Dua puluh sembilan - Semua Berubah

24.9K 1.6K 7
                                    

Riani mendorong tubuh Tyo yang sudah sangat dekat. Ia cubit pipi pria itu, gemesin banget ekspresinya.

"Gak jadi deh Yo, nanti gak ada yang bisa gue banggain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gak jadi deh Yo, nanti gak ada yang bisa gue banggain." Aku tertawa, melihat ekspresinya. Ia malah memalingkan wajah dan salah tingkah.

"Ahh becanda kamu gak lucu Ian." Ketus Tyo.

"Gue penasaran aja gimana rasanya, tapi tiba-tiba inget dosa dan inget prinsip gue."

Dia terkekeh, "ya makanya di coba." Maunya.

"Ntaran aja deh kalau saksi udah bilang sah." Aku tertawa.

"Yaudah kamu mau gak aku ajak buat bikin saksi bilang sah." Ia menatapku penuh harap.

"Apaan sih lu, baru aja galauin temen gue. Terus langsung lari ke gue. Geblek deh." Aku jauhkan wajahnya dari hadapanku.

***

*Author pov

Tyo itu lucu, baik hati dan tidak sombong. Cuma kalau udah keluar sifat jail nya suka buat Riani pengen ngarungin dia. Sayang seribu sayang Riani gak berani buka hati buat Tyo, tanda warning selalu terbayang. Mhyra yang pernah mewanti-wanti dirinya untuk tidak sama Tyo membuatnya ciut ditambah dengan perasaannya pada pak Tama yang sampai sekarang masih belum berkurang. Jadilah ia tak mau memulai apapun, cukuplah ia  di anggap sebagai kakak laki-laki.

Riani memaksa Tyo untuk pulang. Baginya pukul 11 sudah terlalu malam untuk berada di luar. Beda dengan Tyo yang mengatakan ini tuh masih sore.

Dengan rengekan Riani yang bilang gak baik anak perawan keluyuran malem-malem membuat Tyo menyerah, dengan berat hati ia mengabulkan permintaan Riani. Padahal dalam hatinya masih menghabiskan waktu dengan gadis itu, entah apa yang membuatnya nyaman jika sudah berada di dekat teman gadis yang di cintainya. Entah, mungkin ia butuh seseorang yang mengerti dirinya, dan sosok itu ia temukan pada diri Riani.

Mobil Tyo memasuki gerbang kompleks, suasana terlihat sangat lengang. Sepertinya para penghuni kompleks sudah terlelap. Tapi nyatanya ada seseorang yang mengawasi, di salah satu rumah yang mereka lewati, ia berada di balik tirai yang ia singkap sedikit.
Pria itu mengawasi dari jendela kamar utama lantai dua.

***

*Riani pov

"Dari mana malem banget pulangnya." Ucap seseorang ketika aku menutup pintu kamar.

"Abis pacaran sama Tyo." Berjalan menyimpan tasku di samping lemari.

"What??"

"Ya buat realisasiin ucapan lu tadi siang." Matanya memperhatikanku yang berjalan menuju kamar mandi.

Suara gedoran pintu kamar mandi terdengar, aku yang sedang membasuh wajah mengilangkan sisa-sisa busa merasa kesal.

"Gak di kunci." Teriakku.

Siap Pak Boss [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang