15•GEJOLAK RASA

49 6 16
                                    

ANGIN malam berhembus dengan pelan dan tenang. Hawa dingin kembali menyeruak hingga menerobos Jaket hitamnya. Tubuh krystal gemetar. Gadis itu kini duduk santai agak jauh dari tenda dan hanya ditemani sorot lampu yang terpantul tidak jauh dari tenda dan cahaya bulan yang bersinar terang.

Suasana terasa mencekam. Krystal menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya berusaha mencari kehangatan disela-sela udara malam.

Kepala Krystal menengadah ke atas langit. Malam ini Indah sekali. Langit berhamburan bintang yang berkelap-kelip memancarkan cahaya seakan tak mau kalah dengan bulan yang bersinar lebih terang.

"Ma, coba aja kalo mama masih ada. Pasti Krystal bakal minta pendapat sama mama. Krystal kangen banget sama mama diatas sana."gumam Krystal lirih. Tak terasa air matanya kini menetes mulus dikedua pipinya. Ia mencoba menahan semua gejolak dalam dadanya.
"Ma, apa menurut mama Krystal Jahat? Krystal sebenarnya nggak tega untuk ngelakuin semua itu sama cowok yang ngejar-ngejar Krystal itu ma."gadis itu mulai terisak. Dadanya seperti tertumpuk sesuatu yang berat hingga membuatnya tidak bisa bernafas.

Krystal meringkuk memandang keatas sana. Pikirannya kini melayang sampai ke angkasa mencoba menerobos awan-awan yang tak nampak karna kekelaman.

"Krystal udah nggak tau lagi harus bagaimana? Semuanya terasa sangat sulit untuk Krystal. Krystal udah gak kuat lagi ma" gadis itu membenamkan wajahnya kedalam ringkukannnya. Mencoba merenungkan semua kepedihan hatinya.

Hatinya terasa pedih. Selama ini ia berusaha tampak tegar untuk menghadapi semua masalahnya seorang diri. Tapi, kali ini ia merasa tak lagi kuat. Ia ingin sekali melampiaskan semua gejolak yang ada didalam hatinya.

Entah, kenapa gadis itu terlihat seperti sedang dalam tekanan besar. Ia bahkan ingin sekali mencurahkan semua yang disimpannya selama ini, tapi pada siapa? Dia bahkan hanya sendirian saat ini. Hidup dalam kesendirian dan penuh tekanan. Krystal meratap dalam kesendiriannya. Setidaknya, hanya saat-saat beginilah ia bisa lebih jujur dengan perasaannya sendiri.

Tidak jauh dari situ, nampak satu sosok keluar dari dalam tenda dan hendak melangkah ke arah pepohonan. Pria itu memegang senter kemudian berjalan mendekat ke arah semak-semak, tempat di sebelah gadis itu terduduk.

Sosok itu semakin dekat. Dan betapa terkejutnya dia ketika mendapati sesosok gadis yang tengah duduk meringkuk di dekat semak-semak tidak jauh dari pepohonan. Ia lalu memicingkan matanya sembari ingin memperjelas penglihatannya. Kemudian mencoba menyentuh pundak gadis itu perlahan.

Krystal terkejut dengan sentuhan Sosok itu. Segera ia menoleh hingga membuat orang didepannya itu menjerit.

"LO...?"Kaget Lando ketika mendapati sosok yang dilihatnya itu adalah gadis yang dia sukai selama ini.

Krystal menatapnya tajam. Nampak, ada bekas air mata dipipinya. Dengan segera ia menghapusnya.

"Kenapa sih lo gak ada habis-habisnya gangguin gue?"oceh Krystal seraya bangkit dari posisinya.

"Ngapain lo disini sendirian? Malam-malam begini lagi. Gak takut lo?"hardik Lando sambil mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Nampak, suasana terasa semakin mencekam. Lando sedikit menggigil dalam balutan Jaketnya.

"Bukan urusan lo."ketus Krystal memutar bola matanya kesal.

Lando menarik nafasnya. Hembusan nafasnya nampak seperti gumpalan asap kecil yang terbentuk di udara. "Lo nggak kedinginan?"tanya Lando mencoba menahan dingin yang serasa menusuknya.

"Gue kan udah bilang bukan urusan lo."tegas Krystal kesal.

Lando mencoba sabar menghadapi gadis di depannya ini. Ia pun menanggalkan syal putih dari lehernya, kemudian disematkan ke leher gadis itu. Krystal terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Lando.

 My CrystaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang