Happy Reading & Enjoy All
Taliana terbangun dari fase kritisnya. Nafasnya memburu dan matanya terbuka lebar. Untuk beberapa saat, Taliana merasa kalau tubuhnya kaku. Matanya hanya bisa mengedar panik tapi tubuhnya tidak bisa digerakkan sama sekali.
Sekelabatan ingatan menyeruak di kepala Taliana. Dia dan kakaknya kecelakaan. Taksi yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Taliana tidak tahu detailnya karena pada saat bersamaan kakaknya menyembunyikan kepalanya ke dadanya.
Taliana termenung meski keadaan tubuhnya mulai membaik. Taliana ingat sekali beberapa detik sebelum kesadarannya menyerah, dia mendengar kakaknya mengatakan untuk mempercayainya. Dan sebelum itu, kakaknya dengan tegas menyanggupi untuk mati menggantikan dirinya. Jadi inikah arti semua itu? Kakaknya bersedia mati untuknya dan meminta Taliana untuk mempercayai kata-katanya itu?
Setitik air mata menetes dan membuat Taliana merasa amat sangat bersalah. Dia mengatakan itu karena emosi dan seolah semesta mendukung, semua yang dia katakan terjadi. Dan kakaknya menepati janjinya. Taliana benar-benar merasa buruk karena ini. Lalu di mana kakaknya sekarang? Taliana berusaha untuk duduk walau kesulitan. Dia benar-benar harus bertemu kakaknya.
Taliana mengedarkan matanya dan mendapati ruang perawatannya kosong. Tidak ada siapapun. Apa tidak ada orang yang menungguinya? Atau yang terparah, apakah tidak ada yang tahu kalau dirinya kecelakaan? Lalu bagaimana kalau kakaknya terluka parah?
Dengan perasaan khawatir, Taliana berusaha turun dari ranjang. Tapi suara ribut di luar ruang perawatannya menghentikan pergerakannya. Itu adalah suara orang yang Taliana sebut sebagai Papa dan Tante Ellena. Taliana yakin sekali.
Lalu kenapa mereka ribut seperti itu?
***
"Jadi, bisa kamu jelaskan padaku tentang semua ini, Ellena?" desis Bobby Aruan dengan tatapan setajam pisau. Di matanya, Ellena benar-benar bukan manusia lagi. "Sepuluh tahun aku hidup dengan fakta kalau Taliana sudah meninggal, dan hari ini aku dikabarkan kalau kedua putriku kecelakaan mobil dan terluka parah. Apa ini juga ulah kamu?" tambahnya dengan ekspresi murka.
Ellena tidak menjawab apapun, tapi perempuan itu memilih memalingkan wajahnya. Hal ini menyulut emosi Bobby Aruan sampai pada tingkatan paling tinggi..
"Aku benar-benar menyesal sudah menikahi perempuan sepertimu dan menghidupi kalian dengan layak. Benar-benar menjijikkan!"
"Menjijikkan katamu?" desis Ellena dengan kemurkaan yang terpancar dengan jelas. "Kamu lebih menjijikkan, Bobby!" tambahnya dengan raungan yang menenuhi lorong tersebut. "Kamu tahu kenapa aku melakukan ini pada kamu? Karena kamu pantas mendapatkannya!"
"Pantas katamu? Aku bahkan tidak tahu apa kesalahanku padamu, lalu tiba-tiba kau muncul dan menghancurkan keluargaku!"
"Aku memperjuangkan hak anak aku yang kamu telantarkan, Bobby."
"Hak apa yang kamu maksud, Ellena? Memang benar kita sudah menikah selama sepuluh tahun, tapi tidak pernah sekalipun kamu dan anak-anak kamu punya hak atas hidup aku." Jawab Bobby dengan skeptis.
Kemarahan Ellena semakin menjadi-jadi. "Aku dan Alberta memang tidak punya hak atas hidup kamu, tapi Cornelia punya. Dia anak kamu, Bobby Aruan!"
"Apa katamu? Jangan bodoh, Ellena." Bobby terkejut. "Cornelia bukan anak aku." Tegasnya.
"Dan kamu masih bisa tidak mengakuinya? Kau benar-benar sialan, Bobby."
Ellena memaki tanpa mempedulikan apapun lagi. Dia tidak peduli apabila mereka akan diseret oleh security detik ini juga karena saling berteriak di depan kamar pasien. Dia benar-benar harus menyelesaikannya di sini dan mendapatkan hak Cornelia sebagai anak Bobby Aruan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Losing You | #1 Twins Series
RomanceTidak semua orang yang hidup bergelimangan harta akan hidup bahagia. Itulah yang diyakini oleh Tatiana Adeline Aruan. Bukan tanpa sebab, tapi perempuan itu mengalaminya sendiri. Dia punya ayah yang kaya tapi dia tak pernah mendapatkan kasih sayangny...