knock knock knock
Ty sedikit terkejut saat seorang wanita paruh baya yang membukakan pintu untuknya.
"Selamat pagi."
"Pagi. Kau siapa?"
"Saya...kekasih Lavender. Apakah dia sudah berangkat?"
"Kau Tyrese?"
"Yes, Ma'am," Ty tersenyum kikuk saat menutupi kegugupannya. Sebenarnya ia juga senang karena ibu Lavender mengetahui namanya yang itu berarti Lavender sudah menceritakan hubungan mereka.
"Kukira dia bermalam denganmu seperti waktu itu."
"Bermalam? Maksud Anda, dia tidak pulang?"
Wajah ibu Lavender langsung berubah dratis. "Kau serius dia tidak bersamamu?"
Ty menggeleng. "Saya akan mencarinya. Apakah mungkin dia ke suatu tempat?"
"Aku tidak tahu. Kami tidak begitu dekat. Dia...baik-baik saja, kan?"
"Saya harap begitu, Nyonya McKenzy."
Ty hampir saja pingsan saat ia duduk di mobilnya. Rasa bersalah, ketakutan, pikiran-pikiran negatif, seluruhnya mengelilingi otak Ty seperti gagak hitam yang pasti datang saat hal buruk akan terjadi.
Ty mencoba menenangkan diri agar bisa berpikir jernih. Ia mencoba mencari kemungkinan lain, tapi yang ia dapat adalah telfon dari nomor tak dikenal itu lagi.
"Long time no see, Tyrese,"
"Kai?"
"Wow, hebat. Kau bahkan mengingat suaraku. Terlalu sering mendengarkannya saat memberitahumu alamat konsumen, eh?"
"Aku sedang tidak punya waktu untuk —"
"Hey, hey, hey. Kau benar-benar tidak punya waktu untukku?"
"Aku akan memati—"
"Pasti memusingkan gadis itu ya?"
Saat itu juga langit di depan Ty runtuh. Tubuhnya seperti dihujam pisau tajam, menusuk tepat dijantungnya.
"Kenapa, Ty? Kaget? Katakan padaku bagaimana rasanya kaget. Hahahaha."
"Apa maumu, Brengsek?"
"Aku hanya ingin membuatmu merasakan apa yang kurasakan. Kaget dan terkhianati karena seorang..."
"LEPASKAN AKU, KAU SIALAN!!!!!"
Kalau saat ini Ty ditembak mati karena menjual narkoba, maka itu akan lebih baik daripada mendengar jeritan Lavender di seberang sana.
Ty sangat marah, dan takut, sampai telinga dan seluruh wajahnya berwarna merah padam.
"Kalian ini memang serasi, ya? Suka sekali memakiku. Hehehehe."
Ty tidak boleh gegabah. Nyawa orang terpenting dalam hidupnya sedang berada di tangan Kai.
"Baiklah, apa yang kau mau?"
"Datanglah ke markas kita. Ambil barang, dan antarkan pada pelanggan. Beres."
"Apakah dengan itu kau akan melepaskan Lavender?"
"TY JANGAN PERCAYA PADAMMPPHHH ARGGHH"
"Baiklah, baiklah. Kai, kumohon jangan sakiti Lavender. Kumohon. Aku akan melakukan semuanya, kumohon, Kai."
"Hahahaha, aku sangat menyukaimu, Ty. Kau memang favoritku."
Ponsel Ty hampir saja pecah karena remasannya. Ia berteriak kencang di dalam mobil sebelum akhirnya menangis sejadi-jadinya di sana.
"Maafkan aku, Lav, maafkan aku..."
NEXT
YOU ARE READING
American Drug Dealer +taeyong lee
Fanfiction"I've never planned it to fall for you, this deep, but I did." California, 2017.