Happy Reading & Enjoy All
"Tuan, Marcell Nasution ingin bertemu dengan anda."
Bobby Aruan mendongak mendengar nama anak laki-laki Raymond Nasution, temannya, disebut-sebut.
Bobby menyeringai. "Kemarin Papanya dan hari ini anaknya. Benar-benar mengejutkan..." gumamnya untuk dirinya sendiri. Dia mendongak dan menatap Laura dengan senyum terpatri. "Persilakan dia masuk, Laura. Dia adalah tamu penting."
Bobby Aruan bangkit dari kursi kebesarannya dan mengambil posisi duduk di sofa. Tak lama kemudian Marcell Nasution masuk dan langsung dipersilakan duduk.
"Marcell Nasution, bukankah sudah lama sekali dari terakhir kalinya kita bertemu?" Bobby bangun dan menjabat tangan Marcell sopan. "Silakan duduk."
Marcell mengangguk samar dan langsung mengambil posisi duduk berseberangan dengan Bobby Aruan.
"Aku bertanya-tanya kenapa kau datang kemari padahal seingatku kita tidak punya jadwal bertemu," Bobby bertanya pada Marcell dengan berpura-pura tidak tahu perihal pria itu yang ingin menemuinya.
"Memang bukan urusan pekerjaan, tapi lebih ke urusan pribadi, Tuan Aruan." Marcell tidak main-main. Ekspresi pria itu serius dan Marcell tidak pernah seserius ini sebelumnya.
Bobby berpura-pura memasang ekspresi kaget. "Urusan pribadi seperti apa? Sepertinya kita tidak memiliki urusan pribadi, Marcell."
"Aku ingin bertemu putrimu."
Terlalu tergesa-gesa, batin Bobby dengan seringaian.
"Putriku yang mana, Marcell? Cornelia atau Alberta?" Bobby menaikkan alisnya.
Marcell menggeleng tanda tak menyetujui opsi yang diberikan pria paruh baya itu. "Bukan keduanya, tapi si sulung Aruan yang identitasnya anda sembunyikan. Bisa?"
Bobby tertawa terbahak-bahak mendengar nada suara Marcell yang terdengar kurang ajar itu.
"Tentu saja tidak bisa. Siapa kau sampai memerintahku seperti ini, Marcell?" Bobby tak sungkan untuk menunjukkan ekspresi tidak sukanya pada Marcell yang terdengar sangat angkuh. "Dan bukan seperti ini cara meminta pada orang tua si perempuan. Kau bahkan akan langsung ditolak sebelum menyampaikan tujuanmu yang sebenarnya."
"...." Marcell diam karena dia merasa apa yang Bobby katakan belum selesai.
"Memangnya ada hubungan apa sampai kau ingin bertemu dengan putri sulungku? Putriku jarang keluar rumah dan aku juga yakin dia tidak memperkenalkan dirinya secara eksklusif pada orang asing. Jadi bagaimana kau bisa mengetahuinya?"
"Aku bertemu dengannya di pesta malam itu."
"Apa kau melihat wajahnya?" Tanya Bobby menyelidik. Marcell menyeringai.
"Memangnya kenapa kalau aku melihat wajahnya? Apa yang akan anda lakukan?"
Bobby merilekskan tubuhnya dan mengangkat bahunya santai. "Mungkin aku hanya akan menyuruhmu melupakannya. Lupakan wajah itu dan kembalilah ke hidupmu yang dulu."
Itu peringatan dan Marcell menanggapinya dengan santai. Tak ada perasaan takut sedikitpun. "Kenapa aku harus melupakannya? Perempuan secantik itu sangat sulit untuk dilupakan."
"Kau bahkan belum mengetahui seperti apa rupanya dan barusan kau bilang kalau dia cantik? Bagaimana bisa kau berfikir seperti itu? Dia berbeda, tidak seperti yang ada dipikiranmu. Dia liar,"
Marcell mengetatkan rahangnya. Entah kenapa dia tidak suka perempuan itu dihina oleh ayahnya seperti itu.
"Malam itu aku memergokinya pulang dari pesta. Ya, kurasa dia jenuh karena terlalu lama di luar negeri sampai melanggar aturanku yang melarangnya keluar. Dia memakai pakaian yang terbuka dan aku yakin kau tertarik karena itu. Benar, kan?"
"...."
"Dia terlihat rendahan memakai pakaian itu dan aku tahu selera laki-laki muda sepertimu. Jadi Marcell, lupakan saja karena aku tidak akan membiarkan kau bertemu dengannya lagi, apalagi dengan pakaian seperti itu. Itu adalah kesalahan yang tidak akan terulang lagi."
"Nggak! Papa hanya akan marahin lo, gue jamin itu. Dia sayang pada kami dan nggak sayang ke lo!"
Marcell teringat dengan kata-kata Alberta malam itu yang mengatakan kalau Papanya hanya menyayangi Cornelia dan Alberta, tapi tidak menyayangi si sulung Aruan. Marcell mendongak dan menatap Bobby Aruan penuh perhitungan.
"Kenapa anda seperti ini?"
Bobby mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu?"
"Maksudku adalah kenapa anda mengatai putri anda rendahan? Bukankah si sulung adalah putri kandung anda sementara Cornelia dan Alberta hanyalah putri tiri anda? Kenapa anda begitu tidak adil membagi kasih sayang anda pada putri-putri anda?"
Bobby menipiskan bibirnya tak suka dikritik seperti itu. Baru kali ini ada orang yang mengkritik tentang caranya membagi kasih sayang. Mereka hanya bisa mengkritik dengan begitu menyebalkannya tanpa tahu alasan dibalik ketidakadilan itu.
"Itu bukan urusanmu, Marcell!"
"Perempuan itu sudah jadi urusan saya semenjak saya mencaritahu identitasnya dan anda menghalanginya."
"Kenapa kamu begitu penasaran, Marcell? Putri sulungku sama sekali tidak istimewa, tapi kenapa kau sangat ingin bertemu dengannya?"
Marcell menyeringai. "Dia sangat istimewa. Dari caramu membedakannya, aku tahu dia sangat istimewa."
Bobby menipiskan bibirnya tidak suka pada laki-laki di depannya ini.
"Akan kuberitahu satu hal yang mungkin akan membuatmu mundur jika mengetahuinya."
Marcell mengerutkan keningnya. "Apa itu?"
"Putri sulungku selalu berada dalam bahaya. Jika kamu menjalin hubungan dengannya, maka kamu juga akan terkena imbasnya. Aku tidak bisa membiarkan orang lain terlibat dalam masalah ini,"
"Apa anda bercanda, Bobby Aruan?" Sindir Marcell Nasution dengan tak suka.
Dengan tenang Bobby berkata, "Memangnya aku terlihat bercanda? Aku serius. Ada saat di mana aku akan menyuruh putriku pergi dari negeri ini. Bukan karena aku membencinya, tapi aku ingin melindunginya."
Marcell terdiam menatap Bobby Aruan. Tak ada kebohongan di mata tua itu dan membuat berbagai pemikiran yang membuat kepala Marcell berdentum. Dia menggelengkan kepalanya untuk sedikit menjernihkan otaknya.
"Aku tetap ingin bertemu dengannya."
"Sepertinya kau tidak mengerti maksudku-"
Dengan keras kepala Marcell memotong ucapan Bobby. "Aku mengerti, sangat mengerti. Dan meskipun begitu aku tetap ingin bertemu dengannya."
Bobby menatap Marcell serius. Helaan nafas terdengar pelan. Sifat keras kepala Raymond Nasution menurun pada putra satu-satunya itu.
"Begitu kau melihatnya dan mengetahui namanya, kau akan terikat dengannya. Aku tidak menakut-nakutimu, Marcell, tapi ini kenyataannya."
"Aku tidak takut sama sekali. Pertemukan aku dengannya."
Hening sejenak. Bobby menghela nafas untuk ke sekian kalinya.
"Baiklah, aku akan cari waktu yang tepat."
TBC
Haiii... Update lagi. Semoga suka yaaa :)
20 Januari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Losing You | #1 Twins Series
Storie d'amoreTidak semua orang yang hidup bergelimangan harta akan hidup bahagia. Itulah yang diyakini oleh Tatiana Adeline Aruan. Bukan tanpa sebab, tapi perempuan itu mengalaminya sendiri. Dia punya ayah yang kaya tapi dia tak pernah mendapatkan kasih sayangny...