Dua puluh empat - Lupakan sejenak

28K 1.8K 10
                                    


Badanku terasa sangat pegal, bermalam di mobil rasanya bikin sakit leher. Mending gelar tiker di lantai deh, eh gak mau juga kan dingin banget semalem.

Ku ketuk pintu kamar, Mhyra langsung membukanya.ku baringķan tubuh ini di samping Aya, tidur 2 jam lagi gak masalah kan yah.

Pak Tama? Entahlah. Dia bilang dia akan ke kamar Tyo, di juga membawa ransel sepertiku. Aku senang yang melihatku terpuruk semalam itu dia, kalau orang lain pasti akan bocor deh, apalagi kalau Tyo yang tahu. Aku yakin dia akan langsung posting sesuatu di media sosial. Kalau pak Tama kan orangnya diem. Ekhemm.

Pukul 10 aku baru sadarkan diri. Sadarkan diri dari tidur panjang, ya kan tadi abis subuhan aku niatnya tidur cuma 2 jam. Lah ini lebih dari 4 jam. Mengingat kejadian semalam, membuat tubuh dan pikiranku lelah.

Keluar dari kamar, disambut oleh Tyo dengan sepiring nasi goreng di tangannya.

"Selamat pagi calon istri, sarapan dulu yuk." Menyodorkan piring di hadapanku.

"Apasih." Tukasku tak menghiraukan ucapannya, berjalan menuju penghuni lain ruangan ini. Tak memperdulikan Tyo yang terlihat kesal.

"Ada apa nih, kok pada ngumpul disini pagi-pagi." Ikut duduk di sofa bersama mereka. Menyilangkan kaki di atas sofa, sambil menikmati cemilan yang berada di tangan Mhyra dengan mata yang fokus pada layar besar bergambar di atas meja.

"Ini tuh udah mau siang kali. Lu tidur kaya otang mati." Ucap Mhyra.

"Maklumin aja sih orang yang lagi patah hati." Jawabku asal sembari melepas ikatan rambut yang sudah tidak beraturan.

"Lu patah hati sama siapa? Kak Galih lagi nih pasti." Ucap Mhyra penuh keyakinan. Ia terlihat kesal setengah mati.

"Emang cowok cuma kak Galih doang. Plis deh Mhey ini udah setahun dan lu masih bahas kak Galih. Bikin enek aja." Dongkol banget deh.

Tyo menghampiriku. " Betul tuh Ian, cowok kaya gitu gak usah di pikirin. Cowok stres yang bisanya nyakitin cewek doang."

Aku memicingkan mata, menatap Mhyra menuntut penjelasan.

"Sorry Ian gue cuma cerita dikit doang sama dia. Dasar cowok ember." Mhyra mendaratkan beberapa pukulan pada lengan Tyo yang saat ini mengaduh kesakitan.

"Udah makan dulu itu sarapannya, kamu butuh banyak energi buat hari ini." Ucap pria yang sejak tadi asik dengan ponselnya.

"Mau ngapain emang pak?" Tanyaku penasaran.

"KITA MAU JALAN-JALAN" ucap Mhyra dan Tyo berbarengan. Dengan tangan yang di rentangkan. Hmm kelakuan emang.

***

Usai sarapan aku pergi untuk membersihkan diri, aku malu sebenarnya bangun tidur langsung disambut sama mereka yang entah kenapa ngumpul disini, tapi ya karena sudah terlanjur basah sekalian mandi saja. Tampilannya yang semeraut, matanya sembab, rambut udah gak karuan. Menatap cermin di hadapanku sambil mengucek mata. "Astagfirullah gede banget mata gua."

Yang lain sudah bersiap sejak pagi, Mhyra yang bertugas mencari lokasi yang akan disambangi, Tyo yang belanja cemilan dan memesan sarapan, pak Tama yang dandani Aya. Mereka menunggu lama sampai akhirnya aku bangun dari tidurku.

Mhyra yang memperingati pak Tama untuk bergaya layaknya anak muda mendapat tepukan yang gemuruh dari Tyo. Ku dengar itu di balik pintu.

"Mas, jangan gaya kaya bapak-bapak gitu dong, kita kan mau have fun. Masa pake kemeja gitu. Ganti!".

Aku yang mendengarnya di balik pintu kamar mandi terkikik geli mendengar omelan Mhyra. Persis banget sama tante Aryani.
Tyo yang hanya terkikik melihat aksi Mhyra sepertinya mendapatkan sesuatu dari Tama yang membuatnya mengaduh.

Siap Pak Boss [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang