19•SEKELAS?

43 7 17
                                    

MENTARI pagi baru saja memancarkan sinarnya. seorang gadis cantik berambut oval keemasan tengah berdiri di depan cermin, sambil membenahi penampilannya.

Rok bercorak biru kotak-kotak selutut dan dasi merah terbalut rapi ditubuh rampingnya.

Sesekali ia merapikan letak poninya agar menutupi plester luka yang menempel disudut dahinya. "Perfect"gumamnya ketika mendapati perban itu sudah terbenam dengan rambut di jidatnya.

Hari ini Krystal memaksakan diri untuk masuk sekolah. Padahal, guru dan teman-temannya sudah melarang bahkan menyuruhnya untuk beristirahat saja dirumah setelah insiden itu. Namun, Gadis itu bersikeras untuk datang ke sekolah dengan alasan ia tidak ingin ketinggalan pelajaran. Padahal, jelas sekali ia ingin menutup-nutupi peristiwa itu agar Ayahnya tidak curiga.

Untung saja kondisinya tidak parah, Melainkan hanya terdapat luka dibagian kepala dan memar dibagian pundak yang kini terselimuti seragam putihnya. Krystal pun selesai dengan aktivitasnya.

DRRRTDRRTTT

Ponselnya tiba-tiba bergetar. Nampak satu pesan tertera dilayarnya. Krystal segera meraih ponselnya yang terletak begitu saja diatas meja kaca.

Seketika dahinya berkerut. Nama Orlando tertera jelas di dalam sana. Krystal menghela napas. Ia lupa kalau kemarin Lando mengambil handphone-nya lalu saling menukar nomer telepon. untung saja, waktu itu Bastian sedang pergi menebus obat di apotek. Kalau tidak, mereka bisa kembali cek-cok.

From : Orlando

Mau gue jemput?

Krystal meneguk ludahnya pelan. Lando benar-benar mengiriminya pesan. "Gue balas gak ya?"Dia jadi sedikit kebingungan.

To : Orlando

Nggak perlu. Gue bisa sendiri.

Krystal menyambar ranselnya kemudian bergegas keluar dari kamarnya. Ia menutup pintu bilik itu, lalu menuruni anak tangga perlahan.

DRRRTTDRRTT

Sebuah pesan kembali menghiasi layar ponselnya.

From : Orlando

Ok. Hati-hati di jalan.

Tanpa sadar Krystal tersenyum simpul. Nampak, Sosok bertubuh tinggi dengan setelan Jas putih tengah duduk disofa dengan ditemani secangkir kopi dan sebuah koran dihadapannya.

"papa,"panggil Krystal seraya menghampiri Pria yang sedang sibuk membaca itu.

"good morning, sayang. Kamu sudah siap berangkat?"ujar Mr. Bram tersenyum.

Krystal mengangguk pelan. Ia lalu menyambar roti dan segera meneguk habis susunya. Kemudian beranjak keluar pintu. Disana, nampak sudah ada supir pribadinya beserta dua pengawal didepan pintu.

"Pa, apa mereka akan ikut Krystal ke sekolah lagi ?"Tanya Krystal memastikan.

"Tentu saja, sayang. Mereka akan terus menjaga kamu."sahut Mr. Bram menyunggingkan senyum.

Krystal mendengus jengkel. Ia memutar bola matanya kesal. Masa iya, lagi-lagi dirinya harus diikutin para Bodyguard resek itu? Dalam hati Krystal menggerutu. Untung saja, Ayahnya yang super protektif itu tidak tahu kalau ia baru saja keluar dari rumah sakit.

Kalau nggak, bisa-bisa Ayahnya itu nekat menyuruh satu truk polisi untuk mengawalnya. Yah, ayahnya terlalu berlebihan mencemaskan dirinya. Sangat. Dan Krystal benar-benar tidak suka itu.

 My CrystaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang