25. Kenapa?

4.4K 463 24
                                    

Happy Reading & Enjoy All

"Aku akan ke tempat Johanna."

Tatiana tidak tahu kenapa dia berkata seperti itu pada Bobby Aruan. Dia akan pergi, lalu melihat ayahnya duduk di sofa ruang keluarga, dan entah kenapa perasaan seorang-anak-yang-baik muncul.

Dia meminta izin karena ingin pergi keluar. Sejak kapan dia merasa perlu izin hanya untuk pergi keluar?

Dan untuk pertama kalinya juga Tatiana melihat ekspresi lelah di wajah Papanya. Sangat bukan Bobby Aruan.

"Tatiana, ayo kita ke ruang kerja Papa. Ada yang ingin Papa bicarakan."

Dan sejak kapan mereka perlu ke ruang kerja Papanya hanya untuk membicarakan sesuatu?

Ini aneh. Bobby Aruan yang dia kenal akan memasang ekspresi dingin sepanjang waktu. Bobby Aruan yang dia kenal juga akan langsung berbicara, bukannya mengajak mereka ke ruangan terlebih dahulu.

Karena diliputi perasaan penasaran, Tatiana mengikuti langkah Bobby Aruan yang mengarah ke ruang kerjanya. Pintunya dikunci.

"Sepenting inikah sampai kita ke ruang kerja Papa dan Papa mengunci pintu?"

Bobby menghela nafas. Dia sudah duduk di kursinya dan Tatiana tetap berdiri. "Bagaimana perasaan kamu sekarang?"

"Ini adalah pertama kalinya seorang Bobby Aruan bertanya bagaimana perasaan Tatiana Aruan. Kenapa memangnya? Apa kalau aku bahagia, Papa akan menghancurkan kebahagiaan aku?" Tatiana menjaga suaranya agar tetap tenang namun terdengar sinis, terlepas dari fakta kalau dia khawatir pada pria di depannya.

"Selama kamu di Indonesia, bagaimana perasaanmu?" Bobby bertanya lagi.

Tatiana berusaha cuek. Dia mengangkat bahunya. "Sejauh ini aku masih sama. Aku tak pernah memakai perasaanku di manapun aku berada. Aku tahu kalau itu semu, jadi aku tak memiliki perasaan berlebih dan akhirnya terlalu berharap. Sangat tidak baik berharap padamu, Pa."

"Baguslah... tetaplah seperti ini selamanya."

Dan dada Tatiana langsung sesak mendengarnya. Papanya tidak menginginkan dia memiliki perasaan tetap akan suatu hal. "Kenapa?"

"Kamu akan kembali ke Kanada, Papa tidak tahu kapan tepatnya, tapi secepatnya."

Dan ketika Bobby Aruan sudah mengatakan secepatnya, itu berarti benar-benar cepat.

"Kalau aku tidak mau bagaimana?"

"Kalau kamu tidak punya perasaan apapun, seharusnya kamu bisa pergi ke manapun tanpa perlu bertanya. Apalagi ini demi kebaikan kamu."

Mata Tatiana sudah berkaca-kaca. Tidak ada hal baik untuknya, lalu kenapa Papanya selalu mengatakan untuk kebaikannya?

"Kalau aku punya perasaan, apa Papa akan membatalkan keputusan Papa?"

"Kamu mencintai dia?" Perkataan Bobby Aruan merujuk pada Marcell Nasution. "Kamu baru bertemu dia beberapa kali, Tatiana."

"Aku bahagia di sini, Papa. Ya, itu karena Marcell, tapi itu bukan cinta."

"Lalu apa, Tatiana?"

"Karena Marcell mengatakan 'you did well' padaku."

"Apa?"

"Pa, sepuluh tahun aku hidup tapi tidak pernah ada yang mengenalku. Semua itu karena Papa. Lalu beberapa hari kemarin, ada banyak orang yang mengenalku. Raymond Nasution, Jenna Nasution, Miley Nasution mengenalku dan mereka sangat baik padaku. Bahkan Marcell Nasution mengatakan 'you did well' padaku. Sesuatu yang selalu ingin aku dengar, tapi tak pernah ada yang mengatakannya karena tak ada yang mengenalku."

"...."

"Kalau aku kembali ke Kanada, tak akan ada yang mengenalku. Hidupku akan kembali hambar seperti dulu, dan aku tak mau Papa. Aku bahagia di sini, Jadi tolong jangan buat aku kembali ke Kanada."

Untuk pertama kalinya seorang Tatiana memohon pada Papanya. Bobby tercengang. Dia dilema.

"Tatiana... Papa tidak bisa."

Tatiana tahu Papanya akan menjawab seperti itu. Dengan perasaan yang terluka, Tatiana bertanya, "Kenapa Papa selalu seperti ini? Kenapa Papa tidak bisa membiarkan aku bahagia? Aku anak kandung Papa, kan?"

"Karena kamu anak kandung Papa, Papa tidak mau kamu terluka di sini, Tatiana." Tatiana terenyuh mendengar suara Bobby Aruan yang bergetar. Ini pertama kalinya.

"Ya, aku tahu masalahnya. Papa selalu mengatakan itu. Tapi bukankah jauh lebih berbahaya kalau aku di Kanada? Bagaimana kalau orang yang Papa maksud ingin mencelakakan aku datang ke Kanada? Dan kalau..." Tatiana tercekat. Air matanya tiba-tiba saja menetes. "Kalau dia berhasil dan aku meninggal di Kanada bagaimana?"

"Tatiana, jaga ucapan kamu!" Bobby membentak. Bukan karena perkataan Tatiana kurang ajar, tapi karena dia tak suka putrinya berbicara seperti itu. Tidak akan ada yang meninggal lagi. Kehilangan Taliana sudah cukup berat.

"Ketika Taliana meninggal, Papa tidak melihat jasadnya, kan? Apa saat aku meninggal nanti, Papa juga tak akan melihat jasadku?"

Bobby Aruan menunduk. Dia sedang mengontrol perasaannya sekarang. "Jangan mengungkit Taliana, Papa mohon, Tatiana."

"Kenapa jangan, Pa? Apa Papa merasa menyesal karena tak pernah melihat jasadnya? Apa Papa merasa menyesal karena Taliana meninggal bahkan sebelum Papa pernah memeluknya walau sekali saja?"

Bobby diam. Perkataan Tatiana begitu menusuk. Taliana-nya meninggal dan Tatiana-nya jadi seperti ini. Inilah penderitaan terbesar seorang Papa.

"Aku selalu bertanya-tanya, kenapa Papa seperti ini? Apa aku berbuat salah? Apa Papa membenciku karena aku yang membuat Taliana meninggal? Apa jangan-jangan aku bukan putri kandungmu?"

"Sepuluh tahun aku bersamamu, apa Papa tidak berniat untuk bahagia bersama aku? Layaknya seorang anak dengan Papanya? Aku ingin bahagia bersama Papa, tapi tak pernah bisa."

Kali ini Tatiana tak mempedulikan air matanya yang sudah menetes. Masa bodoh dengan dia yang akan dicap perempuan lemah atau apapun, tapi akhirnya semua yang menyesakkan dadanya keluar dalam bentuk kata-kata. Akhirnya setelah sekian lama dia bisa memberitahu Bobby Aruan tentang perasaannya.

"Aku tidak mau pergi. Kalaupun aku akan mati di sini, tak masalah. Aku harus mati di sini karena aku ingin Papa melihat jasadku. Papa harus melihat jasadku supaya Papa ingat kalau Papa pernah punya anak seperti aku."

TBC

haaiii 😊😊😊

Kalau seandainya, seandainya yaaaa #kode keras.

Suatu saat kalo aku mulai jarang update 😂😂maafkan aku yaaa wkwk soalnya kesibukan aku di dunia nyata itu lumayan menyita waktu. Aku masih pendidikan, so tugas banyak, dan jujur, dibanding menulis kelanjutan story ini, jelas aku lebih memilih menyelesaikan laporan ku dulu haha

Kenapa aku ngomong kek gini? Karena draft cerita mulai menipis dan sudah tiga minggu aku gak nulis lagi :v sebenernya nulis, tapi gak maksimal. So, doakan aja ide mengalir lancar dan waktu luangnya juga ada... TAPI kalaupun enggak dan yang seandainya itu terjadi, mohon dimaklumi yaa 😌😌

Semoga suka yaa... Jangan lupa vote dan komennya 😙

Note: saya coba update dari tadi pagi tapi gak ada notifnya, and then baru bisa sekarang 😪

16 Maret 2018

Losing You | #1 Twins SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang