Dari semalam aku gelisah memikirkan keadaan Gaven. Hatiku tidak tenang, nomor ponsel Fernan pun tidak aktif dari semalam. Aku pusing sendiri.
Mungkin jika aku tahu dimana kamar rawat Gaven, aku akan menghampiri sekarang juga namun aku tidak tau karena Fernan tidak memberitahuku kemarin.
"Fernan kemana sih kamu," gerutuku kesal.
Aku terus menghubungi Fernan, namun sama sekali tidak di angkat oleh Fernan membuatku kesal. Lalu memilih berjalan keluar dari kamar rawatku, siapa tahu aku akan bertemu Gaven atau Fernan nanti.
Aku berjalan ke arah koridor ruang Anggrek, saat aku menengok ke ruang 689 aku kaget saat melihat Fernan ada di sana sedang memeluk seorang perempuan.
Dengan rasa penasaran aku menghampiri Fernan, hatiku tidak enak saat melihat brankar yang terdapat orang di atasnya namun telah ditutup oleh kain.
"Fernan," panggilku membuat Fernan menengok.
"Aileen," kata Fernan terlihat kaget.
"Gaven mana?" tanyaku dengan harapan yang baik.
Aku tidak mau mendengar hal buruk tentang Gaven.
Fernan berjalan kearahku, memelukku. Membuatku bingung.
"Ikhlasin Gaven, Len," gumam Fernan yang masih jelas aku dengar.
Aku melepas pelukan Fernan, "Apa maksudnya, Nan?" teriakku membuat semua kaget.
"Gaven udah tenang di sana, Len."
Deg.
Aku berjalan ke arah brankar yang kulihat tadi, aku buka kain penutupnya. Ada Gaven di sana dengan wajah pucat, kenapa secepat ini Gaven pergi saat aku baru bisa dekat dengannya.
Kenapa harus Gaven, kenapa?
Aku menutup mulutku dengan tanganku. Mulai terisak melihat wajah Gaven.
"Ikhlasin, Len. Jangan buat Gaven nggak tenang di sana," kata Fernan.
Aku berjalan kearah bangku panjang yang ada di koridor ruang Anggrek, Gaven di bawa oleh keluarganya ke dalam mobil ambulan.
"Kenapa secepat ini, Nan?" tanyaku masih sambil menangis.
"Ini takdir, dan kamu nggak boleh terus sedih. Gaven nggak suka liat kamu nangis," kata Fernan dengan memelukku.
****
Siang harinya Gaven di makamkan, semua terlihat kaget dan histeris dengan kepergian Gaven. Aku masih terus menangis di pelukan Fernan.
Pemakaman telah selesai, semua keluarga, kerabat serta teman Gaven telah meninggalkan pemakaman. Menyisakan aku dan Fernan, aku masih terus menatap makam bertulisakan nama Gaven Farezi.
Dadaku seketika merasakan sesak saat melihat makam Gaven, aku masih tidak menyangka hal ini terjadi.
"Udah ya, Len jangan nangis. Aku nggak mau Gaven sedih liat kamu di sana."
Aku memberhentikan tangisku, walau rasa cinta itu masih sepenuhnya untuk Adriell. Tapi entah kenapa aku sangat merasa kehilangan Gaven.
"Kamu tenang di sana ya, Gaven," ucapku dengan mengusap nisan Gaven.
"Ini ada titipan dari Gaven, jangan nangis saat lihat ini. Karena Gaven mau liat kamu senyum terus," kata Fernan memberikan album foto.
Aku menangguk.
Siang ini, tanggal 11 Oktober 2015 kamu pergi meninggalkanku. Tanggal ini akan selalu aku kenang, selamanya.
****
Satu parttt lagi endingg kuyy😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Away [Completed]
Short Story(Perfect cover by @syfrat) [62 in shortstory 27-05-18] [1 in trueshortstory] Ini kisah tentang Aileen yang mencintai Adriell. Namun tidak dengan Adriell. Semua yang dilakukan selama mereka menjalin hubungan hanya untuk melampiaskan rasa kesalnya, da...