Sepuluh - satu langkah

28.6K 1.9K 22
                                    

Belanja sama pak bos itu bikin banyak-banyak nahan nafas, dia suruh ambil susu aku ambil, ehh dia malah balikin lagi ketempatnya menukar dengan merk lain.
Aku ambil sampo merk yang dia sebut, itu juga di balikin lagi.

"Saya suruh ambil yang warna hitam kenapa kamu ambil yang warna merah" sentaknya.

"Bapak cuma nyebutin merk yah, ga usah nambah-nambahin yang warna ini lah itu lah" sela ku.

Ia menatapku, tatapannya seperti akan menerkamku.

"Biasa aja dong pak. Males saya belanja sama bapak. Ini salah itu salah nanti mah bapak ajalah yang belanja." Dongkol banget sama ini orang, kalo bisa aku ceraiin deh. Nikah juga belum, gak mau ding.

Ku biarkan dia yang memilih apa saja yang hendak di beli. Aku hanya bertugas mendorong troli.
"Sungguh dunia terbalik." Gumamku.

Pria di depanku. Menghentikan jalannya menoleh ke arahku.

"Apa pak?" Tak merasa bersalah.

"Mulutnya bisa diem gak?"

"Hmm"

***

Pertemuan dengan pria yang dulu singgah di hatiku, hanya singgah. Membuatku mengetahui satu informasi mengenai pak bos. Pantes bisa punya rumah di kompleks elit, ternyata dia direktur di Zahra Cosmetic, jadi kak Galih itu bawahannya.

Daebak, pantes sebagai pengasuh Aya aku dapet fasilitas menakjubkan. buat dia uang mah urusan kecil, pengasuh aja di kasih kartu ajaib. Haha

Usai belanja, sebelum pulang aku minta untuk makan malam di mall saja. Toh aku gak masak dan bakal lama lagi kalau harus pesan makanan lewat mamang GO-FOOD.

"Makanan korea yah pak, kali -kali lah nyenengin yang bantu-bantu rumah."pintaku

"Heran saya, punya pengasuh banyak maunya."

Sedikit berlari untuk mensejajarkan diri dengannya, menuju resto Mujigae, salah satu resto masakan korea yang sudah ada label halal. Kan tenang kita makannya.

Dengan hati gembira akhirnya ku cicipi masakan korea yang paling bikin penasaran yaitu topoki.. wait ko ini kenyel - kenyel gitu yah dan Waalaa rasanya ko asem-asem sepet.
Waah ketipu nih, di drama kok itu makanan keliatan enak banget. Tapi rasanya malah gini, apa emang lidah aku aja yang kampungan yah sukanya sama masakan Indonesia doang. Eiittss lidah ku gak kampungan, lidahku lidah dunia, wong orang luar aja senang sama makanan khas negri tercintah.

Kuletakan sumpit setelah mencicipi makanan kenyal itu. Menatap penuh harap pada pak bos.

Beberapa kali sambil mengedipkan mata. "Pak makananya ganti yah, ini rasanya aneh. Ganti Jjajangmyun aja ya pak"

"Dasar lidah kampung" Sarkasnya yang sudah ku duga

"Lidah Internasional ini tuh pak, toh orang luar negeri banyak yang suka sama masakan orang kita. Kaya saya ini." Menjentikan jari Penuh percaya diri.

Makan di tempat ini emang gak mesti panggil-panggil pelayan, cukup sapukan jari di layar tab yang ada di meja. Nanti juga datang pesanan kita.

"Isi amunisi dulu biar bisa kuat kaya do bong soon, ngurus rumah tangga kan butuh tenaga ekstra" mataku berbinar melihat mie hitam tersedia di depan mata.

Pria di hadapanku menghentikan aksi menyuap bibimbap, itu loh nasi campur nya korea.

"Jaga mulut kamu!".

"Bapak mah sensian, kan emang bener aku tuh ngurus rumah tangga. Walaupun dalam bentuk Kerjaannya doang sih"

"Udah sana makan!" Perintahnya.
Ku nikmati mie hitam di hadapanku.

Siap Pak Boss [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang