52

2.2K 165 2
                                    

Happy Reading & Enjoy All

Satu bulan kemudian.

"Marcell!!"

Marcell langsung melihat ke sumber suara. Senyumnya mengembang saat melihat orang yang dia tunggu sejak tadi datang dengan senyum sumringah.

"Hai! Lo udah nunggu gue lama banget ya? Sorry gue telat."

Tidak masalah, pikir Marcell. Bahkan kalau dia harus menunggu lebih lama lagi, dia tetap tidak akan mempermasalahkannya. Yang terpenting adalah Tatiana tetap datang dengan senyum sumringah. Tidak ada yang lebih membahagiakan daripada ini.

"It's okay. Gue juga belum lama dateng." Marcell mengumbar senyum. "Jadi, kenapa lo meminta gue dateng ke pantai sore-sore begini?" tanyanya karena di telepon tadi Tatiana begitu mencurigakan. Dia tidak mengatakan alasan kenapa Marcell harus datang ke pantai di sore hari seperti ini.

"Gue mau pamer. Tebak apa yang bakal gue pamerin?"

Marcell tampak tidak peduli dengan permainan Tatiana. Dia hanya fokus pada wajah Tatiana yang terlihat sangat berbeda dengan dulu. Tatiana yang sekarang lebih ceria dan sumringah. Hanya dengan melihat wajahnya pun semua orang akan tahu betapa bahagianya perempuan itu. Marcell senang sekali karena kehidupan Tatiana berangsur membaik setelah kecelakaan naas sebulan yang lalu.

"Gue nggak tahu mau nebak apa. Mending lo kasih tahu langsung aja."

"Hish, nggak seru dong. Coba tebak dulu." Kekeuh perempuan itu.

Marcell berpura-pura berfikir, lalu melontarkan jawaban yang mungkin saja benar. "Lo udah nggak perlu terapi lagi ya?"

Tatiana menggeleng. "Itu pantes dipamerin sih, tapi sayangnya bukan itu. Gue masih harus terapi dan minum obat yang banyak banget." Ujarnya dengan mimik wajah muak.

Marcell terkekeh melihat reaksi Tatiana yang menurutnya lucu. Sebulan sejak insiden itu memang Tatiana rutin menjalani terapi untuk kesembuhannya. Dia juga mulai rutin mendatangi psikiater untuk depresi yang dideritanya. Dan sebagai gantinya, sebulan ini memang Tatiana rutin meminum obat. Karena itu juga Tatiana pernah menelponnya malam-malam sambil mengeluh karena obatnya tidak pernah habis walau dia terus meminumnya setiap hari.

"Katanya mau sembuh? Bentar lagi pasti abis kok."

"Iya, tahu kok," Tatiana memanyunkan bibirnya mendengar nasehat Marcell yang persis seperti Papanya ketika menasehatinya. "Tebak lagi dong." Imbuhnya dengan pura-pura jengkel.

"Gue nggak tahu harus nebak apa. Mending lo kasih tahu aja langsung."

Tatiana berdecak. Walau awalnya bibirnya manyun seperti jengkel, tapi nyatanya dia tetap memberitahu Marcell. Dia mengeluarkan selembar amplop coklat dari belakang tubuhnya dengan diiringin senyum lebar yang sebulan ini menjadi ciri khasnya.

Marcell mengerutkan keningnya karena penasaran. Saat Tatiana baru datang dan melambai ke arahnya memang Marcell melihat amplop coklat, tapi rasa penasarannya tadi hilang saat Tatiana ada di depannya berceloteh dengan riangnya. Kemudian dia lupa. Tapi sekarang Tatiana mengungkitnya lagi yang membuat rasa penasaran Marcell bangkit kembali.

"Jangan bilang itu isinya duit buat gue karena berhasil membantu lo selama ini ya?" tebak Marcell dengan setengah bercanda. Tatiana mendengus.

"Lo kok sekarang mata duitan sih?"

"Jelas dong, gue pebisnis." Jawabnya dengan diiringi dengan tawa renyah.

Tatiana memukul lengan Marcell dengan amplop coklatnya. Marcell tidak merasakan adanya sesuatu yang keras dari amplop itu. Jadi bisa disimpulkan isinya mungkin hanya kertas atau sejenisnya.

Losing You | #1 Twins SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang