Sembilan belas - Roller Coaster

28.1K 2K 19
                                    

Alam seakan sedang tak bersahabat. Ditengah suasana hati yang tak tentu sejak pagi. Mencoba menghibur seseorang yang patah hati, malah ia yang ditinggalkan saat ini.
Suara keras itu mengagetkan Aya yang langsung memeluku erat. Hari yang semakin gelap dan
Hujan yang belum juga reda, jaket denim sudah basah ku gunakan saat berlari untuk menutupi kami di tengah hujan dikala mencari tempat untuk berteduh, di bagunan ini. Tepatnya di halaman ruko lantai 2, batrai hp yang makin sedikit dan perut yang tak bisa berkompromi. Ini akibat bau asap yang terus menggodaku. Salah juga sih neduh di depan ruko yang jual sate. Hhuhu sabar ya Aya sayang kamu juga pasti lapar tapi mba gak bisa apa-apa.

"Ini pak Soleh mana sih? Kok gak dateng, dateng. Padahal udah dari tadi."

Drrrttt drrrttt

Ku lihat hp yang batrainya tinggal 10%. Membuka pesan dari pak Tama.

Pak Boss :
Kamu disebelah mana? Saya sudah di taman Asri.

Me :
Di depan ruko pak. Deket tukang sate.
*share location

Yaaahh yaahh mati, itu pesannya nyampe gak yah. Panik menyerangku. Berjalan kesana kemari sambil mengetuk-ngetukan hp ke tangan.

Seseorang mengagetkanku.

"Kenapa neng? Dari tadi panik banget kelihatannya?" Tanya seorang wanita, ia pemilik kedai sate yang ku tumpangi untuk berteduh.

"Ah ini bu, hp saya mati. Saya gak bisa hubungi bos saya. Padahal dia udah disekitaran sini." Jawabku dengan nada bergetar.

ibu itu mengerutkan dahi. Aneh kali yah denger bawahan nungguin bos yang jemput. Haha

"Yaudah cas disana saja." Menujuk meja lesehan di pojok sana.

"Sayanya gak bawa casan bu." Tersenyum miris.

"Nih pake punya saya." Menyerahkan casan berwarna putih. Ku ucapkan terimakasih. Gak nyangka masih ada orang yang peduli sama orang disekitarnya. Secara manusia jaman sekarang terlalu asik dengan dirinya, sampai tak melihat sekitarnya.
Kelihatan ngenes banget kali ya aku.

Baju tipis lengan pendek ini sangat merugikan disaat cuaca yang lagi hujan begini. Ya kan tadi siang cuaca baik-baik saja makanya pakai dalaman yang tipis. Tak mungkin kan aku pakai jaket denim miliku lagi. Makin basahlah semua bajuku.

Sebuah mobil terparkir di depan kedai sate, ahh semoga saja pak Soleh.
Seseorang keluar dari sana menggunakan payung biru. Wajahnya tak terlalu jelas. Hanya pakaian stelen kantor yang dapat ku lihat.
Aahh mana sih pak Soleh. Batinku.

Lanjut asik dengan hp, melihat pesan yang di sudah di read sama pak Tama tapi kok gak dibales membuatku kesal. Ketika mood kesal datang biasanya sih bikin perut makin laper. Dan itu tidak salah, malu-maluin banget ini perut pake bunyi segala. Kan malu sama pengunjung yang lain. Aku yang cuma numpang ngecas tanpa jajan. Harga diri? Ahh entahlah sudah ku hempas sejak sore.

Tanpa di sangka, seorang pelayang membawakan 2 porsi sate ayam dengan 3 piring nasi. Aku kaget setengah mati lah, salah anter pesenan kali dia.

"Maaf mas salah meja kayanya." Ucapku dengan sopan.

"Engga ko mbak, emang ini pesenan meja sini." Alah makin bingung saja aku.

"Gak salah ko, emang saya yang pesen." Suara itu.aku tidak asing dengan suara itu, si pemilik suara kini duduk di hadapanku.

"Eh kok bapak disini? Gak pak Soleh aja yang jemput?" Tanyaku pada pria dihadapkanku.

"Pak Soleh istrinya mau lahiran tadi siang, saya aja berangkat meeting sendiri."

Siap Pak Boss [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang