6. Apa Kamu Akan Menikahinya?

5.7K 529 5
                                    

Happy Reading & Enjoy All

Marcell meremas kertas yang dipegangnya. Dia kecewa sekali. Laki-laki yang memberi kertas itu menunduk, penuh penyesalan.

"Aku bilang semuanya dan kamu hanya mendapatkan ini?" Desis Marcell.

Laki-laki itu menunduk semakin dalam dengan penyesalan. "Maafkan saya Tuan, tapi memang ini yang bisa saya dapatkan. Semua yang tertulis sudah keseluruhannya, tidak ada lagi orang lain."

Marcell meletakkan kertas yang dipegangnya dengan kasar. Dia menghela nafas untuk mengontrol emosinya. Dia ada di kantor sekarang. Tanpa pikir panjang Marcell menarik laci meja kerjanya. Diambilnya amplop coklat yang cukup tebal. Dia menyerahkan amplop berisi uang itu kepada laki-laki itu.

"Ini imbalanmu. Terima kasih karena sudah berusaha."

Dengan ragu-ragu laki-laki itu mengambil uang yang menjadi imbalannya. "Maafkan saya Tuan, beri saya satu kesempatan lagi dan saya akan menemukannya. Saya harus membuat uang ini pantas untuk saya terima."

Marcell menggeleng tegas. "Tidak perlu. Kamu tidak akan bisa menemukannya, sampai kapanpun, karena dia memang disembunyikan dengan sengaja oleh orang tuanya. Pergilah, uang itu pantas untuk kamu terima."

"Saya permisi." Laki-laki itu menunduk sekilas lalu meninggalkan ruangan itu.

Marcell memejamkan matanya sambil bertopang dagu. Dia sedang berfikir bagaimana supaya dia bisa bertemu dengan perempuan itu. Informan suruhannya sudah tidak berguna lagi. Perempuan itu benar-benar disembunyikan dengan baik oleh keluarganya.

Tapi masih ada satu cara. Jika cara belakang tidak bisa, maka dia harus menggunakan cara depan. Jika mencari informasi secara diam-diam tidak berhasil, maka dia harus mencari informasi secara terang-terangan. Dan cara terang-terangan yang sudah pasti akan berhasil adalah menemui langsung Bobby Aruan.

Tapi... bagaimana caranya dia menemui Bobby Aruan dan diterima dengan tangan terbuka oleh laki-laki itu?

***

"Pa, bagaimana kalau kita melakukan kerja sama dengan Bobby Aruan?"

Ray yang sedang menyesap kopi di ruangannya sedikit tersedak. Dengan menahan senyumnya, dia meletakkan cangkir teh itu ke atas meja lagi. Anaknya begitu bodoh hari ini.

"Kamu lupa? Kita sudah berkerja sama dengan Bobby Aruan sejak lama, Marcell."

Marcell terdiam sebentar untuk merutuki kebodohannya. Bagaimana mungkin dia lupa?

"Apa tidak ada sesuatu yang harus kalian obrolkan lagi? Semisal tentang bisnis? Aku bisa membantunya."

"Kalaupun ada, Papa tidak akan membawa kamu, Marcell. Ini obrolan antar petinggi perusahaan, dan Papalah pimpinan tertinggi di perusahaan ini."

Marcell menipiskan bibirnya. "Tapi sebentar lagi akulah yang akan jadi pimpinan tertinggi perusahaan ini... Apa Papa masih tidak bisa membawa aku?"

Ray menggeleng tegas. "Tidak. Kamu belum bisa ikut campur masalah ini."

Marcell mendengus. "Jika begitu, bagaimana kalau kita mengadakan makan malam dengan mereka. Keluarga kita datang lengkap, begitupun dengan mereka. Harus keluarga lengkap. Anggap saja ini perayaan kecil-kecilan karena kerja sama dengan mereka berjalan dengan sangat baik sampai sekarang."

"Apa si sulung keluarga Aruan juga harus ikut?" Ray menaikkan alisnya untuk menggoda anak laki-lakinya itu.

Marcell berdehem untuk menutupi ekspresinya. "Tentu saja dia harus ikut." Marcell mengatakannya dengan mantap.

Ray terkekeh mendengar kata-kata anaknya. Secara tidak langsung Marcell meminta bantuannya untuk bisa menghadirkan keseluruhan keluarga Aruan. Anaknya ini benar-benar memiliki tingkat kegengsian yang tinggi.

"Kenapa kamu tidak meringkasnya jadi 'Papa tolong bantu aku untuk bertemu perempuan itu. Ayo kita makan malam bersama mereka' Kenapa tidak seperti itu saja Marcell daripada kamu bertele-tele?"

"...." Marcell membisu. Harga dirinya sedikit... dilukai.

"Marcell yang Papa kenal selalu to the point, tapi hari ini kamu bertele-tele. Sangat bukan Marcell yang Papa kenal."

Marcell memejamkan matanya sebentar lalu terbuka lagi dengan diiringi helaan nafas.

"Baiklah," Marcell menggantung kalimatnya. "Papa, bantu aku untuk bertemu perempuan itu. Ayo kita buat makan malam keluarga dengan mereka."

Ray tersenyum penuh kemenangan mendengar anaknya yang sudah dewasa ini meminta bantuannya.

"Memangnya kalau sudah bertemu dia, apa yang akan kamu lakukan? Menikahinya?"

"Papa, menikahi terlalu cepat. Mungkin aku akan mengenalnya terlebih dahulu."

"Lalu, ketika kamu merasa tidak cocok, apa yang akan kamu lakukan? Meninggalkan dia dan mencari yang lebih cocok lagi?"

"...."

"...."

Pria paruh baya itu menipiskan bibirnya. "Papa tidak mau melakukannya." Raymond Nasution memutuskan dengan tegas.

Marcell nampak tidak terima dengan perkataan papanya. "Apa maksud Papa? Setelah aku meminta-"

"Kamu tahu, kan kalau Papa tidak suka membuang-buang usaha untuk melakukan hal yang tidak berarti? Papa tidak akan melakukannya."

"Tapi, Pa..." Marcell terlihat putus asa.

"Papa tidak mendapatkan apapun dengan membantu kamu. Bahkan calon menantupun Papa tidak mendapatkannya. Jadi untuk apa Papa membantu kamu?"

"...."

"Papa membantu mendapatkannya dan kelak kamu akan membuangnya? Apa kamu pikir Papa punya banyak waktu untuk membantu kamu mendapatkan sesuatu yang pada akhirnya akan kamu buang? Kamu harus mendapatkannya sendiri dan dengan begitu kamu tidak akan mudah membuang sesuatu."

TBC

Haaiii... Ini kelanjutannya yaa. Semoga suka dan jangan lupa vote komennya 😉😉😉

23 Desember 2017

Losing You | #1 Twins SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang