27- GUEST

6.7K 629 87
                                    


Sangmoon asik berpangku dagu di ruang tamu. Memikirkan nasibnya setelah kepulangan sang Noona dan kakak ipar yang mendadak di pagi-pagi buta. Dikarenakan panggilan kantor yang sudah seperti panggilan Tuhan. Tidak bisa di ganggu gugat.

"Ya Tuhan... dari pada kau berdiam diri seperti orang tidak berguna, lebih baik kau membantu Ibumu ini membereskan rumah"seru Ny. Bae bersungut-sungut.

"Aishh.."Sangmoon mendesis."Kenapa Ibu tidak membangunkanku saat Noona dan Hyung berpamitan pulang?"

"Kenapa kau terus mempermasalahkan hal itu? Sesuka itukah kau pada kakak iparmu, sampai ia tidak boleh pulang?"Ny. Bae memicing sambil menekan kata 'suka', seolah-olah ada hal yang patut di curigai.

"Bukan begitu Bu, tapi.."Sangmoon menggantung ucapannya sambil memasang wajah murung yang dibuat-buat.

"Tapi apa?"

"Hyung sudah menjanjikan sesuatu padaku, seharusnya dia menepati janjinya dulu sebelum kembali ke seoul"

"Janji apa maksudmu? Jangan meminta yang macam-macam! Nanti kakak iparmu menganggap kita keluarga mata duitan"

"Memangnya apa alasan Ibu menikahkan Noona dengan Myungsoo hyung? Karena uang kan? Karena harta kan?"Sangmoon tidak mau kalah."Lagipula aku tidak meminta yang macam-macam, hanya satu macam saja"

"Tck, sampah satu ini benar-benar.."

Ting tong~

Sangmoon berdiri sepersekian detik begitu mendengar bunyi bel rumah ditekan.

"Jangan-jangan itu..."Sangmoon bergumam dengan senyum tidak jelas, sementara jari telunjuknya menunjuk kearah pintu rumah."Jangan-jangan.."

"Jangan-jangan apa?!"

Bukannya menjawab, Sangmoon justru berlari tergopoh-gopoh untuk membukakan pintu.

"Hey, bereskan dulu bungkus snackmu!!"teriakan Ny. Bae yang menggelegar tak terelakkan. Kesal bukan main pada kebiasaan putranya yang suka meletakkan bungkus makanan dimana saja.

Ny. Bae melepas sapunya sembarangan, lalu memungut bungkus snack yang berceceran kemudian berjalan menyusul Sangmoon yang sudah keluar rumah. Ibu dua anak ini berniat menyumpalkannya kedalam mulut Sangmoon.

Namun sesampainya di ambang pintu____ tubuh Ny. Bae mematung. Sama halnya dengan Sangmoon. Keduanya menatap bodoh kearah lima petugas berseragam biru yang tengah menurunkan 1 pickup barang elektronik di halaman rumah mereka.

"Aaaaa... televisi baruku sudah datang! Lihat Bu, Lihat!"

Sedetik kemudian, Sangmoon berseru heboh sambil berlari kearah kardus berisi TV Led 31 inch dan memeluknya seolah itu harta karun.

"Aigoo, aigoo.."Ny. Bae menggelengkan kepala dengan mulut yang masih ternganga lebar."AC? Mesin cuci? Kulkas dua pintu? Aigoo.. siapa gerangan yang memahami suhu rumah begitu panas? Siapa yang memahami tangan tua ini sudah lelah mencuci? Siapa yang tau kulkas kecil kami tak lagi dingin?"

"Akhirnya aku punya komputer dan laptop! Kakak ipar, kau memang nomor satu! Kalau doraemon punya kantong ajaib, kau punya kantong tebal yang bisa mengabulkan semua permintaan hahaha"Sangmoon berjingkrak seperti anak kecil. Padahal setiap ia berjingkrak, lantai di teras rumah seperti akan retak."Awh.. arrghh.."

Euphoria Sangmoon berubah menjadi ringisan saat Ny. Bae menjewer telinganya hingga memerah.

"Jadi semua barang ini pemberian dari kakak iparmu? Kau memintanya membelikan semua ini?!"

Unlovable CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang