Myungsoo menghubungi tukang service pribadinya pagi-pagi sekali."Aku baru saja ingin memakainya tapi sudah macet. Kemari dan periksa lah yang benar. Jika memang klosetnya bermasalah, kau harus membeli yang baru"ucap Myungsoo diujung pesawat telepon.
Pria yang sudah rapi dengan kemeja dan celana bahan berwarna coklat tersebut nampak terganggu dengan desain toilet yang menurutnya kurang memuaskan. Bathup harusnya tidak diletakkan disebelah bak cuci muka dan peralatan mandi tidak seharusnya diletakkan diatas dinding pemisah antara toilet dengan kamar mandi yang tingginya hanya 1 meter. Belum habis masalah desain, Myungsoo harus dibuat geleng kepala dengan kloset yang harganya tidak murah tapi sudah macet total padahal belum dipakai.
Jika resort yang berkembang di perusahaannya membuat kesalahan sefatal ini, Mungkin Myungsoo akan memecat seluruh anggota team desain yang ikut turun tangan.
"Baik, Tuan muda"
Tukang service yang dihubungi Myungsoo menyanggupi semua keluhan dengan patuh.
Sooji yang duduk didepan meja rias diam-diam meringis mendengar semua keluhan CEO-nya.
Oh tentu, ia belum lupa pada apa yang sudah ia masukan kedalam kloset kemarin malam sehingga kloset yang katanya tidak murah itu rusak.
5 menit sudah cukup bagi Sooji untuk bersolek. Ia bangun dari kursi meja rias lalu menjinjing tas kerjanya kemudian berjalan mengendap kearah lift.
"Kau mau kemana?"tegur Myungsoo yang baru saja menutup telepon.
Sooji berhenti dengan pose kaki kanan yang terangkat 10 centi diatas permukaan lantai, tangan memeluk rapat-rapat tas kerjanya dan kepala yang setengah menoleh ke belakang. Kearah Myungsoo.
"Saya ingin berangkat kerja. Apa hari ini hari libur nasional?"
Myungsoo menelisik penampilan Sooji dari atas sampai bawah. Gadis itu mengenakan blouse warna ungu dipadu rok sepan hitam yang tingginya sedikit diatas lutut. Myungsoo tidak akan bertanya darimana Sooji mendapatkan pakaian tersebut mengingat puluhan kardus yang diantarkan seorang kurir kerumahnya subuh tadi.
"Apa kau berangkat sepagi ini setiap harinya?"
"T-tidak Sajangnim, ini rekor pertama saya karena jarak rumah ini lumayan jauh dengan perusahaan. Kebetulan ada sedikit pekerjaan yang harus diselesaikan lebih awal dan saya juga ingin sarapan dikantin lebih dulu"jawab Sooji dengan sedikit menyinggung masalah 'sarapan'. Ia tau CEO-nya tersebut tidak akan mau repot-repot memesan makanan apalagi membuatkan sarapan.
"Kau berangkat ke kantor naik apa?"
"Taksi."Sooji menjawab cepat meski suara lain dalam dirinya bersorak menangkap 'kemungkinan' jika sang CEO akan menawarinya berangkat ke kantor bersama atau setidaknya mengantarnya.
"Kau sudah memesan taksi?"
"Mmm.... s-sudah"
"Kalau begitu cepat pergi."pungkas Myungsoo yang kini berjalan mendekati sofa lalu mendaratkan dirinya disana, tidak perduli pada bantal dan selimut Sooji yang masih teronggok disana.
Myungsoo menyandarkan kedua kakinya dibagian lengan sofa kemudian mengeluarkan smartphone dan kembali menghubungi seseorang.
"Aku pesan pasta rasa barbeque dan satu porsi pork panggang"
Sooji menjatuhkan kedua bahunya tak bersemangat. Jika Myungsoo memang berniat memesan makanan, kenapa tidak sedari tadi saja?
Dengan muka masam, Sooji akhirnya membalikkan tubuh dan berjalan terburu-buru memasuki lift yang membawanya turun langsung ke parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlovable CEO
عاطفية[COMPLETED]✔ "That annoying CEO is my husband" [Myungzy] @aprlmhrayone 201711--201910