Beberapa bulan yang lalu, hidup Lavender begitu tenang dan damai. Ia akan bangun saat matahari sudah sangat silau, berangkat sekolah, belajar, lalu pulang seperti hantu yang tidak terlihat. Tidak ada yang mengenalnya dan Lavender suka.
Sore hari dia akan menonton acara TV apapun yang ia temukan. Malam hari ia tidak akan belajar. Ia akan memesan ayam goreng dan memakannya sambil menonton video di YouTube. Lalu, Lavender akan bermain game hingga pukul 12 malam, baru ia akan tidur.
Sekarang, kedua tangan dan kakinya terikat . Mulutnya disumpal kain. Ada darah kering di ujung bibirnya akibat tamparan Kai kemarin. Belum lagi kakinya yang keseleo saat ia diseret kemari.
Dua orang yang seumuran Ty sedang mengawasinya sambil bermain catur. Mungkin mereka bernasip serupa dengan Ty: seorang pengedar narkoba.
Apakah Lavender menyesal telah memutuskan untuk bersama Ty?
Jawabannya tidak.
Hari itu saat Lavender menyerahkan segalanya pada seorang pengedar narkoba, Lavender juga menerima segalanya. Termasuk risiko ini.
Dua penjahat itu tiba-tiba segera membereskan catur mereka saat suara langkah kaki terdengar mendekati ruangan tempat Lavender disekap.
Lavender berharap Ty tidak pernah datang karena ia mendengar bahwa Kai akan langsung membunuhnya saat Ty datang.
Ketika pintu terbuka, Kai langsung masuk dan menyuruh kedua anak buahnya keluar.
"Halo, Gadis Mungil. Kau merindukanku?" Tanya Kai saat masuk setelah pergi beberapa jam.
"Copot kainnya. Kekasihnya akan segera datang. Bukankah aku sangat baik karena memberimu kesempatan untuk mengucap selamat tinggal?"
"SIALAN KAU, BRENGSEK!"
"Woahh...bibir kecilmu terlalu manis untuk memaki seperti itu, Sayang."
Tidak lama setelah itu, kenop pintu kembali terputar dan saat pintu terbuka, orang yang paling tidak Lavender harapkan untuk datang berdiri di sana.
"Ya Tuhan, aku benar-benar merindukanmu!" Kai langsung memeluk Ty yang sedang mematung ketika mendapati kondisi Lavender. Lelaki itu kemudian membuang muka karena tidak tahan melihat gadisnya.
"Aku sudah di sini, Kai. Aku akan mengikuti perintahmu lagi."
"Hey, jangan terburu-buru begitu. Kau tidak rindu pada gadis mungil itu?"
"Cepatlah. Aku akan mengantar pesanan sekarang juga."
"Kau benar-benar favoritku!"
"Ty, pergilah," lirih Lavender sambil menahan tangis.
"Apa yang kau katakan, Gadis Mungil?" Kai pura-pura kaget. Ya Tuhan, seharusnya ia bermain saja di broadway kalau dia bisa akting sebaik ini.
"Silakan ambil paket di sebelah sana, Ty. Antarkan pada alamat yang sudah ku-SMS ke nomormu."
Ty berjalan mendekati paket yang Kai maksud. Tepat saat itu, Kai mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan...
"TY AWAS!"
Ty yang sudah bisa memperkirakan ini akan terjadi dengan sigap menghindar. Suara tembakan menyadarkan Ty bahwa pertarungan ini benar-benar dimulai sekarang.
Tangan Ty segera mengeluarkan pistol yang ada di ada di saku dalam jaket kulitnya, lalu mengarahkannya tepat ke Kai.
Kai tertawa kencang sekali, "Kau benar-benar bisa menjadi seseorang sepertiku, Ty."
"Berhenti bermimpi, Kai!"
Pistol Kai yang awalnya membidik Ty, sekarang Kai pindah sedikit lebih ke kanan dan jika pelatuknya ia tarik, maka akan langsung menuju wajah Lavender.
"Kai..." Ty mencoba membuat langkah kecil mendekati Lavender dan mengajak Kai berbicara agar tidak menyadari hal itu. "Aku akan membawa gadisku keluar."
satu langkah
"Okay? Lalu?" Tanya Kai.
satu langkah lagi
"Aku akan menjadi Tyrese Lee yang dulu."
"Tapi, kau telah menghinaku demi seorang gadis, Ty!"
"Aku tidak menghinamu, Kai. Demi Tuhan aku tidak!"
satu langkah lagi
"Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi. Kau tidak pantas hidup, Ty."
satu langkah lagi
"Apakah kau berbicara pada dirimu sendiri, Kai?"
DUAR
YOU ARE READING
American Drug Dealer +taeyong lee
Fanfiction"I've never planned it to fall for you, this deep, but I did." California, 2017.