46. Rasa Sayang dan Kebencian

2.7K 243 12
                                    

Happy Reading & Enjoy All

Insiden penculikannya kemarin membuat pola tidur Tatiana sedikit berantakan. Perempuan itu mengalami gangguan kesulitan tidur. Kalaupun dia berhasil tidur, itu akan berakhir dengan mimpi buruk. Dan setelah terbangun pun semuanya tak berhenti di situ saja. Dia akan terngiang mimpi itu terus-menerus, sampai akhirnya tidak bisa tidur dalam waktu yang lama lagi. Tidurnya menjadi tidak berkualitas meski dia tidur lebih awal dan terbangun ketika matahari sudah merangkak naik.

Tapi hari ini berbeda...

Tatiana tidur cukup malam dan terbangun saat matahari belum sepenuhnya muncul. Tapi meskipun begitu, dia merasa kalau tubuhnya sangat ringan. Dia benar-benar merasa segar dan bersemangat melakukan apapun pagi ini.

Yah, sayangnya dia tidak bisa melakukan apapun yang berhubungan dengan keluar apartemen. Sekarang ini dia sedang bersembunyi dari penculiknya yang sudah kalang kabut karena kehilangan dirinya. Entahlah... tapi yang Tatiana yakini adalah dia aman di sini. Dia tidak akan bertemu penculiknya lagi.

Jadi yang bisa dilakukan Tatiana untuk menyalurkan semangatnya pagi ini adalah berdiri di balkon untuk menyongsong langit yang semakin cerah. Yah, ini cukup. Saat ditawan dia tidak bisa menikmati momen ini. Dia hanya bisa melihat momen ini dari sliding door yang sepenuhnya dari kaca yang dikunci. Dia tidak bisa menikmati sejuknya udara yang menerpa wajahnya. Dan karena sekarang dia benar-benar bisa merasakannya, Tatiana benar-benar akan memuaskan diri.

Tangan yang tiba-tiba melingkari perutnya sedikit membuat Tatiana tersentak. Tapi kemudian dia teringat kata-kata Marcell bahwa dia aman di sini, dan hanya ada mereka berdua. Sehingga dia berhasil meyakinkan diri bahwa yang memeluknya dengan rapat seperti ini adalah Marcell.

Tatiana semakin rileks saat tangan besar Marcell mengelus seputaran perut dan pinggangnya. Dia nyaman.

"Ini masih terlalu pagi, sayang. Kenapa terbangun, hm?" ujar Marcell pelan sambil menjalankan kecupan di leher dan bahu Tatiana yang terbuka sedikit.

Tatiana membalikkan badan dan mendapati Marcell hanya memakai celana tidur yang menggantung provokatif di pinggangnya. Pria itu bertelanjang dada. Okay, seperti kata Marcell, ini masih terlalu pagi. Jadi sebaiknya aku tidak berfikiran yang aneh-aneh, tekad Tatiana.

Untuk mengendalikan dirinya, Tatiana menepuk bahu Marcell sekilas. "Please, jangan panggil gue dengan sebutan sayang. Bahkan kalau perlu nggak usah bersikap sok manis. Gue geli mendengarnya, Marcell."

Marcell tersenyum bak anak kecil. Yah, inilah Tatiana-nya. "Tapi gue pengen, gimana coba?" godanya.

"Ya nggak usah pengen. Aneh tahu dengernya." Jawabnya dengan nada ketus yang sebenarnya bukan itu arti sebenarnya. Dia malu.

"Mimpi buruk?" Marcell memutuskan menyudahi aksi menggoda Tatiana. Ada hal yang lebih penting dari itu sekarang. "Johanna bilang lo sering bangun tengah malem karena mimpi buruk."

Tatiana tersenyum –senyum pertama pagi hari ini dan tentu saja membuat dada Marcell berdetak dua kali lebih cepat. Perempuan itu mengalungkan kedua tangannya di leher Marcell dan bergelayut sedikit manja.

"Nggak kok. Malah malam ini gue tidur dengan nyenyak tanpa mimpi yang aneh-aneh." Jawab Tatiana dengan sumringah. "Gue bangun pagi banget, tapi gue merasa seger banget. Aneh banget pokoknya."

"Apa ini karena gue?" ada nada bangga terselip dalam kalimat Marcell.

Tatiana tergelak pelan, tapi kemudian dia mengangguk. Tidak perlu menutupi sesuatu. "Ya, karena lo. Gue merasa aman ada di sini sama lo. Thanks, Marcell."

Losing You | #1 Twins SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang