Hoseok POV.
Seminggu pemulihan pasca operasi akhirnya aku diperbolehkan pulang dan sudah tiga hari aku menikmati mata baru. Melihat wajah Mickey untuk pertama kalinya—tak percaya dia sangat menggemaskan, kembali melihat wajah ibu, ayah di bingkai foto, dan Hyun Hee. Memandangi sisi kota Seoul yang dipenuhi pertokoan di tambah kendaraan yang terparkir di depannya. Melihat anak-anak bermain di taman—seketika aku rindu Im Joon, melihat aneka macam menu makanan di restoran—semua tampak menggoda, dan berakhir menatap fotoku bersama Hye In di layar kunci ponsel.
Sejak aku buta hingga pulih seperti sekarang, kabarnya tidak terdengar lagi. Mungkin dia sudah nyaman dengan kekasih barunya yang jauh lebih sempurna ketimbang diriku. Mata saja aku dapat dari seorang pendonor.
Sejujurnya aku masih ingin Hye In kembali ke pelukanku. Masih ingin menikmati waktu kebersamaan persis yang telah kita lakukan sebelum semua terjadi. Aku merindukannya.
"Hoseok-ah? Museun saenggakhae?" tanya ibu sembari menjemur. (Apa yang kau pikirkan?)
Aku mengangkat kedua alis, "Sejak kapan Eomma ada di situ?" tanyaku balik yang tengah duduk di depan pintu rumah.
"Beberapa detik yang lalu. Apa yang kau lamunkan, huh?"
"Hye In …."
"Lupakan saja dia jika tidak mencintaimu lagi. Mengingatnya terus akan menyakiti hatimu sendiri."
"Huh, sedang kucoba. Omong-omong apa dia tahu kalau aku sudah bisa melihat?"
"Yak, kau lupa atau bagaimana? Selama kau berada di rumah sakit, siapa yang menemanimu, hm?"
"Eomma dan Hyun Hee," jawabku tertunduk.
"Benar. Hye In jelas tidak tahu apa-apa tentang perubahanmu. Dia terlalu sibuk berselingkuh dan membuat anakku kembali terpuruk. Kejamnya."
Menyedihkan. Kenapa sekarang semua kicauan burung mulai mengelilingi Hye In? Ibu dan Hyun Hee bahkan beberapa teman SMA-ku dulu juga tahu kelakuan buruknya. Kini dia berada di tengah-tengah jalan yang ramai, yang banyak dilalui orang-orang sehingga ia menjadi pusat perhatian.
Sebagai seseorang yang lama mengenalnya, aku tidak terima dia diperlakukan begitu oleh mereka. Berselingkuh adalah hak dan keputusannya. Mungkin memang bukan aku yang akan menemani sepanjang hidupnya, bisa jadi pria yang tengah bersamanya sekarang. Lagipula semua sudah diatur. Tergantung kita bagaimana memilih arah yang tepat dan menjalaninya.
💝💝💝
Siang ini aku pergi ke tempat kerja Hye In. Huh, rindu melihat bangunannya. Dalam perjalanan menaiki bus, aku merasa seperti tengah menelusuri kembali jejakku selama menjadi seorang tunanetra. Dulu aku takut sekali dengan jalan raya namun sekarang perasaan itu lenyap. Bersama rasa percaya diri aku menyeberanginya meski tetap menjadi pusat perhatian. Yeah, karena aku masih menjadi orang buta di mata mereka.
Tiba di restoran aku bergegas masuk, duduk dan menunggu Hyun Hee datang. Kurasa dia masih sibuk melayani para pelanggan. Tak apa, dengan di temani segelas cappucino aku siap menunggunya lebih lama.
Hye In?
Apa kalian berpikir aku datang kesini untuk bertemu dengan gadis itu seperti yang biasa kulakukan sebelumnya?
Kumohon buanglah pikiran itu jauh-jauh. Aku tidak mau berurusan dengannya lagi. Lebih baik kita menjalani hidup masing-masing. Dia bermesraan bersama pria barunya sementara aku berteman baik dengan Hyun Hee.
Sekitar 20 menit aku menghabiskan waktu di sini sambil menikmati segelas cappucino, Hyun Hee pun datang.
Dia duduk di hadapanku, "Yak, kudengar dari karyawan lain kau sudah ada di sini selama dua puluh menit. Sungguh?"
"Benar."
"Aish, kenapa datang lebih awal, huh? Dasar pria, tidak sesuai janji."
"Sengaja agar aku bisa melihat Hye In lebih lama selagi dia menjalani pekerjaannya. Berhubung aku rindu akan wajahnya dan kurasa dia menyadari kehadiranku."
"Lalu kenapa dia tidak ke sini? Pasti dia tahu kalau kau sudah tidak buta lagi."
"Kau salah. Lihat benda yang tengah kupegang. Inilah yang membuatnya mengabaikanku."
"Tongkat?! Kau masih memakainya? Wae? Apa kau kembali buta?"
"Tentu saja tidak!"
"Terus apa?"
"Sengaja kubawa agar dia masih mengiraku buta. Dengan begitu setiap gerak-geriknya dapat kuketahui."
"Ah, sekarang kau mau memata-matai dia, huh?"
"Entahlah, sekedar ingin tahu saja siapa pria yang mengisi hatinya belakangan ini."
"Aku hanya tahu sedikit tentangnya. Dia anak dari pemilik restoran ini. Wajahnya tampan dan memiliki bahu lebar. Untuk namanya aku kurang yakin, tapi yang pernah kudengar dari karyawan lain hanya nama belakangnya 'Jin'."
"Mworago? Jin?"
Entah kenapa nama itu terasa tidak asing. Aku pernah kenal seseorang dengan nama itu tapi tidak ingat. Jangan pedulikan.
Cring!
Kami menoleh ke sumber suara. Seorang pria berjaket denim serta bercelana panjang putih ada di sana.
"Selamat datang," sambut Hyun Hee bergegas bangkit.
Wajah pria itu. Aku mengenalnya!
"Dia orangnya," ucap Hyun Hee pelan.
"Ne?!" balasku sontak berdiri.
"Ada apa? Kau tampak sangat terkejut."
Aku tidak percaya Hye In berselingkuh dengan seorang pria yang dulu notabenenya adalah kakak angkatku.
"Yak, kau mau tahu dia siapa? Nama lengkapnya Kim Seokjin, teman masa kecilku!"
"Oh, begitu."
.
.
"MWORAGO?!"
To Be Continue. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is Blind Man
Dragoste[✔] Jung Hoseok, kekasihku, dia jauh berbeda dari pria lain. Dia istimewa, hanya ada beberapa saja yang seperti dirinya bahkan dapat dihitung jumlah populasinya. Meski dia memiliki kekurangan, aku pun tetap mencintai dan menerima dia apa adanya, sek...