18. Tatiana yang Sempurna

5.4K 521 25
                                    

Happy Reading & Enjoy All

Hal pertama yang Tatiana lakukan begitu membuka mata adalah berjalan menuju balkon kamarnya. Semilir angin langsung mengenai wajahnya dan menerbangkan helai demi helai rambutnya.

Perempuan itu bersandar di pinggiran balkon dengan mata terus mengedar. Rumah besar dan uang melimpah, tapi dia benar-benar kesepian. Mata cantiknya menatap ke bawah dan dia sedikit terkejut karena ternyata di bawah ada dua orang pria yang juga menatap ke arahnya.

 Mata cantiknya menatap ke bawah dan dia sedikit terkejut karena ternyata di bawah ada dua orang pria yang juga menatap ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Marcell dan Bobby Aruan.

Kenapa pria itu datang sepagi ini?

Tanpa sadar Tatiana terus menatap Marcell yang juga menatap ke arahnya. Sambil terus menatap matanya, Tatiana teringat perkataannya kemarin. Semuanya benar. Dia penuh dengan ketakutan dan tidak ada seorangpun yang mengerti akan ketakutannya.

***

Dengan hotpants dan kaos yang kebesaran, Tatiana menuju area santai rumah mereka dimana Marcell Nasution dan Papanya menunggu.

Tatiana mematung sejenak begitu sampai di pintu geser. Dipandanginya dua laki-laki yang sedang fokus mengobrol tentang bisnis. Seolah sadar sang putri mengamati, Bobby Aruan langsung memanggil Tatiana untuk datang.

"Kenapa, Pa?" Tanya Tatiana dengan malas. Perempuan itu mendekat dan langsung mengambil posisi duduk di sebelah kursi Papanya.

"Marcell datang untuk menemuimu," Bobby bangkit dan tersenyum cerah. "Sepertinya pertemuan kalian kemarin masih kurang, karena itulah Marcell datang. Papa tinggal, Tatiana. Bersikaplah yang sopan."

Tatiana hanya menyeringai mendengar kalimat Papanya yang terdengar seperti bukan Papanya.

Dengan gayanya yang santai, Tatiana bertopang dagu dengan mata terus menatap Marcell. "Lo ngapain ke sini? Mau mastiin kalo gue adalah the real si sulung yang lo cari-cari?"

Marcell tersenyum tipis. "Gue dateng untuk memastikan kalo lo masih hidup setelah denger perkataan gue kemaren."

"Dan see, gue masih hidup... yah, tapi berkat lo juga tidur gue nggak nyenyak sama sekali. Big thanks, Marcell Nasution."

Tatiana menatap Marcell lekat-lekat. Pria yang dengan tegas mengatakan ingin membantunya hanya karena spekulasinya yang begitu tepat.

"Lo pinter nebak kepribadian seseorang hanya dengan mengamati apa yang dia lakukan, katakan, dan pakaiannya. Tebakan lo seratus persen bener, Marcell."

Marcell yang sebelumnya duduk menyandar kini menarik punggungnya. Kedua tangannya terkait di atas meja dan matanya menatap Tatiana lekat-lekat.

"Kalo gue tahu ternyata itu lo, gue nggak akan ngomong kayak gitu. Gue akan menyimpannya dan mengatakannya kalo lo udah bener-bener berubah jadi sempurna."

Tatiana menggeleng santai. "Nggak masalah, Marcell, dengan lo yang mengatakannya itu jauh lebih baik." Tatiana menunduk, lalu tersenyum tipis. "Setidaknya ada yang tahu kalo gue terluka, selain Johanna tentunya."

Tatian terkekeh sekilas lalu menyandarkan punggungnya. Memutus kedekatan mereka. "Setelah lo liat gue yang seperti ini, lo pasti berubah pikiran, kan? Gue nggak se-sempurna yang lo liat malem itu. Gue hanya... yah, hanya seorang Tatiana yang mencoba mempertahankan dirinya dari kejamnya dunia."

"Lo salah. Justru gue semakin pengen membantu lo."

"Kenapa, Marcell? Gue adalah yang tak tertolong. Semakin lo kenal gue, semakin lo tahu kalau gue rusak dari dalam. Nggak akan bisa disembuhkan."

"Kata-kata lo terdengar seperti lo itu depresi berat."

Tatiana mengangkat bahunya cuek. "Yeah, mungkin."

"Selama lo masih hidup, semuanya mungkin, Tatiana. Kerusakan itu bisa disembuhkan. Lo akan jadi sosok yang sangat bersinar ketika lo bisa mengatasi semuanya."

"Siapa lo, Marcell? Lo orang baru dan berani bilang gitu? Lo belum kenal gue."

"Lo sendiri yang bilang kalo gue pinter nebak. Gue tahu, walau belum keseluruhannya. Lo hanya harus percaya sama gue. Gue bakal bikin lo berubah jadi sempurna."

"Lo kasihan sama gue?"

Marcell terdiam tak bisa menyuarakan isi hatinya. Ya, dia kasihan. Perempuan yang terlihat sempurna dari luar justru sangat rusak dari dalam.

Tatiana terkekeh tak mendengar sepatah katapun. Dari situ dia menyimpulkan kalau pria di depannya itu memang kasihan padanya.

"Seperti yang Johanna bilang, gue nggak suka dikasihani. Lo bikin gue semakin menyedihkan, Marcell."

"Ya, bermula dari rasa kasihan dan karena itu gue di sini menawarkan diri untuk membantu lo. Kenapa lo nggak mencoba untuk fokus pada bantuan gue dan bukannya rasa kasihan gue? Itu jauh lebih baik, Tatiana."

"...."

"Mau sampai kapan lo bersembunyi dibalik tindakan, perkataan, dan pakaian lo? Apa lo pikir selamanya Cornelia dan Alberta akan takut hanya dengan gertakan lo? Sebelum lo dibabat habis sama mereka, lo harus prepare supaya lo bisa membabat habis mereka dulu."

Marcell menatap Tatiana intens. Perempuan itu terlihat berfikir keras akan perkataannya. "Tatiana, abaikan rasa kasihan gue dan cuma fikirin bantuan yang gue kasih. Itu untuk kebaikan lo."

"...."

"...."

"Kenapa lo begitu peduli dengan kebaikan gue?"

"Itu karena-" Marcell tercekat tidak tahu harus bicara apa. Pria itu berdehem. "Gue selesai kerja jam tujuh malem. Gue jemput lo, jangan lupa."

"Kenapa memangnya?"

"Makan malem sama keluarga gue. Gue bakal kenalin lo ke mereka."

Tatiana tercengang. "Dan buat apa lo ngenalin gue ke mereka?"

"Tentu aja untuk memulai misi mengubah lo jadi Tatiana yang Sempurna."

TBC

Semoga suka yaaa...

Vote dan komen jangan lupa...

See you di update an minggu depan...

18 Februari 2018

Losing You | #1 Twins SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang