Seokjin POV.
"Hyung, mianhae."
Jleb!
Seketika hatiku mencelos mendengar ungkapannya. Dia menangis sementara aku hanya terdiam memandangnya. Aku tidak mengerti kenapa dia meminta maaf, padahal yang menyebabkan kekacauan ini adalah diriku. Kau membuatku bingung.
Dia mengusap air mata,
"Hyung, kenapa kau bisa berpikir kalau dulu aku merebut Ahjussi darimu, eoh? Apa karena aku tampak bahagia tiap kali bersamanya sehingga kau punya pemikiran seperti itu? Hyung, ketahuilah perasaanku yang sebenarnya."Aku memang bahagia, sangat bahagia. Terlebih lagi Ahjussi selalu menuruti apa kemauanku. Tapi Hyung, asal kau tahu saja, tidak sepenuhnya kebahagianku itu benar-benar aku rasakan. Akibat rasa sedih yang masih tertanam, aku tidak bisa menerima semua usaha Ahjussi untuk membuatku lupa akan kesedihan."
"Huh? Mworago?"
"Seiring berjalannya waktu sekaligus bertambahnya usia, aku semakin terpuruk, Hyung. Sampai-sampai aku bertanya kepada diri sendiri, apakah aku pantas mendapatkan kebahagian ini yang jelas sekali tidak ditujukan padaku? Selain itu, aku juga bingung harus merespon apa tiap kali Ahjussi curhat padaku mengenai dirimu."
"Mwo?" kataku sedikit kaget.
"Yeah, sebenarnya Ahjussi lebih menyayangimu, Hyung. Dia mungkin merasa kasihan saja padaku karena telah kehilangan kasih sayang kedua orang tua, maka dari itu dia membagi perasaannya padaku juga. Tapi sebenarnya kaulah yang paling dia sayangi.
"Saat sesekali sikapmu sedikit temperamental, Ahjussi selalu berkata padaku kalau dia kecewa dengan perubahanmu. Padahal yang dia lakukan selama ini terhadapku hanyalah sebatas membantu Appa saja. Sebagai seorang sahabat, Ahjussi rela melakukan apapun demi membuat sahabatnya tersebut bahagia. Saling bahu membahu merupakan kunci pertahanan tali persahabatan mereka. Kau pasti tahu itu, Hyung.
"Dan sebelum kutahu Ahjussi demikian, awalnya aku sangat bahagia tiap kali berada di dekatmu karena bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang Hyung dalam hidupku, namun tak lama kemudian aku juga kecewa padamu sama seperti Ahjussi tepat setelah semua perubahan sikapmu itu muncul. Jujur saja, aku hanya ingin merasakan yang namanya tali pertemanan, tidak lebih. Tapi sialnya keinginanku tersebut sirna dan kehadiranku-lah yang malah menciptakan kesalahpahaman ini.
"Kuharap, dari semua penjelasanku tersebut dapat menghancurkan kesalahpahaman di antara kita sekaligus membuatmu semakin mengerti kenapa Ahjussi tampak lebih memihakku."
Tiba di titik akhir kalimat yang terlontar dari mulut Hoseok, aku masih terdiam. Terdiam bukan berarti tidak paham, melainkan terdiam karena aku sadar bahwa semua tindakan yang kulakukan selama ini jelas-lah salah.
Seharusnya sejak dulu aku berinisiatif meminta penjelasan pada ayah maupun Hoseok sendiri agar di masa depan tidak berantakan seperti ini. Aku memang egois, terlalu egois sampai tidak memastikan terlebih dahulu apakah itu benar atau salah. Sekarang rasakan akibatnya.
"Ho-hoseok-ah. A-apakah kau m-membenciku?" tanyaku gugup.
"Awalnya iya, karena ternyata kaulah orang yang mengencani Hye In. Tapi setelah aku tahu maksud dari perbuatanmu tersebut, perasaan itu hilang begitu saja."
Seketika tubuhku lemas lantaran lega jika Hoseok tak lagi benci.
"Lalu Hyung sendiri, apakah benci padaku juga?"
Aku menggeleng, "Aku tidak pernah membencimu, paling tidak hanya sebatas kesal dan iri. Tapi jujur, saat masih kecil aku memang pernah sebab belum mengerti apa-apa, setelah beranjak dewasa seperti ini aku malah merindukanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is Blind Man
Romance[✔] Jung Hoseok, kekasihku, dia jauh berbeda dari pria lain. Dia istimewa, hanya ada beberapa saja yang seperti dirinya bahkan dapat dihitung jumlah populasinya. Meski dia memiliki kekurangan, aku pun tetap mencintai dan menerima dia apa adanya, sek...