Dua - kok berasa jadi babu

36K 2.4K 33
                                    

*Riani Pov

"Nunggu Mhyra sama Dwi dateng sampe satu drama gue download juga gak bakal makan-makan, tega bener tuh orang-orang" tanganku mengelus-elus perut menenangkan cacing yang minta jatah hari ini. Mereka asik banget main minta jatah konsumsi sedangkan badan gue yang kerempeng begini juga butuh nutrisi kali.

Sudah lebih dari 30 menit aku duduk di sofa favorit yang berada di sudut ruangan. Tempat yang strategis untuk tebar pesona karena dekat dengan pintu masuk, ku pilih untuk duduk menghadap jalan raya ditemani laptop menunggu kedua temannya yang tak nampak jua kemunculannya.

"Au ah kesian kan dedek cacing gue udah pada protes dari tadi minta di nafkahin, pesen sekarang aja deh. Tapi ini laptop gimana" pikirku bingung.

Ku lihat di hadapanku seorang pria duduk di sofa seorang diri,' Di sofa kedua. Sebenarnya ia duduk membelakangiku. Ku hampiri pria yang sedang sibuk dengan laptopnya untuk menitipkan laptopku. Peduli amat mau kenal apa kaga, kalo udah masalah perut mah urat malu ilang seketika. Haha

"Permisi pak, boleh saya titip laptop saya. Say.. saya mau pesen makan bentar."
Ucapku terbata dengan suara yang semakin pelan, melihat pria yang sedang sibuk dengan laptopnya ternyata tidak seorang diri namun di temani anak kecil berumur 2 tahun yang sangat lucu dengan bandana pink di kepalanya sedang asik dengan botol susunya yang sudah sangat berkurang isinya, anak itu menjadikan paha ayahnya sebagai bantal. Ini bapaknya apa omnya yah.

"Ahh iya, silahkan mbak simpan saja di sana."
Jawabnya namun fokusnya tetap pada laptop dihadapannya.

"Papa cu bis" gadis cantik itu menarik lengan baju ayahnya.
Ketika aku memindahkan laptop dan tasku ke sofa di depan pria itu.

"Papa cu bis, papaaa cu biiss"
Teriak si gadis cantik itu adalah anak yang tadi menabrakku.

Aku merasa canggung saat hendak meninggalkan meja kami. Iya meja kami tempat aku dan pria itu menyimpan laptop.

"Iya bentar papa beresin kerjaan papa dulu" abai pria itu

"Mam pa mam, aya apall" rengek putrinya mungilnya

"Tunggu sebentar lagi. Ini harus selesai siang ini." Pinta sang ayah.

Aku hanya mematung memperhatikan interaksi ayah-anak ini. Perasaan tidak enak antara mau pergi pesan makan sama mau nawarin kali aja mereka mau sekalian pesen. Tapi mulut seakan terkunci buat bertanya takut dikira tak sopan. Ahh au ah akhirnya ku beranikan diri bertanya.

"Maaf pak, bapak mau pesen sesuatu."

"Oh iya saya mau pesen, tolong ajak anak saya sebentar, saya lagi menyelesaikan berkas buat meeting siang ini"
Perintahnya bukan pintanya. Heuuhh dikira babunya kali

"Iya pak, ayo cantik yuk ikut mba"
Ku ulurkan tanganku, tak kusangka gadis kecil itu dengan cepat menyambut uluran tanganku beranjak dari sisi ayahnya.

"Bapak mau sekalian pesen?"

"Mocca, cheese burger yang big, sama paket nasi+ayam buat Aya, eh iya Aya minumnya teh aja ya".
Pintanya

"Eh buset itu pesen banyak banget, ini duit pusaka dalem dompet cukup ga ya. Mana ga pake bilang tolong sama makasih lagi" gerutuku dalam hati.

"Iya pak"

Ku tuntun tangan Aya, nama itulah yang disebutkan pria tukang perintah itu. Aya mengikutiku dengan langkah riang, ku gendong Aya setelah sampai di loket pemesanan sekalian bayar.

"Selamat siang, mau pesen apa?" Sapa ramah si pramusaji berjilbab dengan sopan.

"Mocca 1, cheese burger 1, 2 paket hemat nasi+chiken nomor 2" jawabku

Siap Pak Boss [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang