Happy Reading & Enjoy All
Bobby Aruan memasuki kamar putrinya saat perempuan itu sedang memasukkan beberapa pakaian ke koper. Ditatapi punggung putri yang selama ini selalu dia bedakan dengan muram.
"Kamu yakin akan menikah dengan Marcell? Belum lama kalian bertemu dan saling mengenal, jadi tidakkah semua ini terlalu terburu-buru?"
Tatiana sempat tertegun dan berhenti melipat pakaiannya selama beberapa detik, tapi kemudian kesadarannya kembali. Dia kembali melipat pakaiannya dan menjawab dengan santai. "Ya, aku yakin, Papa." Setelah memastikan semuanya sudah dimasukkan, perempuan itu membalikkan badan. Papanya bersandar di pinggiran pintu dengan ekspresi muram. "Dan memangnya kenapa kalau kami baru bertemu dan berkenalan? Kami merasa cocok, jadi tidak ada alasan untuk menunggu lebih lama lagi."
"Lalu kenapa kamu masih mau ke Kanada?" Bobby Aruan melipat kedua tangannya di depan dada. Ekspresinya menilai gestur putrinya.
"Aku ke Kanada karena aku menginginkannya." Dengan cuek Tatiana mengangkat bahunya. "Marcell mengatakan aku bisa melakukan apapun sekarang, jadi mulai sekarang aku akan melakukan apa yang kuinginkan. Marcell juga mengizinkan, jadi kupikir kenapa tidak?"
"Kamu sangat membenci Papa, ya?" Suara Bobby bergetar, tapi ekspresinya tetap datar.
Tatiana mencoba mengeraskan hatinya. Papanya selalu seperti ini. Terdengar sedih selayaknya seorang Papa, tapi kemudian menyakitinya seperti orang lain yang tidak berhubungan darah.
"Aku menghormati, Papa." Jawab Tatiana dengan cepat. "Dan kuharap Papa juga menghormati keputusan aku." Tambah Tatiana lagi. "Tunggu, sebenarnya aku bingung mana yang Papa permasalahkan. Apakah aku yang akan ke Kanada atau aku yang akan menikah dengan Marcell?"
"Dua-duanya."
"Pa, berhenti membuat aku bingung!" Tatiana memutar matanya dengan frustasi. "Apa Papa lupa kalau Papa-lah yang menginginkan aku ke Kanada? Dan aku memang akan ke Kanada, hanya saja aku tidak akan menetap di sana seperti kemauan Papa. Aku akan kembali karena Marcell menginginkannya. Dan memangnya kenapa kalau aku menikah dengan Marcell? Marcell adalah orang baik. Marcell membantu aku keluar dari dunia bodoh yang Papa buat."
"Tatiana..." Bobby nampak terluka karena perkataan putrinya. "Suatu saat... kamu akan menyadari kalau yang Papa lakukan adalah benar. Papa melakukan ini untuk menyelamatkan kamu. Hanya untuk kamu."
"Karena itu biarkan aku pergi dan setelah itu aku akan melihat apakah yang Papa lakukan itu memang benar atau hanya khayalan Papa saja!"
***
Tatiana menyeret kopernya seraya mengumpat jengkel karena mulutnya yang begitu tak terkendali. Jujur saja, Tatiana tahu kalau dia sudah kelewatan. Hatinya nyeri saat dia mengatakan kata-kata itu. Tak terbayang bagaimana hati Papanya saat mendengar kata-kata pedas dari putrinya yang memang di tujukan padanya.
Apa yang bisa Tatiana lakukan? Tidak ada. Meminta maaf pun rasanya sangat canggung. Ego yang membenarkan tindakannya pun cukup besar. Karena itu dia mempercepat langkahnya dengan harapan segera naik pesawat dan meninggalkan negara ini –walau hanya beberapa hari saja.
"Nona Aruan..."
Langkah kakinya yang terburu-buru melambat, kemudian dia membalikkan tubuhnya. Matanya menyipit curiga pada orang yang memanggilnya. Keningnya berkerut.
"Siapa kau?"
"Aku adalah orang suruhan Tuan Aruan yang ditugaskan untuk mengawal anda." Ujar pria itu dengan ramah.
Keramahan yang terasa ganjil, pikir Tatiana. Cengkeraman tangan Tatiana pada pegangan kopernya menguat. Papanya tidak pernah menyuruh orang untuk mengawalnya. Kalaupun ada –walau Tatiana sendiri pun tidak yakin- mereka tidak pernah menampakkan dirinya secara langsung di depan wajahnya. Tapi yang ada di depannya sekarang adalah... orang suruhan Papanya?
Tatiana mundur selangkah secara perlahan. Matanya semakin awas. Perasaan takut mulai melingkupinya. Ketika tubuhnya menjadi lebih dingin dari biasanya dan jantungnya berdebar berkali-kali lipat, Tatiana langsung berlari meninggalkan kopernya.
Tatiana tidak memiliki tujuan yang jelas. Dia hanya berlari mengikuti celah yang tersedia untuk tubuh mungilnya. Tak dipedulikan sudah berapa banyak orang yang marah karena dia tabrak tanpa permintaan maaf. Dia hanya ingin berlari... dan merasa aman.
Inilah kali kedua Tatiana merasa tidak aman setelah insiden penculikannya dulu. Dan ketika sebuah tangan menariknya ke sudut sepi dan beberapa saat kemudian bibirnya dibekap oleh sesuatu yang membuat kepalanya berputar, Tatiana hanya bisa pasrah. Di ambang kesadarannya, dia akhirnya paham apa yang Papanya lakukan. Papanya hanya ingin menyelamatkannya dari insiden seperti ini.
Tapi sayangnya... semua sudah terlambat.
***
Seorang perempuan turun dari taxi tepat di depan rumah Keluarga Aruan. Dengan langkah kaki yang mantap dia menuju ke rumah tersebut. Jangan lupakan seringai tipis yang menghiasi wajahnya serta bagaimana caranya mengibaskan rambutnya.
Bagaikan di rumahnya sendiri, dia membuka pintu rumah besar tersebut. Tanpa merasa kebingungan pun dia langsung menuju ruang keluarga yang dia yakini Papanya ada di situ. Seringaiannya semakin lebar.
"Tatiana, kamu—" Bobby nampak tercengang mendapati putrinya berdiri di ambang pintu.
"Hai, Papa." Balasnya dengan cepat seraya tersenyum misterius.
"Tatiana, bukankah seharusnya kamu sudah di pesawat? Kamu akan—"
Tatiana memotong perkataan Papanya dengan cuek. "Ke Kanada maksud Papa?" Perempuan itu mengangkat bahu dengan tak acuh. "Aku tidak jadi. Setelah kupikir-pikir, aku tidak ingin pergi. Karena tidak ingin, jadi aku tidak akan pergi. Aku akan tetap di sini, seperti keinginanku."
Tatiana dan Bobby Aruan bertatapan intens. Senyum Tatiana mengembang dengan misterius di tatapi seperti itu oleh Papanya. Dagunya terangkat menyiratkan keangkuhan serta tekadnya.
Dengan wajah yang sama, tatanan rambut yang sama, pakaian yang sama, serta semua kesamaaan-kesamaan lainnya, inilah saatnya Taliana mengambil alih seluruh dunia Tatiana untuk menjadi miliknya. Seperti keinginannya. Kebahagiaannya.
TBC
Cuma bisa say hai sambil nyengir :)
Semoga suka :)
19 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Losing You | #1 Twins Series
RomanceTidak semua orang yang hidup bergelimangan harta akan hidup bahagia. Itulah yang diyakini oleh Tatiana Adeline Aruan. Bukan tanpa sebab, tapi perempuan itu mengalaminya sendiri. Dia punya ayah yang kaya tapi dia tak pernah mendapatkan kasih sayangny...