*Author pov
Pagi ini Tama sudah berada di halaman kosan, Riani malas sebenarnya jika harus bertemu dengannya.
Melihat pesannya yang menginformasikan bahwa ia akan menjemput membuatnya sebal. Padahal ia sudah menolak mati-matian, tapi pria itu tetap saja memakasa dengan alasan dia juga ada urusan di hotel Rian pagi ini dan juga satu hal yang membuatku tak berkutik ketika ia mengatakan lumayan ongkosnya bisa buat beli makan. Sepertinya ia sudah hafal dengan sifat Riani yang perhitungan, dan memanfaatkan prinsip untung rugi yang selama ini ia junjung tinggi. Di tengah perjalanan hujan lumayan deras. Untung ikut pak Tama kan repot kalau naik Ojek.Riani biasa memendam semua sendiri, ia selalu berpikiran bagaimana pendapat orang lain jika ia bilang seperti ini, bilang seperti itu, apa orang itu merasa tersinggung atau marah. Makanya ia simpan rapat saja apa yang sebenarnya apa yang dikepalanya.
Di dalam mobil hanya ada suara radio yang di nyalakan.
***
*Riani pov
Bertemu Tyo di lobi hotel ia langsung menghampiriku. Mengusap lembut kepalaku, dan mengucapkan ia rindu padaku. Padahal kemarin kami kan bertemu.
Tangan Tyo langsung di tepis oleh pria yang tadi berjalan di belakangkku."Kenapa mas?" Menatap tak suka pada pak Tama.
"Tangan kamu gak sopan." Tyo berdecak, kemudian tersenyum kepadaku. Ia ijin duluan karena sudah ada pasangan yang menunggu untuk pemotretan pre-wedding mereka. Prewed kok di hotel, maper kali di hotel mah.
Pak Tama mengajakku sarapan pagi ini tapi aku menolak dengan alasan sudah sarapan. Padahal boro-boro sarapan dandan aja gak sempet gara-gara kesiangan. Semalam kepikiran pak Tama sama wanita itu terus.
Kepala Bagianku mengatakan mas Rian memanggilku keruangannya. Aku gak ngerti ngapain pagi-pagi di panggil, waduh perasaanku was-was.
Sekretarisnya mengantarkanku sampai depan pintu ruangan mas Rian eh pak Rian maksudnya. Ku ketuk pintu dan langsung beranjak masuk. Ku lihat ada pak Tama juga disana, ngapain sih dia bikin bad mood aja.
"Sini Ri, sarapan bareng." Ucap pak Rian.
Dengan canggung aku ikut duduk di sofa berhadapan dengan pak Tama.
Aku masih belum menyentuh makananku, disana terdapat 3 piring nasi goreng.
Masa ia di panggil kesini cuma mau ngajak sarapan bareng. Otakku terus berpikir, memikirkan kemungkinan yang akan terjadi."Makan Riani, jangan ngelamun aja." Ucap pak Rian.
"Eh iya pak." Ku ambil piring itu, ikut menikmati sarapan dengan sang bos dan mantan bos.
"Ada apa yah pak panggil saya?" Tanyaku sembari meletakkan kembali piring dengan sedikit sisa nasi goreng di atasnya.
"Gini, Tama bilang dia pengen kamu jadi pengasuhnya Aya lagi." Keningku berkerut.
"Kan saya emang jadi pengasuh Aya juga disini." Terangku.
"Maksudnya jadi pengasuhnya pribadi."
Aku berdiri, ku tatap tajam pria dihadapanku sekilas. Kemudian menatap kembali pak Rian.
"Saya gak mau pak, kalau saya kerja sama pak Tama lagi saya harus tinggal disana sedangkan saya baru aja tinggal di kosan." Aku membungkuk permisi pada pak Rian, beranjak meninggalkan ruangan.
Pak Tama mencekal tanganku saat ku pegang handle pintu,
"Apa cuma itu alasannya? Dari semalem kenapa sikap kamu jadi dingin gini?"Mataku menatap tajam mata beningnya, "Iyah. Rugi udah bayar kosan terus gak ditinggali. Lagian juga apa masalah bapak sama sikap saya mau kaya gimana sama bapak. Terserah sayalah." Ku lepaskan cekalan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siap Pak Boss [Complete]
ChickLittentang dua orang yang bertolak belakang. Riani, gadis yang hanya ingin menjalani hidupnya dengan santai dan tenang. karena tentang bagaiman kehidupannya hanya dia yang tahu. dan Pratama, pria tampan dengan karirnya cemerlang, dingin dan perfeksion...