31- DISTANCE

3.3K 438 23
                                    


Tak terasa dua minggu berlalu setelah kepergian Myungsoo. Keadaan Sooji sudah seperti kehujanan di musim kemarau, kepanasan di musim hujan, dan kesepian di tengah keramaian.

Satu hari saja terasa begitu panjang dan berat, apalagi dua minggu? Rasanya seperti berabad-abad.

Sooji memang tidak dibiarkan sendiri. Ibu mertuanya selalu menemaninya. Kadang mengajaknya berbelanja, melakukan perawatan, kuliner, memeriksakan kandungan, atau hanya sekedar jalan-jalan agar tidak suntuk.

Bahkan, Sohee dan Eunji sering meluangkan waktu untuk mendatangi rumah. Sementara Irene yang sibuk mempersiapkan rencana pernikahannya hanya bisa mengabari lewat telepon.

Sooji menghargai usaha teman-teman dan juga ibu mertuanya. Tapi dengan menyesal Sooji menyatakan ; meskipun mereka berhasil membuatnya terhibur, tapi hatinya tetap terasa kosong tanpa kehadiran suaminya.

Ternyata jarak ini membuat Sooji sadar jika ia benar-benar mencintai Kim Myungsoo.

Rasa rindu terhadapnya telah menyiksa batin. Padahal masih dua minggu berpisah, dan Myungsoo juga menepati janji untuk menghubunginya 2x24 jam.

Entahlah, Sooji juga tidak mengerti kenapa ia bisa menjadi se-mellow ini. Tapi memang benar, chat dan video call tak cukup mengobati rindunya. Karena bagi Sooji, melihat wajah Myungsoo dalam video call sama seperti melihatnya dalam bingkai foto. Hanya bisa di lihat, tidak bisa di sentuh.

Perut Sooji sudah mulai membesar, ia juga sudah mulai memakai daster yang dibelikan teman-temannya kapan hari. Dan Sooji menginginkan sentuhan Myungsoo-- ehem, usapan lembut di perut untuk menyapa si jabang bayi maksudnya.

"Sooji, apa kau akan datang ke resepsi pernikahan Irene nanti malam?"

Suara nyaring Sohee terdengar begitu Sooji mengangkat teleponnya.

"Tentu saja. Mana mungkin aku tidak datang?"ucap Sooji sambil membolak-balik undangan pernikahan Irene & Suho."Di gereja Maria House kan?"

"Bacalah yang benar. Pernikahannya memang diadakan disana, tapi resepsinya di gelar di gedung Dreamstar"

"Ya ya, maaf. Aku tidak konsen. Lagipula kenapa kau menelfon sepagi ini?"

"Aku hanya menghabiskan sisa paket telepon tadi malam"

"Paket telepon tadi malam?"kening Sooji mengernyit."Hei, kau berbincang sepanjang malam dengan siapa huh?"

"Oops"

Sohee terdengar seperti orang keceplosan.

"Sampai jumpa, bye"

Sohee kemudian memutus telepon secara sepihak dan terburu-buru. Membuat Sooji curiga.

"Dasar Sohee gila."umpatnya."Lebih baik aku memilih pakaian yang pantas untuk di pakai nanti malam.."

Sooji melepas lilitan handuk di rambutnya dan membiarkan rambut panjangnya yang masih basah setelah mandi terurai begitu saja.

Sooji kemudian berjalan ke arah lemari pakaian dan membukanya.

"Astaga.."

Ia mendesah frustasi saat tidak menemukan satu gaun pun di dalam lemari pakaiannya. Hanya blouse, rok, celana, kaus, jaket, dan setelan lain yang biasa ia gunakan bekerja.

"Aku lupa kalau aku hanya punya satu gaun, dan itu sudah ku pakai saat menyambut ibu mertua"ujar Sooji."Ah, sepertinya aku harus membeli dress baru"

Unlovable CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang