Chapter 31

883 236 22
                                    

VOMMENT 



"Marry christmast."

Satu kecupan di dahi Lavender.

"Marry christmast."

Satu kecupan di dahi Ty, lalu keduanya tersenyum begitu lebar. Mata mereka saling mengunci satu sama lain dengan Ty yang sekarang berada di atas tubuh Lavender.

Hari itu adalah natal paling menyenangkan kedua bagi Ty seumur hidupnya. Yang pertama, tentu saja saat ayahnya masih hidup.

"Kau tidak lelah?"

Lavender menggeleng.

"Masih sakit?"

Lavender menggeleng lagi. Semalam memang yang pertama untuk Lavender, tapi Tyrese begitu gentle dan lembut, tidak tergesa-gesa karena nafsu. Ty melakukannya dengan cinta.

Tubuh Ty yang polos mendekap Lavender yang kondisinya tidak jauh darinya. Mereka sama-sama menghadap jendela dan menonton salju yang sedang turun di sana.

"It's so beautiful, Ty."

"Yeah. Like you."

Lavender malah tertawa. "Menggelikan, Ty. Kau ini."

"Aku serius, Lav," jawab Ty disertai kekehan juga.

Aku mencintaimu. Suara itu terus berulang-ulang di telinga Lavender seperti sebuah rekaman. Ty mengatakannya semalam, sebelum hal itu mereka lakukan.

Dan Lavender percaya.

Hanya saja, Lavender belum mengatakan apapun tentang itu. Bagaimana bisa Lavender yakin pada perasaannya sendiri di saat ia bahkan tidak begitu mengenal seorang Tyrese Lee.

"Ty?"

"Hm?" Balas Ty dengan dehaman. Hm, dehaman seksi -author

"Mengapa kau melakukannya?"

"Yang mana, Lav?"

Mereka berdua sama-sama tersenyum mengingat apa yang baru saja mereka lakukan semalaman. Tapi bukan itu yang Lavender maksud.

"Become a drug dealer. American drug dealer."

"Oh. Aku perlu uang."

"Untuk apa? Tidak, maksudku masih banyak pekerjaan lain."

"Aku perlu uang untuk apartemen ini. Aku perlu uang untuk kokain, morfin, dan ekstasi. Aku perlu uang untuk hidupku. Dan untuk apartemen ini juga. Hm, banyaklah."

Lavender berpikir. Ia menghubungkan semua informasi yang ia dapatkan dan mencoba membuat alasan Ty masuk akal.

Ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi dengan seorang perempuan, Ty kesepian dan seperti kebanyakan remaja Amerika lainnya, ia jatuh dalam dekapan narkoba.

"Apakah kau membenci ibumu?"

Ty menghela napas. Ia tidak marah karena Lavender sedang mengorek kisahnya. Lavender bukan orang asing lagi, kini Lavender adalah hidupnya juga.

"Aku tidak membencinya, Lav. Hanya saja aku tidak ingin berada di dekatnya. Bahkan untuk membicarakan warisanku dari Ayah saja aku tak mau."

"Kenapa?"

"Aku...aku tidak bisa."

Lavender diam. Dia tidak bertanya lagi. Sudah cukup. Lavender sudah mengerti. Ia berbalik dan menatap Ty yang sekarang balik menatapnya.

Lavender menemukan seorang anak laki-laki yang kesepian. Lav tidak membenarkan apa yang Ty lakukan, tapi untuk sekarang, Lav bisa memahaminya. 

American Drug Dealer +taeyong leeWhere stories live. Discover now