Flashback : Ten (END)

932 109 2
                                    

Keesokkan harinya, aku ada niatan ingin membawa kimbap buatanku sendiri untuk Hoseok. Tiba di kelasnya, aku segera duduk bersebelahan dengannya.

"Hoseok-ah, hari ini aku bawa kimbap buatanku. Nanti saat istirahat tiba, kita makan bersama, yah?"

"Aigoo... Kekasihku baik sekali. Aku jadi makin cinta."

Sial! Pipiku memanas!

💝💝💝

KKKRRRIIING!!!

Aku dan Hoseok duduk berhadapan. Kubuka penutup bekal kemudian mengambil sepotong kimbap.

Ku sodorkan langsung ke depan mulutnya, "Meokja." (Ayo makan)

Dia lantas melahapnya, "Eumm... Masisseo." (Enak)

"Syukurlah aku senang."

"Omong-omong, kau membuatnya dengan isian apa?"

"Isian lobak, wortel, ketimun, bayam, buah alpukat, dan ikan salmon."

"Mwo?! Lobak?!"

"Benar, tanpa lobak kimbap tak akan terasa enak, kau harus tahu itu."

Tanpa kuduga dia beranjak dari tempat duduknya dan berlari cepat ke luar kantin. Aku yang tak tahu apa-apa hanya menatap dirinya pergi. Dia kenapa? Apa ada yang salah dengan perkataanku?

💝💝💝

Sudah hampir sepuluh menit aku menunggunya di depan toilet pria, dia belum keluar juga. Selama berdiri disana firasatku buruk, aku takut sesuatu terjadi padanya. Sesekali pun kucoba tenang dan berdoa, berharap saja tidak ada yang terjadi.

"Uhuk!"

Akhirnya dia keluar. Syukurlah, aku lega.

"Kau tak apa-apa?" tanyaku tapi tidak direspon, "Omo! Ada apa dengan kulitmu?!"

"Ini karena lobak yang kau jadikan sebagai isian kimbap."

"Mwo?"

"Aku alergi lobak."

"Ne?! Ah, mianhae! Aku sungguh tidak tahu kalau kau punya alergi. Jeongmal mianhae," kataku merasa bersalah, "Lain kali akan kubuatkan kimbap untukmu tanpa lobak."

"Sudahlah. Aku mau ke kelas."

Sejak hari itu, aku sudah tidak melihat keberadaan Hoseok lagi.

Aku bertanya pada teman dekatnya, dia sendiri pun tidak tahu. Lalu aku bertanya pada wali kelasnya, dia bilang Hoseok sedang sakit dan dirawat.

Mengetahuinya, aku mendadak panik. Masalahnya yang membuat dia sakit adalah aku. Kalau bukan karena lobak sialan itu, pasti Hoseok baik-baik saja.

Dan besoknya, aku datang ke rumah sakit. Baru saja masuk ke kamarnya kedua orang tua Hoseok menyambutku dengan hangat. Jelas sekali mereka bahagia karena ada murid yang menjenguk anaknya.

Kulihat Hoseok tengah duduk di ranjang pasien. Sepertinya keadaan dia sudah membaik. Aku bergegas melangkahkan kaki mendekatinya.

"Gwaenchanha-yo?"

"Ne, gwaenchanha."

Aku menghela nafas, "Syukurlah. Eum … aku minta maaf."

"Aigoo... Sudah jangan di pikirkan lagi. Lupakan. Aku baik-baik saja, kok."

"Aku berjanji tidak akan membuat kimbap lagi."

"Yak, kenapa berkata begitu? Kau tak perlu mengakhirinya, jangan gunakan lobak sebagai isiannya lagi itu sudah cukup."

"Baiklah, jika kau masih memperbolehkanku membuatnya."

Sejak hari itu, hubungan kami terjalin semakin baik. Layaknya pasangan lain, kami pun menghabiskan waktu pergi bersama menikmati aneka jajanan pinggir jalan, bermain di Namsan Park, melihat pemandangan kota Seoul dari puncak Namsan Seoul Tower dan sebagainya. Cukup menyenangkan namun menguras uang juga, haha. Tak apa, setidaknya dapat membuat hubungan kami bertahan lama sampai kapanpun.

To Be Continue. . .

My Boyfriend is Blind ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang