50

2.6K 250 9
                                    

Happy Reading & Enjoy All

"Padahal aku sudah menganggap Tante seperti Mama aku sendiri, tapi kenapa Tante sejahat ini padaku?"

Taliana mencoba kuat meski semuanya terasa berat. Taliana benar-benar tidak menyangka semuanya akan serumit ini. Dengan langkah yang tertatih-tatih Taliana mendekati Papa dan juga Mama tirinya. Mengabaikan Papanya, Taliana menatap Ellena Aruan dengan intens.

"Kenapa Tante tidak menjawab aku? Setelah semua yang terjadi padaku, Tante benar-benar harus menjelaskannya padaku detik ini juga!" ujarnya dengan nada tinggi. Cengkeraman di tiang infus menguat yang menandakan emosinya benar-benar sudah di luar batas. "Aku melakukan semuanya karena aku sangat mempercayai Tante, lalu –lalu kenapa jadi seperti ini?" tambah Taliana dengan frustasi.

"Taliana, tenanglah. Kau baru saja sadar, sayang."

Sayang...

Papanya memanggilnya dengan sebutan sayang. Seperti yang pernah dia impikan. Tapi mengingat semua yang sudah dia lakukan, Taliana benar-benar merasa malu. Dan karenanya Taliana terisak dengan memilukan.

"Sepuluh tahun ini aku hidup hanya dengan melihat dan mendengarkan perkataan Tante. Aku sangat mempercayai Tante. Aku melakukan semua yang Tante perintahkan tanpa memikirkan diriku sendiri. Aku bahkan akan mengkhianati keluargaku sendiri demi Tante!" Dalam isakan dan bentakannya, Taliana menatap Ellena dengan tatapan mencemooh. "Aku berada di sini dan menjadi seperti ini karena Tante. Apa Tante puas sekarang?"

"...."

"Kenapa tidak menjawab satu pun pertanyaan aku?" tuntutnya dengan sinis. Taliana terkekeh dalam isakannya karena tidak mendengar sedikit bantahan dari bibir Ellena Aruan. Perempuan itu benar-benar tidak menyatakan pembelaannya sedikitpun. "Benar-benar orang yang menjijikkan. Aku menyesal pernah bertemu dan mempercayai Tante sedemikian dalamnya."

Setelah mengatakan itu, Taliana langsung berbalik dan berjalan ke kamarnya dengan pilu. Isakannya semakin kuat saat menyadari penghinaan itu juga pantas untuk dirinya. Dia berkomplot dengan Ellena Aruan yang berarti dia juga sama menjijikkannya dengan Ellena Aruan.

Taliana menepis tangan Papanya yang berusaha membantunya untuk kembali ke kamar rawat. Bukan karena masih membenci Papanya, tapi dia malu pada Papanya. Dia benar-benar butuh waktu sendirian untuk menerima dirinya yang sangat menjijikkan ini.

***

Taliana tidak ingin bertemu siapapun, tapi entah kenapa Marcell tidak mau menerima keinginan itu. Pria itu tetap masuk meski Taliana sudah melemparinya dengan benda apapun yang ada di atas meja kecil di sebelahnya. Pria itu tetap kekeuh untuk masuk.

"Please, Marcell, gue pengen sendiri. Gue butuh waktu untuk sendirian."

"Memangnya apa yang lo dapatkan dengan sendirian?" tanya Marcell dengan tatapan datar. Taliana tidak menjawab dan Marcell melanjutkan, "Nggak ada kan? Jadi lebih baik gue di sini dan menggantikan Tatiana untuk menjelaskan semuanya."

Perasaan bersalah langsung menyerbu Taliana saat mendengar nama saudara kembarnya disebut. Air matanya menetes perlahan.

"Gimana keadaan dia?"

"Dia nggak baik-baik aja, Taliana. Dia terluka. Sangat parah."

Air mata Taliana langsung mengalir dengan derasnya. Isakannya pun terdengar lagi dan Taliana langsung membekap bibirnya.

"Lo akhirnya peduli tentang Taliana. Dan sorry karena mengatakannya –lo telat banget."

"Gue bener-bener minta maaf, Marcell."

Losing You | #1 Twins SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang