Flashback : Six

1.3K 133 4
                                    

Di tengah menikmati sarapan tahu-tahu ponselku bergetar karena ada panggilan masuk dari Hoseok.

"Ada apa?"

"Keluarlah. Aku sudah ada di depan rumahmu."

"Mworago?! Yak! Kenapa kau-"

Tutt... Tutt... Tutt...

"Aish! Dasar!"

Aku bergegas menghampiri Hoseok kemudian langkahku terhenti tepat saat melihat ia berdiri sambil bersandar di salah satu pintu mobil bagian penumpang. Kupasang wajah datar padanya namun orang itu malah tersenyum manis sebelum membuka pintu untukku.

"Masuklah, hari ini aku yang akan mengantarmu sekolah," suruhnya santai.

"Tidak mau!" tolakku mentah-mentah.

"Aigoo.... Masuk atau kuhubungi para temanku sekarang juga, pilih mana?"

Jujur aku ingin sekali meninju wajahnya sehabis dia berkata begitu hanya saja aku tak mau mengotorinya dengan tanganku, maka kucoba untuk bersabar.

Aku berjalan menuju pintu mobilnya—masih dengan perasaan kesal. Tiba-tiba dia menyeka sesuatu di sudut bibirku dan aku pun membatu di saat yang bersamaan. Terjadi saling tatap di antara kami. Jantungku kembali berdegup kencang di buatnya dan ini sudah ketiga kali. Kurasa jantungku memang lemah, begini saja sudah berdebar-debar.

Tak mau makin tenggelam dalam suasana manis yang bisa menyiksa jantungku ini apabila berlama-lama, kutepis tangannya cukup keras. Dia meringis menatapku bingung. Kujulurkan lidah sekejap lalu masuk ke mobil.

💝💝💝

"Hye In-ah, hari ini kedua orang tuaku sedang di luar kota selama lima hari ke depan. Jadi, jagalah kesehatanmu untukku, arraseo?"

"Yak, apa hubungannya antara orang tuamu dengan kesehatanku?"

"Kau akan tahu nanti. Intinya, jangan sampai jatuh sakit. Apabila itu terjadi, lihat saja."

"Yak, yak. Kenapa kau malah mengancamku? Apa salahku, huh?"

"Sudah jangan banyak bicara, asisten pribadiku," ujarnya sambil mengelus lembut kepalaku.

Deg! Deg!

Deg! Deg!

Ya Tuhan, jantungku serasa ingin...

.

.

.

.

Copot.

Apakah ini pertanda?

Kalau aku dan dia...

💝💝💝

Sebelum jam pertama di mulai, sesegera mungkin aku pergi ke perpustakaan dahulu. Kuambil beberapa buku yang tertata rapi dalam rak, membawanya ke meja untuk ku periksa kembali. Sial, ada yang tertinggal. Buku ekonomi.

Aku lantas kembali lagi ke sana. Selama mencari, aku hanya melihat sekilas judul bukunya saja agar terkesan lebih cepat, sebab waktuku tidaklah banyak sekarang. Masih tak kutemukan juga buku itu. Apa mungkin di rak yang paling atas seperti kemarin? Kurasa begitu.

My Boyfriend is Blind ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang