Happy Reading & Enjoy All
Dua hari lalu.
Di malam hari yang berbintang ini Tatiana sudah menyiapkan sebuah rencana untuk kabur. Dia sudah dikurung di ruangan putih yang memuakkan ini hampir dua minggu. Memang benar kalau dia diperlakukan dengan baik, tapi itu saja tidak cukup untuk dijadikan alasan untuknya tetap tinggal sebagai tawanan. Tatiana ingin bebas bagaimana pun caranya.
Hampir dua minggu ini tentu saja Tatiana memperhatikan banyak hal dengan serius. Dari hal yang besar sampai hal-hal yang terkecil. Ketika seseorang berencana kabur, tentu saja tidak boleh ada yang terlewatkan. Bagi penawannya, kabur adalah hal yang salah. Dan bisa jadi dengan gagalnya rencana ini akan membuat penawannya semakin memperketat pengawasannya.
Tatiana tidak ingin hal itu sampai terjadi. Sejauh ini dia mendapatkan keuntungan dengan tindakan pasrahnya. Makanan diantarkan tiga kali sehari tanpa ada satupun yang dibubuhi racun. Penawan murni ingin memberinya makan. Selain itu dia dibebaskan melakukan apapun di ruangan putih ini, kecuali berusaha keluar ke balkon yang sudah dikunci dan menggunakan telepon rumah dan televisi yang salurannya sudah diputus. Dia benar-benar terisolasi dari dunia luar.
Rencana dimulai ketika bodyguard mengetuk pintu dan tak lama terdengar suara kunci pintu diputar. Gagang pintu diputar, lalu perlahan-lahan pintu terbuka, dan Tatiana sudah berada di belakang pintu dengan sebuah vas keramik berukuran sedang.
Kali ini Tatiana sudah memutuskan untuk menjadi orang jahat. Dia akan menghantamkan vas keramik itu ke kepala bodyguard yang membawa nampan, yang kemudian akan disusul oleh bodyguard satunya, dan bodyguard-bodyguard yang lainnya.
Ketika pintu benar-benar terbuka lebar dan bodyguard yang menjaganya masuk dengan senampan makanan, Tatiana langsung menghantamkan vas keramik yang dipegangnya. Tangannya gemetar, tapi dengan sekuat tenaga dia menahan vas keramik itu agar tak langsung merosot ke lantai dan pecah. Hanya itu barang yang bisa dia jadikan senjata tanpa bisa diduga oleh bodyguard jahat itu.
Mendengar suara piring-piring jatuh, bodyguard yang menunggu di luar langsung bergegas masuk. Ada dua orang lagi. Tanpa pikir panjang Tatiana kembali melayangkan vas keramik ke wajah dua orang tersebut.
Orang pertama dan kedua sudah tak sadarkan diri dengan darah mengucur dari kepalanya, tapi orang ketiga masih merintih dengan memegangi kepalanya. Tatiana menangis karena ketakutan, tapi dia tidak bisa berhenti sekarang. Dengan mengeraskan hatinya dia kembali menghantamkan vasnya ke kepala bodyguard ketiga. Pria yang tadinya menggeliat sekarang sepenuhnya tidak sadarkan diri.
Setelah memastikan tidak ada bodyguard lainnya, Tatiana langsung membanting vas keramik ke lantai. Dia mengambil ponsel ketiga bodyguard dan bergegas pergi. Perempuan itu lari dengan rasa takut yang melingkupi sehingga langkah kakinya terseok-seok. Tatiana masih memiliki nurani sehingga tadi dia sudah menelpon ambulance dan melaporkan ada kecelakaan di salah satu apartemen. Setelah itu dia membuang semua telepon dan berfokus pada aksi larinya.
Dengan tangan yang masih gemetar dia mencoba mencegat taksi yang lewat. Setelah mendapatkannya, dia langsung menyebutkan alamat rumah keluarganya. Yang ada di kepalanya adalah bertemu Papanya secepat yang dia bisa. Dia benar-benar membutuhkan Papanya sekarang juga.
Sesampainya di rumah keluarganya, bukan Papanya yang dia dapat, tapi pemandangan yang menyedihkan. Marcell bersama perempuan lain, dalam posisi memeluk dan hampir mencium. Dan yang lebih menohok hatinya, perempuan yang bersama Marcell adalah replika dari dirinya. Persis tanpa cela sedikitpun.
Bagaimana bisa?
Benaknya bertanya-tanya apakah orang tersebut adalah Taliana, tapi seingatnya Taliana sudah mati sepuluh tahun lalu. Tatiana tidak percaya ada operasi plastik yang sehebat itu mereplika dirinya, sehingga dia yakin kalau yang bersama Marcell memang Taliana. Lalu bagaimana bisa? Dan bagaimana bisa Taliana dan Marcell berposisi seintim itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Losing You | #1 Twins Series
RomanceTidak semua orang yang hidup bergelimangan harta akan hidup bahagia. Itulah yang diyakini oleh Tatiana Adeline Aruan. Bukan tanpa sebab, tapi perempuan itu mengalaminya sendiri. Dia punya ayah yang kaya tapi dia tak pernah mendapatkan kasih sayangny...