*Author pov
Tama mengajak Riani untuk makan malam terlebih dahulu, ia tahu gadis ini belum mengisi perutnya, ia yang baru terbangun dari tidurnya dengan mata sembab, membetulkan posisi duduknya.
Tama membukakan pintu mobil, menggenggam jemari sang gadis agar mengikutinya.Pecel lele di pinggir jalan mampu membuat perut keduanya terasa kenyang.
Tama menyuruh Riani untuk menginap dirumahnya malam ini tapi ia tak mau. Riani juga tak mau pulang ke kosannya. Ia mengajak Tama untuk jalan-jalan malam, ini sudah tengah malam Tama sendiri bingung harus membawa Riani kemana. Ia juga sebenarnya merasa lelah dan penat sedang ada sedikit masalah di perusahaannya, tapi ia tak mampu untuk membicarakannya dengan gadis di sampingnya. Ia tahu betapa gadis itu merasa hancur, luka kembali menghinggapi hatinya. Ia yang selalu menutup rapat kesedihannya saat ini tak mampu lagi, luka ikut jadi ikut terbuka.
Akhirnya pukul 3 dini hari, Tama membawa Riani kerumah orang tuanya. Malam ini mereka akan tidur disana.
Mami dan papinya Tama membukakan pintu, mereka terlihat waspada ketika membuka pintu. Bagaimana tidak ini tengah malam, mana ada tamu biasa bertamu di jam segini.
Tama yang menggenggam tangan Riani membuat papinya mengerutkan kening. Ia tak pernah melihat hal itu setelah beberapa tahun lalu ketika Tama memperkenalkan Kasih padanya.
Mereka berdua terlihat kacau, apalagi gadis di samping anaknya. Tatapannya kosong dengan mata yang sembab pula. Sebenarnya pikiran negatif muncul di kepalanya, namun ia coba halau, ia akan coba bicarakan baik-baik dengan Tama. Tak mau hal seperti dulu terulang kembali.Mami Tama merangkul Riani, mengajaknya ke kamar Tamu. Ia juga seperti papinya Tama, belum bertanya mengenai apa yang terjadi, yang ia pikirkan adalah menengkan gadis ini terlebih dahulu.
"Bu, Aya dimana?" Tanya Riani.
"Aya tidur di kamar saya." Jawabnya.
"Boleh saya bawa Aya untuk tidur bersama saya?" Ia menatap wanita itu memohon.
"Baiklah, mari ke kamar saya."
***
Setelah menjelaskan permasalahan pada Papinya, Tama merasa sedikit lega. Walaupun ia masih merasa canggung tapi ia merasa papinya mulai berubah, ia mendengarkan apa yang anaknya bicarakan tanpa menyela. Ia menjadi pendengar yang baik.
Sebenarnya, pria paruh baya itu sedikit khawatir akan Riani. Ia takut akan melakukan kesalahan seperti dulu ia simpati pada Clara, mantan menantunya. Dulu mantan menantunya memanfaatkan kebaikannya, tapi mendengar penuturan Tama mengenai Riani rasanya itu memang benar. Ia tak menyangka nasib gadis itu. Terakhir kali ia lihat gadis itu sama seperti gadis lainnya yang ceria. Ia juga merasa bahagia bahwa anak laki-laki nya mulai kembali peduli pada orang lain.
Tama memperhatikan Riani yang tidur dengan memeluk Aya. Rasanya ia juga ingin ikut serta memeluk mereka, tapi ia tak mau merusak kepercayaan Riani padanya.
Ia memilih tidur di sofa kamar itu, setidaknya ia masih bisa melihat dua orang yang mengisi hatinya saat ini tidur dengan nyenyak.
***
Mhyra masih terjaga, ia tak bisa tidur. Mencoba menghubungi Riani namun panggilan itu selalu di luar jangkauan.
Ia melihat tas milik sahabatnya di dekat lemari. Tyo yang membawanya, tadi Riani pergi begitu saja tanpa membawa tasnya.Ia buka tas itu, tas pilihannya. Riani itu orang yang tidak pernah pede akan pilihannya. Setiap berbelanja ia selalu meminta pendapatnya. Bahkan dalam hal menyukai seseorang ia meminta pendapatnya. Bagaimana dengan bodohnya ia terhasut oleh teman-teman lamanya. Ia jadi membenci Riani yang seakaan merebut apa saja miliknya. Padahal sebaliknya, ia merasa dirinya begitu bodoh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Siap Pak Boss [Complete]
Чиклитtentang dua orang yang bertolak belakang. Riani, gadis yang hanya ingin menjalani hidupnya dengan santai dan tenang. karena tentang bagaiman kehidupannya hanya dia yang tahu. dan Pratama, pria tampan dengan karirnya cemerlang, dingin dan perfeksion...