbaik. Berhati-hatilah untuk semua tindakanmu."
"Tentu saja. Butuh waktu yang cukup lama untuk aku bisa berada di sini, jadi aku tidak akan mengacaukan semuanya. Tidak akan pernah."
Ellena menyeringai.
"Setelah mengetahui pengkhianatannya, aku benar-benar benci dengan fakta kalau kami memiliki wajah yang serupa. Aku melihat dia dan pengkhianatannya setiap kali bercermin, dan itu membuat aku muak." Kebencian memenuhi sorot matanya. "Tapi dengan adanya peluang balas dendam ini, aku benar-benar bersyukur dengan wajah ini. Kami mirip. Dan semuanya akan sangat mudah karena kami mirip. Itulah bagian paling menyenangkan di sini."
***
Pagi ini terasa berbeda, pikir Taliana. Tubuhnya terasa ringan dan semuanya terasa menyenangkan. Tidak ada ekspresi muram karena semua masalah tak kunjung selesai, yang ada hanyalah bibir berkedut yang sejak tadi menahan senyum lebarnya untuk terbit.
Dulu sekali, Taliana selalu terbangun dengan tidak nyaman. Ada banyak pemikiran yang berkecamuk di kepalanya, seperti apa yang sedang Tatiana lakukan, apa yang didapatkan Tatiana hari ini, atau seberapa bahagia kembarannya itu hari ini. Dan setelahnya dia akan membandingkan itu semua dengan apa yang didapatkan oleh dirinya dalam persembunyian ini.
Dan semuanya benar-benar berbanding terbalik. Tatiana selalu bahagia dan dirinya selalu menderita –dalam kesempatan apapun.
Tapi itu dulu, hari ini sudah berbeda. Mulai hari ini semua ini menjadi miliknya. Kebahagiaan ini akan menjadi miliknya sepenuhnya. Dia tidak perlu berbagi atau memikirkan keadaan kembarannya. Dia bisa memikirkan dirinya sendiri mulai sekarang.
Saat akan ke lantai dasar Taliana berpapasan dengan Cornelia yang juga hendak turun ke bawah. Dan dari ekspresi yang perempuan itu berikan –dengan wajah muram penuh kebencian- Taliana yakin sekali kalau anak Tante Ellena tersebut tidak tahu tentang identitasnya. Sepertinya Tante Ellena menginginkan semua ini benar-benar hanya di antara mereka saja, tidak melibatkan siapapun lagi. Syukurlah, pikir Taliana, semakin sedikit yang tahu identitasnya, maka kemungkinannya untuk berhasil semakin besar. Tidak perlu drama yang berlebihan untuk rencana spektakuler ini.
"Kamu tidak sarapan, Tatiana?"
Taliana sempat terkejut mendengar Bobby Aruan berbicara padanya. Yah, siapa yang tidak terkejut di awal ketika ada seseorang yang memanggilmu dengan nama lain dan kau harus menengok secara natural. Okay, inilah saat untuk mulai membiasakan dirinya. Di sini, di dunia barunya, namanya adalah Tatiana Aruan, bukan Taliana. Tidak ada yang mengenal nama itu di sini.
"Tidak, Papa. Aku akan keluar saja."
"Mau ke mana kamu sepagi ini, Tatiana?"
"Mmm, mungkin ke tempat Marcell? Atau tempat lain? Entahlah. Yang jelas aku tidak akan di rumah. Aku tahu kalian semua tidak nyaman dengan keberadaanku." Taliana terlihat cuek dengan perkataannya, kemudian melenggang pergi tanpa permisi atau meminta maaf. Hampir mendekati seperti yang akan Tatiana lakukan.
Taliana tidak bercanda ketika bibirnya berujar hendak ke tempat Marcell. Dia memang ingin berkunjung ke apartemen Marcell Nasution. Sebenarnya ini bukan ide yang bagus. Tante Ellena bahkan menyarankan dirinya untuk tidak keluar dan bertemu dengan orang-orang yang mengenal Tatiana. Dia fikir itu berbahaya. Taliana tahu semua orang yang berhubungan dengan Tatiana, tapi dia tidak tahu dengan pasti apa saja yang Tatiana bicarakan dengan orang-orang tersebut. Karena itulah hal itu menjadi berbahaya.
Tapi untuk Marcell... pria itu berbeda. Dia pengecualian. Dia bisa tidak menemui siapapun, tapi Taliana bersumpah kalau dia akan menemui Marcell secara rutin. Marcell memiliki tempat tersendiri. Dan juga Marcell adalah pacarnya Tatiana, jadi kenapa dia tidak sedikit merasakannya juga?
Dan senyumnya langsung pupus kala tindakan 'sedikit merasakannya juga' tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Apartemen pria itu kosong, terbukti dari ketukannya yang sejak tadi tidak direspon sedikitpun. Dan ponsel pria itu juga mati.
Shit!
"Tatiana?"
Taliana membalikkan punggungnya dengan cepat. Dan sebuah pelukan super ketat langsung menerjangnya. Dirinya yang masih terkejut tidak bisa merespon apapun, sampai akhirnya kesadarannya kembali lalu senyumnya mengembang dan dia mengelus punggung pria itu sekilas.
"Hai." Senyum tulus tercetak di bibirnya.
"Bagaimana mungkin lo ada di sini? Seharusnya lo ada di Kanada sekarang."
"Aku tidak jadi pergi."
Kening Marcell langsung berkerut. "Tidak jadi? Kenapa?"
"Well..." Dadanya berdegup dengan kencang. Inilah sensasi yang selalu dirasakan oleh pembohong. "Setelah kupikir-pikir, aku tidak terlalu menginginkannya." Setelah menarik nafas pelan, dia kembali berujar. "Kamu dari mana, Marcell? Aku berdiri di sini sejak tadi. Ponselmu juga mati."
"Gue dari Kanada, buat nyusul lo. Tadinya gue pengen mengejutkan lo, tapi sepertinya gue lah yang terkejut." Ucap Marcell lambat-lambat. "Kenapa lo nggak mengabari gue, Tatiana? Well, gue sempet khawatir saat nggak menemukanmu di sana."
Taliana mencoba menarik sudut bibirnya. Dia agak kebingungan hendak menjawab apa. Sepertinya hal semacam inilah yang ditakutkan Tante Ellena. Dan Taliana benar-benar menantang maut di hari pertamanya sebagai Tatiana Aruan.
"Tadinya aku juga mau mengejutkanmu. Tapi sepertinya semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Kita berdua sama-sama terkejut."
***
Tatiana merasa kalau kepalanya sangat pusing. Dia yakin sekali tubuhnya berbaring, tapi rasanya seluruh ruangan berputar. Perempuan itu memejamkan matanya untuk mencoba memfokuskan penglihatannya. Dan ketika semuanya sudah jelas terlihat, barulah dia merasakan keanehannya. Dia berada di ruangan bernuansa putih nan membosankan, tangan dan kakinya terikat di masing-masing sisi ranjang, dan –yang terparah- bibirnya dibungkam dengan lakban.
Sialan.
TBC
Menjelang akhir semester dan aku memang bener-bener sibuk sama kuliah. Kuliah teori, praktek, sampe dines di rumah sakit. Jadi yaaaa agak nyengir doang pas udah nyampe rumah dan langsung tidur :'((
Nggak janji kapan update lagi, tapi aku usahakan. Terima kasih untuk yg bisa memaham :'))
2 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Losing You | #1 Twins Series
RomanceTidak semua orang yang hidup bergelimangan harta akan hidup bahagia. Itulah yang diyakini oleh Tatiana Adeline Aruan. Bukan tanpa sebab, tapi perempuan itu mengalaminya sendiri. Dia punya ayah yang kaya tapi dia tak pernah mendapatkan kasih sayangny...