Come To Hoseok's House

1.1K 138 6
                                    

Aku membungkuk di hadapan ibu Hoseok setelah dia menyadari kehadiranku di halaman depan rumahnya. Ia tampak bingung dan mempertanyakan kedatanganku ke sana. Aku pun hanya menjawab ada masalah kecil yang harus aku selesaikan bersama Hoseok. Dia mengernyit, aku menyeringai.

.

.

.

Tok! Tok! Tok!

"Hoseok-ah! Palli ireona!" ucap sang ibu tepat di depan pintu kamar anaknya.

Tok! Tok! Tok!

Cklek!

"Eomma, tidak bisakah kau berhenti mengacaukan tidurku?! Ini masih gelap!"

Mendengar penuturan Hoseok, senyumku sedikit mengembang. Di indra penglihatannya memang gelap, tapi di luar sana terang bahkan cahaya matahari sudah menerobos masuk ke kamarnya. Di saat seperti ini kau masih saja sempat menghiburku.

Aku melangkah mendekat dan duduk di sisi ranjangnya. Wajah sembab dan rambut yang berantakan, terkesan nyenyak tidurnya semalam. Berbeda denganku yang sulit terpejam meski lelah sekalipun. Berkat janji yang ku ingkari kemarin, otakku terus memaksa untuk memikirkannya sepanjang malam. Tak apa, setidaknya orang yang kusakiti bisa terlelap dengan tenang.

"Eomma, aku lapar. Buatkan sesuatu yang enak untukku," ucapnya sembari menggaruk kepala.

"Chagi-ya...," panggilku lembut.

Dia menolehkan kepala, bukan ke arahku melainkan ke arah pintu, "Eomma! Siapa yang membiarkannya masuk?! Tolong usir dia! Aku tidak mau dia ada di dekatku!"

Bertubi-tubi rasa sakit nan perih menyerang hati begitu ucapannya tertangkap oleh indra pendengaranku. Tak kusangka dia demikian. Meski begitu, ini belum seberapa dengan yang dia rasakan waktu menunggu kedatanganku selama berjam-jam kemarin. Semua terjadi karena diriku.

"Chagi-ya … M-mianhae...," lirihku tak kuat menahan tangis dan rasa sesak di dada.

"Eomma! Kau dimana?! Aku butuh bantuanmu untuk mengusir dia dari kamarku!"

Tak lama sehabis berucap, dia beranjak dari ranjang berjalan menuju pintu sembari merentangkan kedua tangan—mencoba menyentuh sesuatu apa yang ada di hadapannya. Kurasa dia sudah bekerja sangat keras selama ini, buktinya dalam hitungan detik dia berhasil menemukan di mana letak pintu kamar. Aku terkesan namun di lain sisi tersakiti.

Cklek!

"Eomma!"

"Hoseok-ah, kenapa kau keluar?"

"Kenapa Eomma membiarkannya masuk?"

"Siapa? Hye In?"

"Tolong usir dia, Eomma."

"Yak, ada apa denganmu? Jangan bilang kalian sedang bertengkar. Dasar anak muda."

"Salahkan dia, Eomma, membuatku kedingingan hingga demam esoknya."

Apa? Demam? Sejahat itukah aku padanya?

"Sudah, sudah. Eomma tidak bisa membantumu karena bukan hakku mencampuri urusan kalian. Selesaikanlah dengan cepat, setelah itu nikmati waktu sarapan."

Setelah ibu Hoseok menutup pintu, keadaan menjadi hening. Hoseok masih terdiam di sana sementara aku terisak tanpa suara sembari menepuk-nepuk dada. Sakitnya semakin luar biasa melebihi tusukan benda tajam sampai sulit bernafas.

Seperti inikah sosok asli seorang Jung Hoseok yang sebenarnya? Sungguh, aku baru tahu dan menyesali itu. Seharusnya aku tidak membuatnya menunjukkan hal menyakitkan ini agar aku sendiri tidak tersiksa.

My Boyfriend is Blind ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang