Kids : One

4.1K 404 11
                                    

Hoseok POV.

Seorang perawat wanita tengah mendorong kursi rodaku keluar dari kamar ini, kurasa. Karena aku tidak bisa melihat, jadi aku tidak tahu akan di antarkan kemana yang jelas, harapanku hanya satu. MATI.

"Kau jangan khawatir, aku hanya mengantarmu ke lantai satu," ujarnya padaku.

Khawatir? Ck.

Aku sama sekali tidak khawatir, Nona. Hanya saja, aku kecewa.

Kenapa dia tidak membawaku ke lantai paling atas lalu mendorong kursi rodaku hingga aku menghilang dari sana alias terjun? Jika dia lakukan itu, aku sangat bahagia dan berterimakasih sekali padanya.

Tapi sayang, dia tidak melakukan apa yang aku harapkan.

"Baik, sekarang kita berada di dalam lift. Emm... Lantai satu," katanya sengaja kuabaikan.

Seketika nyawaku terasa seperti terjun ke bawah pertanda lift bergerak. Dia kembali mendorong kursi rodaku. Tahu-tahu suara riuh dari para penghuni rumah sakit ini terdengar sangat jelas di telinga. Kurasa situasi lagi ramai.

"Oh iya, sebelum aku datang ke kamarmu, Hye In-ssi menghubungiku tadi. Dia bilang, akan datang terlambat," tuturnya masih mendorong kursi rodaku.

Hye In akan datang terlambat? Untuk apa aku peduli? Toh dia datang pun tidak akan membawa kebahagiaan untukku.

💝💝💝

Cukup lama dia mendorong kursi roda mengitari lantai satu. Setelah itu dia menyuruhku menunggu Hye In sebentar diruang tunggu, sudah waktunya dia tiba. Ah, malas. Belum lama dia menemani, tiba-tiba ada yang memanggil dirinya. Kurasa ada yang butuh bantuan.

Dengan segera perawatku meminta izin untuk pergi. Aku pun hanya mengangguk mengiyakan dan membiarkannya enyah.

Huh. Tidak ada yang bisa kulakukan selama menunggu Hye In datang. Mendengar setiap pembicaraan dari orang-orang yang ada di sini, cukup membuatku pusing. Sungguh, aku ingin kembali ke kamar dan mengisi sepanjang hidupku dengan tertidur. Aku tak suka di sini.

"Hyung, neo ireumi mwoye-yo?" tanya seseorang membuatku panik dan bertanya-tanya, siapa dia? (Kakak, siapa namamu?)

"Kenapa kau tidak menjawabku, Hyung?" tanyanya lagi. Ya Tuhan, kau membuatku merinding.

"Si-si-siapa kau?!" balasku panik.

"Aku pasien juga dirumah sakit ini. Namaku Im Joon. Hyung sendiri?"

"Ho-hoseok. J-jung Hoseok," jawabku masih panik.

"Oh. Kenapa kau bisa ada disini? Dan kenapa pakai kursi roda? Apa kakimu patah?"

"Aku buta," balasku to the point.

"Jinjja-yo?"

"Hm."

Aku mendengar dia menghela nafas sebelum berkata, "Kau masih beruntung, Hyung."

"Mwo?"

"Meski buta, setidaknya kau masih bisa hidup lebih lama lagi. Tidak denganku."

Apa maksudnya?

Kini giliranku yang menghela nafas, "Percuma saja aku hidup jika tidak bisa melihat dunia. Hampa."

My Boyfriend is Blind ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang