Date : Third

1.1K 125 22
                                    

Hye In POV.

Setelah kuabaikan 20 panggilan masuk dari Seokjin, kini aku menjawabnya dengan malas tepat di jam istirahat kerja.

"Kau di mana?"

"Restoran."

"Kapan pulang?"

"Nanti sore."

"Syukurlah. Kuharap kau punya waktu nanti malam karena aku sudah menyiapkan sesuatu untukmu. Kau bisa datang, kan? Nanti alamatnya ku kirim."

Aku menghela nafas, "Maaf, lain kali saja."

"Oh, ayolah. Kau sudah dua hari mengabaikanku, sekarang kau harus ada waktu untukku."

Aku tidak menggubris kalimatnya.

"Hye In-ah, kumohon, ini penting. Hari ini adalah hari di mana aku menyatakan cinta pada Na Rae. Maka dari itu aku mengadakan makan malam untuk membuatnya-"

"Yak! Kau ini cerewet sekali. Baik, baik, aku akan hadir nanti malam tapi hanya untuk kali ini saja kau menggangguku setelahnya berhentilah melakukan itu lagi. Arraseo?!"

💝💝💝

Langit cerah mendadak berganti menjadi langit malam pertanda aku harus pergi menemui Seokjin. Sebelum pergi ke tempat yang sudah ia janjikan, ku alihkan perjalanan menuju ke salah satu butik terlebih dahulu bersama Hoseok. Yeah, sejak beberapa jam lalu, aku sudah di buat kesal olehnya. Tanpa rasa lelah dan bosan pria itu terus menerus merengek manja padaku hingga akhirnya aku pun membiarkan dia ikut setelah kesabaranku habis.

Di dalam butik, aku langsung memilih-milih pakaian yang akan kukenakan nanti. Setelah menemukan beberapa dress yang menarik perhatianku, aku bergegas ke ruang ganti guna mencobanya satu per satu, di ikuti juga oleh Hoseok dan salah seorang pewagai butik yang menungguku di luar.

Sekitar satu menit berada di sana, aku pun keluar dengan a-line dress berwarna pale turquoise yang membungkus tubuhku. Pegawai wanita yang melihat penampilanku tersebut lantas mengeluarkan pujian, sementara Hoseok hanya duduk terdiam di sofa.

"Chagi-ya, eottae?" tanyaku pada pria itu meski kutahu dia tidak bisa menilai bagaimana penampilanku sekarang.

"Aku kan buta. Berhentilah membuatku tampak menyedihkan."

"Iya tahu, setidaknya katakan sesuatu."

"Eumm... Kau pasti terlihat cantik. Apapun yang kau pakai, apapun penampilanmu sekarang, selalu dan selamanya akan terlihat cantik. Baiklah, ayo pergi."

Perlahan senyum tipis mengembang di sudut bibirku. Mendengar penuturannya aku senang, namun rasa kecewaku jelas lebih besar. Jujur, selama ini aku ingin sekali punya kekasih yang bisa menilai diriku dengan baik—melihat bagaimana aku berpenampilan menarik seperti ini. Sayangnya, Tuhan menciptakan alur yang berbeda dari apa yang aku inginkan.

Ya Tuhan, aku mulai lelah. Lelah menghadapi kenyataan. Tidak bisakah Hoseok itu menggunakan feeling-nya untuk mengapresiasi sesuatu dengan baik? Meski pada kenyataannya tidak sama dengan apa yang dia nilai itu tak masalah.

Aku muak. Aku butuh seseorang yang sempurna. Di mataku dan di mata orang-orang tentunya.

💝💝💝

A shoulder dress, salah satu model pakaian warna merah yang kumau telah di dapatkan. Kini saatnya untuk membuat pria di sampingku ini pergi agar rencana kencan ketiga ku dapat berjalan lancar dan semoga saja menjadi yang terakhir karena aku tidak mau berurusan dengan Seokjin lagi.

My Boyfriend is Blind ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang