Lavender dan Tyrese mungkin sudah seperti orang gila karena tertawa selama beratus-ratus detik. Kalau tidak dihentikan oleh pengantar pizza, mereka mungkin akan bermain skateboard sampai matahari terbit.
"It was fun, wasn't it?" Ty duduk menghadap laut, tangannya menyangga badannya.
"Of course!" Jawab Lavender cepat, dengan mata berbinar. "Tidak perlu ditanya lagi, Ty."
Wajah bahagia mereka belum memudar sedikitpun, apalagi di depan mereka sekarang ada pizza keju favorit semua orang.
And cola.
And french fries.
And the dark ocean who is singing them a sweet lullaby.
Lavender mencomot potongan keduanya, dan Tyrese mungkin sudah gila karena jatuh cinta pada bagaimana pipi gadis itu menggembung saat sedang mengunyah.
"Why are you looking at me like that?"
Ty tidak menjawab. Tangannya terulur lalu memindahkan beberapa helai rambut dari wajah Lavender yang berantakan karena diterpa angin.
Mata mereka bertemu dan lekat seakan saling merindu.
Kunyahan Lavender berhenti.
Jarak mereka berdua benar-benar dekat sekarang. Mana suara ombaknya? Kenapa Lavender hanya mendengar napas Tyrese? Demi tuhan kenapa juga begitu sulit untuk menelan?
Lavender adalah yang pertama kali memutuskan kontak mata itu. Ia menelan pizza-nya dan membenarkan duduk.
"Tyrese..."
"Um?"
"Don't be like this." Jantung Lavender menggila saat mengatakan ini. Sebenarnya ia tidak yakin apakah ia harus mengatakannya pada Ty, tapi untuk kebaikan seluruh umat terutama dirinya sendiri, Lavender harus tegas.
"Like what?"
"Like what you did today."
"Did I mislead you? Did I make a mistake?" Tanya Tyrese cemas. Apakah usahanya sia-sia untuk menyenangkan Lavender?
"I thought you were just going to apologize for leaving me yesterday. But this is not kind of apology. At all."
Tyrese memiringkan tubuhnya menghadap Lavender, berharap bisa lebih menyimak. "What are you trying to say, Miss McKenzy?"
"Stop calling me Miss McKenzy!"
Tyrese memundurkan badan atasnya ke belakang. Ia kaget. "O...okay, Lavender. I'm sorry."
Tapi, Lavender sekarang malah jadi merasa bersalah karena sudah membentak Tyrese.
"Don't confuse me, Ty," lirik Lavender, nyaris terbawa angin saking pelannya.
"Sorry?"
"I just wanna be your friend. Never in million years, I'm dreaming to be more than that. But, today, you made me feel..." Lavender menggigit bibir bawahnya, kesulitan mencari kata yang tepat. "Different. Like I was special."
Tyrese mengerjap beberapa kali. Genrenya berubah. Dari senang dan sekarang...Tyrese juga agak bingung apa maksud gadis di depannya.
Apakah perempuan memang serumit ini? Ya tuhan katakan saja apa salahku dan apa yang harus kulakukan.
"Jadi, aku tak boleh melakukannya?"
"No!"
"Kenapa, Lav?"
"Because I will betray myself! I may fall in love with you! And that's why, Tyrese Lee, for God's sake what you did to me today, you can't do it ag —"
chup.
Basah...
...dan...
...lembut.
Mata Tyrese tepat beberapa mili di depannya. Lavender tidak bisa melanjutkan perkataannya karena sekarang bibir laki-laki itu mengunci bibirnya dengan kecupan.
Jangan tanya bagaimana kondisi jantung keduanya, tentu saja rasanya seperti tiba-tiba terbang ke bimasakti.
"Andai saja malam ini tidak mendung, Miss McKenzy, I can kiss you under a thousand stars."
Lavender memenjamkan matanya saat Tyrese kembali berlabuh di bibir mungilnya. Mengecupnya sedetik, kemudian melumatnya seperti akan melakukan itu selamanya.
Tidak di bawah bintang-bintang, tapi di depan mereka adalah samudra gelap yang tidak diketahui di mana ujungnya, dan di situlah Tyrese Lee menyatakan cinta.
Tidak. Ty tidak bisa menyatakannya dengan kata-kata. Terlalu sulit, Ty kurang mahir karena ia memang tidak pernah merasakannya pada siapapun.
Iya, Tyrese Lee mencintai Lavender McKenzy. Dan barusan, Ty telah memastikannya.
A/n :
Kayaknya dua hari lagi mau aku private deh mulai chapter 3...hehehehe. Tetep baca ya gengs?
YOU ARE READING
American Drug Dealer +taeyong lee
Fanfiction"I've never planned it to fall for you, this deep, but I did." California, 2017.